HMPS Biologi Mengadakan Seminar Hari Badak Sedunia
Guna Mengurangi Kepunahan Seluruh Spesies Badak di Dunia

ZETIZENS.ID – Himpunan Mahasiswa Program Studi Biologi mengadakan seminar Hari Badak Sedunia (World Rhino’s Day) untuk mengedukasi seluruh mahasiswa dalam paya mencegah kepunahan dari kelima spesies badak yang dua di antaranya berada di negara Indonesia.
Kelima spesies berikut adalah badak bercula satu, badak putih, badak hitam, badak Jawa, dan badak Sumatra. Kabarnya kelima spesies tersebut hanya tinggal tersisa beberapa ekor saja, bahkan sampai saat ini sudah dalam status hampir punah.
Hari Badak Sedunia diperingati pada tanggal 22 september, diperingati sejak 2011. Pada acara seminar kali ini HMPS BIOLOGI Kabinet Evolvo 2024 mendatangkan pemateri dari Kepala Sub Bagian Tata Usaha Balai Taman Nasional Ujung Kulon Bapak Sanggara Yudha, S.Hut., M.Si.
Dalam menyampaikan materi edukasi tentang ekosistem badak Jawa yang hidup di Taman Nasional Ujung Kulon, beliau memaparkan bahwasanya sudah terjadi
perburuan badak Jawa pada tahun 2024 sebanyak 26 ekor, dan terungkap oleh kamera perangkap yang dipasang oleh petugas Taman Nasional Ujung Kulon.
Pada saat sesi pertanyaan, terdapat audiens yang menanyakan terkait jalur perburuan Badak yang ada di Taman Nasional Ujung Kulon.
Terkait hal tersebut, Balai Taman Nasional Ujung Kulon kerap sekali menemukan jalur perburuan melewati jalur darat maupun jalur perairan yang menyebabkan kecolongan perburuan pada badak Jawa.
Beliau melaporkan bahwasanya
hanya tersisa kurang lebih sekitar 81 Ekor badak Jawa yang ada di Taman Nasional Ujung Kulon.
Selanjutnya, pemateri yang kedua disampaikan oleh Ofat Sofwatuddin, S.IP selaku Founder of OFORA Trust Foundation. Beliau memaparkan beberapa alasan perburuan Badak di seluruh dunia dikarenakan cula badak yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional, demam,
dan obat detoksifikasi tubuh.
Selain itu, cula badak juga kerap digunakan menjadi icon hias/pajangan atau sebagai simbolis yang memiliki nilai harga yang sangat tinggi.
Perdagangan cula Badak kerap terjadi di pasar gelap Vietnam dan China dengan rasio harga badak Asia sekitar Rp6,5 miliyar /kg sedangkan, harga badak Afrika memiliki rasio harga sekitar Rp325 juta/kg.
Ofat juga menyampaikan bahwasanya apabila seekor badak berkembang biak dengan satu keturunannya akan menyebabkan terjadinya kecacatan pada anak Badak yang dihasilkan.
Hal tersebut yang menyebabkan populasi Badak berkurang selain dari perburuan Liar dan hilangnya habitat asli badak yang dihancurkan oleh manusia.
Beliau juga mengungkapkan bahwasanya, Seminar Hari Badak ini salah satu upaya kita dalam mencegah kepunahan pada
spesies badak.
Ofat juga menyampaikan alasannya sangat terobsesi dalam melindungi badak dikarenakan badak sangat membantu manusia melakukan reboisasi tanaman melalui kotoran yang dibuang oleh badak tersebut, serta perilaku badak yang menguntungkan bagi makhluk hidup sekitarnya.
Dan kita ketahui juga bahwasanya di alam liar spesies badak dewasa tidak memiliki predator alami, dan ancaman terbesar bagi spesies badak adalah manusia.
Acara Seminar Hari Badak 2024 dengan Tema ‘’Badak Cula, Harapan Bangsa’’ ini diselenggarakan oleh Depi Herawati selaku Ketua pelaksana, dan Muhamad Roup sebagai Ketua umum Himpunan Mahasiswa Program Studi BIOLOGI periode 2024, yang dihadiri sekitar 120 mahasiswa dari berbagai jurusan di Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Kampung Andamui, Kelurahan Sukajaya, Kecamatan Curug, Kota Serang, Banten. (Zee)