Khazanah

Panjang Mulud, Tradisi Turun-temurun Memperingati Kelahiran Nabi Muhammad SAW

ZETIZENS.ID – Selamat hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tahun ini peringatan Maulid Nabi Muhammas SAW senasional diperingati tepat hari ini, Kamis, 5 September 2025. Itulah alasan kamu tanggal merah yang bikin kamu libur dan gak masuk sekolah hari ini.

Di Banten, ada tradisi khusus merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW. Namanya Panjang Mulud.

Ini adalah perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW yang unik, ditandai dengan arak-arakan “panjang” atau hiasan besar berisi makanan dan kebutuhan pokok untuk dibagikan kepada masyarakat.

Tradisi ini berasal dari zaman Kesultanan Banten sebagai upaya dakwah. Tradisi ini menggabungkan unsur keagamaan dan budaya lokal, di mana hiasan panjang diarak dari rumah ke masjid untuk kemudian dibagikan setelah doa bersama.

Tradisi ini sudah ada sejak masa Sultan Ageng Tirtayasa (sekitar abad ke-17), saat hadiah dari Syarif Mekah diarak ke Kesultanan Banten.

Istilah “Panjang Mulud” berasal dari kata bahasa Sanskerta “pajang” (hiasan) dan “mulud” (Maulid atau hari lahir), yang berarti memperlihatkan atau mengarak hiasan untuk memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW.

Ciri Khas

Masyarakat bergotong royong membuat “panjang”, yaitu wadah atau hiasan yang dihias menyerupai bentuk kapal, masjid, atau hewan, dan diisi berbagai macam makanan, sembako, dan pakaian.

Tenang aja, kalau mager bikin panjang dengan aneka bentuk seperi unta plus cowok bersorban, aneka hewan seperti burung merak atau sapi, perahu dan lain-lain, ada penjual musiman yang biasanya standby di kawasan Domba menuju Pasar Rau, Kota Serang.

Hiasan panjang ini kemudian diarak dari rumah-rumah warga ke masjid untuk acara doa dan tausiyah.

Setelah prosesi arak-arakan dan doa, diadakan acara “ngeropok” untuk menginventarisasi isi “panjang” dan membagikannya kepada warga yang hadir.

Tradisi ini menjadi bentuk ekspresi keagamaan sekaligus wujud kearifan budaya lokal masyarakat Banten.

Proses pembuatan “panjang” dan pelaksanaan acara melibatkan semangat gotong royong di antara warga.

Tradisi ini menunjukkan perpaduan unsur agama dan budaya lokal yang kuat, serta peran dominan tokoh agama. (Zee)

Tulisan Terkait

Back to top button