Bollywood Terguncang karena AI, Loh Kok?

ZETIZENS.ID – Geger! Bollywood dikabarkan terguncang karena AI. Gimana ceritanya?
Laman Kompas mengulas, undustri perfilman India atau Bollywood tengah menghadapi babak baru dengan hadirnya kecerdasan buatan (AI). Teknologi ini mulai digunakan untuk mengubah jalan cerita film hingga menciptakan karya sepenuhnya berbasis AI.
Langkah tersebut memicu perdebatan besar di dunia film India yang selama ini identik dengan tarian, nyanyian, serta produksi berskala besar.
Sebagian pelaku industri melihat peluang efisiensi, sementara lainnya mengkhawatirkan ancaman terhadap kreativitas dan hak cipta.
Ini bermula ketika film populer tahun 2013, Raanjhanaa, dirilis ulang dalam versi berbahasa Tamil. Akhir cerita diubah menggunakan teknologi AI, dari yang semula tragis menjadi penuh harapan dengan sang tokoh utama diperlihatkan masih hidup.
Bintang utama Dhanush mengecam perubahan itu. “Akhir film alternatif ini telah melucuti jiwa film ini,” tulisnya di media sosial.
Ia menyebut penggunaan AI untuk mengubah karya sinema sebagai preseden yang sangat memprihatinkan bagi seni dan seniman.
“Pihak-pihak terkait tetap melanjutkannya meskipun saya jelas-jelas keberatan. Ini mengancam integritas penceritaan dan warisan sinema,” ungkapnya.
Sutradara Aanand L. Rai juga menolak praktik tersebut. “AI jelas masa depan, tetapi ia tidak ada untuk mengubah masa lalu,” katanya, dikutip dari AFP pada Senin (1/9/2025).
Eternal
Setelah polemik itu, perusahaan hiburan Collective Artists Network mengumumkan produksi film Chiranjeevi Hanuman, The Eternal. Film epik mitologi ini diklaim sebagai film panjang pertama India yang sepenuhnya menggunakan AI dan dijadwalkan tayang pada 2026.
Kabar tersebut memicu komentar pedas dari sineas Vikramaditya Motwane. “Dan begitulah, semuanya dimulai. Siapa yang butuh penulis dan sutradara jika Made in AI?” tulisnya di media sosial.
Kreativitas manusia vs teknologi Di sisi lain, ada juga sutradara yang menilai AI sebagai peluang. Shakun Batra, misalnya, pernah membuat serial film pendek lima bagian berbasis AI.
“Saya rasa AI bukan berarti tidak mungkin ada daging dan darah. Masa depan terbaik adalah ketika dua keahlian menyatu,” ujarnya. Meski begitu, Batra menekankan teknologi hanya boleh melengkapi karya, bukan menggantikan.
“Saya tidak mendukung AI sebagai pengganti upaya manusia dalam berekspresi,” katanya.
Sutradara kawakan Shekhar Kapur pun menilai AI tidak akan bisa menggantikan inti dari sebuah cerita.
“Cerita terbaik tidak dapat diprediksi dan AI tidak dapat menangani ketidakpastian,” ucapnya kepada AFP.
Menurut Kapur, penampilan aktor di layar lebar tetap tak tergantikan.
“AI tidak dapat, saat ini, menciptakan penampilan yang hebat di layar. Jika Anda melihat bintang-bintang besar dunia ini, mata merekalah yang berperan, bukan wajah mereka,” jelasnya.
Sisi Kapur menilai AI justru akan menguntungkan bagi pembuat film independen.
“AI adalah teknologi yang sangat demokratis karena memberikan peluang bagi mereka yang tidak akan pernah mendapatkannya. Berapa banyak orang di India yang mampu bersekolah di sekolah film?” katanya.
Ia bahkan berencana mendirikan sekolah film berbasis AI di kawasan kumuh Dharavi, Mumbai.
“AI akan memberdayakan kreator, menyamakan kedudukan bagi pembuat film independen, dan bahkan mengarah pada penciptaan bintang film serta karakter yang sepenuhnya baru,” tambahnya.
Meski demikian, ia mengingatkan bahwa film pada akhirnya tetap ditentukan oleh penonton. Sementara itu, Aanand L. Rai, sutradara Raanjhanaa, mengaku terhibur oleh reaksi penggemar yang membela versi asli filmnya.
“Cara mereka bereaksi terhadap AI jauh lebih besar daripada cara saya bereaksi. Ini lebih merupakan film mereka daripada film saya,” ujarnya.
Fenomena ini menandai awal dari perdebatan panjang tentang peran AI dalam perfilman India.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan.
Menurut kamu gimana Zet? (Zee)