Subsi-DIE, Sindiran Gen Z untuk Rumah Subsidi yang Makin Sempit

ZETIZENS.ID – Gen Z punya panggilan tersendiri untuk rumah subsidi yang ukurannya makin sempit, yakni subsi-die.
Laman Kompas menyebut, Generasi Z, yang lahir antara tahun 1997-2012, kini menghadapi tantangan besar dalam mewujudkan mimpi memiliki rumah sendiri.
Di tengah harga properti yang terus melambung, program rumah subsidi yang seharusnya menjadi solusi justru memicu polemik baru.
Rencana Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) untuk mengurangi ukuran minimal rumah subsidi menjadi 18 meter persegi dengan luas tanah 25 meter persegi telah memicu reaksi keras dari berbagai kalangan, terutama Gen Z, yang menyebutnya sebagai “Subsi-DIE”.
Fenomena ini adalah istilah yang mencerminkan kekecewaan mereka terhadap hunian yang dianggap tidak layak.
Berdasarkan draf Keputusan Menteri PKP Nomor/KPTS/M/2025, ukuran minimal rumah subsidi dipangkas dari sebelumnya 21 meter persegi untuk bangunan dan 60 meter persegi untuk lahan menjadi 18 meter persegi dan 25 meter persegi.
Tujuannya, menurut Menteri PKP Maruarar Sirait, adalah untuk memperluas akses masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) terhadap hunian, terutama di perkotaan dengan lahan terbatas.
Kebijakan ini didukung oleh Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-X/2012, yang menghapus batas minimal 36 meter persegi agar lebih fleksibel untuk MBR.
Tapi, kebijakan ini menuai kritik tajam. Anggota Satgas Perumahan Bonny Z Minang menyebutkan, rumah subsidi seharusnya tidak ditujukan untuk warga kota besar, melainkan untuk daerah pinggiran dengan harga tanah lebih terjangkau.
Sementara itu, Anggota Komisi V DPR Irine Yusiana Roba Putri menegaskan bahwa rumah subsidi harus mengutamakan kenyamanan dan kelayakan, bukan sekadar luasan.
Ia mengingatkan, bahwa ukuran yang terlalu kecil berpotensi menimbulkan masalah kesehatan, sosial, dan psikologis bagi penghuni.
“Mirip Kontrakan, Bukan Rumah!” Di media sosial seperti X, Gen Z menyuarakan kekecewaan mereka.
Seorang pengguna dengan handle @officialInibaru menulis, “Saking kecilnya, sejumlah Gen-Z menganggap desain rumah subsidi 18 meter persegi mirip dengan kamar kontrakan. Apakah sudah cukup layak untuk disebut dengan rumah?”
Unggahan ini mencerminkan sentimen bahwa rumah subsidi dengan ukuran minimalis tidak memenuhi ekspektasi sebagai hunian layak.
Banyak Gen Z yang membandingkan ukuran 18 meter persegi dengan kamar kos atau kontrakan, yang dirasa tidak cukup untuk kebutuhan keluarga kecil, apalagi dengan harga yang tetap di kisaran Rp 150 juta-Rp 185 juta.
Pengguna lain, @izzywb, menambahkan, “Setelah liat thread ini gua makin sadar, gua sebagai gen z bakalan susah buat bisa punya rumah sendiri dimasa depan. Even itu rumah subsidi? Dengan gaji yang kureng, emg paling bener kita sewa rumah gapapa asal masih layak dan punya ruangan yg luas.”
Komentar ini mencerminkan realitas ekonomi Gen Z, yang rata-rata berpenghasilan di bawah Rp 5 juta per bulan, jauh dari cukup untuk membeli rumah meski bersubsidi.
Duh duh duh ada-ada saja ya. (Zee)