Khazanah

Di Bawah Lindungan Ka’bah, Kisah Bertabur Hikmah

ZETIZENS.ID – Pernah baca novel “Di Bawah Lindungan Ka’bah” karya HAMKA? Ya, novel ini lebih banyak menggambarkan suasana duka. Yaitu, kedukaan Ibu Hamid yang memikirkan nasib anaknya, Hamid di kemudian hari.

Kesedihan ketika Hamid tau bahwa ia dan Zainab tidak akan bisa bermain-main lagi setelah tamat sekolah dan begitu sebaliknya. Kedukaan ketika Haji Ja’far wafat dan disusul oleh ibunda Hamid.

Juga kedukaan dan kesedihan ketika Hamid tau bahwa Zainab akan dinikahkan dengan kemenakkan Haji Ja’far dan penderitaan Zainab yang selalu memikirkan Hamid yang telah pergi bertahun-tahun tanpa kabar berita.

Latar suasana kegembiraan juga digambarkan ketika Ibu hamid mendengar bahwa Hamid akan di sekolahkan oleh haji Ja’far.

Selain itu, ada juga suasana Haru, takjub, kehilangan, dan keputusasaan.

Latar tempat pada novel ini lebih banyak mengambil latar di tanah suci, yaitu Mekkah, padang Arafah, madinah, Mina, Jedah.

Selain itu ada latar tempat di tanah Air seperti, padang, padang panjang, jambi, pesisir Arau dan medan

FYI, Di Bawah Lindungan Ka’bah adalah novel yang disebut juga sebagai karya sastra klasik Indonesia. Novel ini ditulis oleh Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau yang lebih populer dengan nama pena Hamka.

Novel Di Bawah Lindungan Ka’bah pertama kali diterbitkan pada tahun 1938 oleh penerbit nasional Hindia Belanda, Balai Pustaka.

Novel ini mengisahkan tentang kisah cinta dua sejoli yang gagal, karena terbentur budaya masyarakat Minang.

Kedua sejoli itu adalah Hamid dan Zainab, dua orang yang saling mencintai, tetapi tidak bisa bersatu akibat perbedaan latar belakang keluarga dan derajat ekonomi.

Perasaan cinta mereka terus disimpan di dalam hati masing-masing dan tak pernah terungkapkan. Ketidakberdayaan Hamid untuk mengungkapkan perasaannya semakin memberatkan perasaan dan hati Hamid saat Mak Asiah, Ibu dari Zainab, meminta dirinya untuk membujuk Zainab supaya mau menikah dengan laki-laki pilihan keluarga.

Untuk mengobati luka hatinya, Hamid akhirnya memutuskan pergi dari Padang menuju ke Mekah.

Hamid ingin memohon perlindungan kepada Allah SWT dengan terus beribadah di hadapan Ka’bah.

Kisah Di Bawah Lindungan Ka’bah telah diadaptasi menjadi film layar lebar sebanyak dua kali.

Pertama, film yang disutradarai oleh Asrul Sani dan dibintangi oleh penyanyi dangdut Camelia Malik sebagai Zainab, dirilis pada tahun 1977 dengan judul Para Perintis Kemerdekaan.

Adaptasi film ini menggambarkan perjuangan dua tokoh yang saling mencinta dengan latar belakang perjuangan menghadapi kekuatan kolonial Belanda.

Film ini berhasil meraih kesuksesan dengan memenangi dua Piala Citra dari total enam nominasi pada Festival Film Indonesia 1977.

Film adaptasi kedua disutradarai oleh Hanny R. Saputra dan dibintangi oleh Herjunot Ali sebagai Hamid dan Laudya Cynthia Bella sebagai Zainab.

Film ini dirilis dengan judul Di Bawah Lindungan Ka’bah pada tahun 2011. Adaptasi ini fokus pada kisah cinta Hamid dan Zainab.

Film ini sempat diajukan untuk mewakili Indonesia pada Academy Awards ke-84 untuk nominasi Film Berbahasa Asing Terbaik, tetapi tak berhasil masuk nominasi akhir. (Hilal)

Hilal Ahmad

Gen Z Enthusiast yang suka menulis apa pun dan bertualang ke mana pun!

Tulisan Terkait

Back to top button