
ZETIZENS.ID – Di tengah ramainya persoalan tagar Kabur Aja Dulu yang jadi tren hingga viral di media sosial, WNI ini cerita tentang kariernya di Jerman yang lebih cemerlang dibanding menetap di Indonesia.
Tagar tersebut memang banyak digunakan untuk mengungkapkan keinginan kabur dari Indonesia dan bekerja di luar negeri karena dianggap lebih layak.
Vicky Nastasha, salah seorang WNI yang saat ini berkarir di Jerman, turut berbicara mengenai hal ini.
Seperti yang diketahui, tenaga pendidikan di Indonesia memang sangat memprihatinkan. Mereka diberi upah kecil dengan tanggungjawab besar. Oleh karena itu, Vicky merasa miris.
“Karena saya juga menjadi guru di sini, saya mendengar teman, tim, kru, di Indonesia sebagai guru mereka selalu bilang bahwa kami digaji Rp200 ribu dalam sebulan, atau mungkin bahkan dicicil selama 6 bulan, atau 3 bulan, ya itu sangat menyakiti hati saya,” kata Vicky dalam program Catatan Demokrasi tvOne.
Vicky bercerita bahwa dirinya saat ini bekerja sebagai Guru Pendidikan Anak Usia Dini atau PAUD. Disana, ia diberi gaji yang layak sebanyak Rp60 Juta perbulan.
“Karena bukannya mau sombong, Saya di sini sebagai guru digaji Rp60 juta gitu ya per bulan. Kalau saya mendengar teman saya rekan seprofesi saya sebagai guru di Indonesia mendapatkan uang segitu (Rp200 ribu) saya merasa sangat sedih,” ujarnya.
Menurutnya, guru merupakan profesi mulia yang harus diapresiasi karena tugasnya ialah mencerdaskan anak bangsa.
“Karena saya tahu bagaimana Susahnya menjadi guru di sini, kita bekerja dengan anak-anak ya, dengan anak usia dini yang nantinya itu menjadi penerus bangsa dan itu harusnya kita menginterpretasikan ya, waktu dan juga apresiasi bahwa ‘Hei, kita sedang mendidik para calon, calon-calon benih nantinya untuk menjadi manusia-manusia yang luar biasa gitu di Indonesia’,” terangnya.
Pernyataan WNI yang memilih bekerja di luar negeri itu pun viral di media sosial. Banyak yang merasa setuju dan membenarkan perkataannya. (Sarah)