Khazanah
Ekrafs Talk Membahas 3 Genre Film Indonesia yang Seru di Ekrafest 2024
Ekrafest 2024 punya banyak aktivitas seru yang bisa dinikmati oleh pengunjung di Sarinah Jakarta
ZETIZENS.ID – Dalam rangka memperingati Hari Ekonomi Kreatif Nasional (Hekrafnas) 24 Oktober, Gekrafs (Gerakan Ekonomi Kreatif Nasional) menggelar Ekrafest 2024 di Sarinah pada 24-25 Oktober.
Acara yang digelar 2 hari ini, merupakan bagian dari Perayaan Hari Ekonomi Kreatif Nasional yang telah ditetapkan pemerintah sesuai Kepmen tahun lalu. Yang seru, Ekrafest 2024 punya banyak aktivitas seru yang bisa dinikmati oleh pengunjung di Sarinah Jakarta.
Gelaran Ekrafest 2024 hari pertama, Sabtu lalu itu seru banget! Pasalnya Ekrafest tahun menjalin lebih banyak kolaborasi dengan pegiat ekonomi kreatif, diantaranya Ekrafs Talk digelar secara panel dengan para sines film.
Dalam sesi pertama ngobrolin dunia perfilman, sutradara Rizal Mantovani diajak mengupas cerita seru tentang pembuatan film “Adagium” karya film terbarunya bersama produser muda Irving Artemas.
Keduanya membagikan cerita pengalamannya menjalankan proses syuting para pemain utama bersama dengan ribuan prajurit TNI. “Ini film action drama pertama saya yang diproduksi 2022 dan tayang 2023 lalu. Film Adagium tentang cinta negara dan cinta Indonesia dengan kisah persahabatan dan drama. Syutingnya didukung TNI dan prajurit Menhan yang memudahkan kami untuk bekerja, serta dipersilakan memakai alat dan senjata yang real, bahkan suasana cyber-room juga itu asli, mereka mengizinkan untuk memasyarakatkan beberapa fasilitas TNI, tapi lokasinya tentu dirahasiakan,” katanya.
Nggak hanya itu, Adagium yang mengambil setting di Jakarta, syuting di hutan dan pesisir pantai itu juga dikatakan Rizal sangat seru pengerjaan syutingnya sehingga memberikan warna baru bagi karya filmnya.
“Karena sudah banyaknya genre horor, kami bikin film dengan genre baru, untuk memberi warna perfilman kita, memang kita nggak punya formula untuk dapat penonton tapi kita hanya ingin menyajikan yang berbeda saja,” katanya lagi
Irvin menceritakan juga, beberapa anggota TNI ikut riset dan mendampingi saat proses syuting berlangsung sehingga dukungan ini seakan memberi isyarat lampu hijau, dukungan langsung pihak TNI kepada insan industri kreatif.
“Banyak prajurit TNI yang terlibat sekitar 1500an anggota, jadi kita harus mengikuti aturan dan manajemen mereka. Meski begitu syuting berjalan lancar dan film sudah berhasil tayang di bioskop, yang beluk nonton, kita sudah pastikan filmnya akan tayang kembali di MNC,” ujarnya.
Sesi diskusi film berlanjut, kali ini secara panel membahas juga keseruan proses produksi dari Rumah produksi Anak Bangsa Pictures yang kembali memproduksi sebuah film drama komedi berjudul “Makelar Doa”. Sebuah film perdana Ekraf bersama insan perfilman.
Berbeda dari film komedi pada umumnya, film ini mengangkat cerita masalah sosial yang terjadi di Indonesia. “Drama komedi yang akan kita buat bukan komedi konyol. Tapi kita coba mengemas dengan sebuah cerita tentang masalah sosial yang ada di Indonesia dengan bumbu komedi yang menyegarkan,” kata Harry Pole selaku produser film Makelar Doa. Film ini akan segera tayang segera di tahun 2025.
Film ini juga ternyata merupakan buah dari kolaborasi Gekrafs, “Ini adalah film pertama Gekrafs yang bintang utamanya diperankan oleh Ferry Ardiansyah yang merupakan aktor sekaligus Ketua DPP Gekrafs bidang event, film komedi religi yang sarat akan makna kehidupan” ujar Arifin, Assosiate Produser yang juga Wasekjend DPP Gekrafs.
Obrolan seru pada hari itu ditutup dengan membahas film “Tebusan Dosa”. Film ber-genre horor yang digarap sutradara Yosep Anggi Noen. Film yang dibintangi Happy Salma dan Putri Marino itu adalah produksi bersama Palari Films, Legacy Pictures, dan Showbox.
Yosep menceritakan, film ini mengangkat isu keluarga pra-sejahtera yang penuh tekanan sosial dan ekonomi, “film ini bercerita tentang seorang ibu yang kehilangan anaknya dalam kecelakaan tragis. Dia pun mencari sang anak dengan dibantu oleh siniar horor dan seorang peneliti dari Jepang. Mengeksplorasi tema kehilangan dan rahasia kelam, film ini juga membahas upaya rekonsiliasi seseorang dengan masa lalunya. Jadi bisa dibilang film ini kompleks banget,” cerita Yosep.
Dengan adanya lebaran para pelaku Ekraf, yakni Ekrafest 2024, diharapkan karya-karya dari para sineas semakin diapresiasi oleh masyarakat dan film-film Indonesia semakin mendapatkan tempat di hati para penonton di negara sendiri. Antusiasme masyarakat Indonesia terhadap film-film yang diproduksi oleh industri perfilman lokal membuat industri film Indonesia semakin meroket. Respons yang sangat baik dari masyarakat ini membuat berbagai judul film mulai diproduksi dan tayang, baik di bioskop maupun platform-platform digital. (*)