Dinas Pariwisata Siap Tingkatkan Pengelolaan Wisata yang Baik

ZETIZENS.ID – Potensi pariwisata yang beragam perlu pengelolaan yang baik untuk terwujdunya peningkatan ekonomi bagi masyarakat sekitar. Apalagi Provinsi Banten merupakan daerah yang kaya akan potensi pariwisata, baik alam, budaya, sejarah, maupun religi, pantai-pantai indah seperti Anyer dan Sawarna, kawasan Taman Nasional Ujung Kulon, hingga destinasi spiritual seperti Banten Lama.
“Ini merupakan aset yang tidak hanya membanggakan, tetapi juga memiliki nilai ekonomi tinggi jika dikelola secara berkelanjutan dan profesional,” ucap Plt Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Banten, Linda Rohyati Fatimah, disela kegiatan Pendampingan Peningkatan Kapasitas Pengelola Destinasi Pariwisata Berkelanjutan Identifikasi Masalah Pengelolaan Destinasi Pariwisata di Wisata Pantai Carita, Selasa (20/5/2025).
Menurut Linda wisata yang dicita-citakan, bukan hanya sekadar aktivitas rekreasi. Lebih dari tu, pariwisata adalah instrumen penting dalam menggerakkan roda perekonomian daerah, membuka lapangan kerja, mendorong pelaku UMKM dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.
“Apabila sebuah destinasi dikembangkan dengan pendekatan partisipatif dan berwawasan lingkungan, maka manfaat ekonominya akan dirasakan secara langsung oleh masyarakat sekitar,” ujarnya.
Namun demikian, lanjut Linda para peelaku dan stakeholder pariwisata juga harus jujur. Ini masih menjadi tantangan dalam pengelolaan pariwisata di Provinsi Banten. Mulai dari infrastruktur pendukung yang belum optimal, koordinasi antar pemangku kepentingan yang periu diperkuat, hingga perlunya peningkatan kapasitas SDM pariwisata.
“Oleh karena itu, kegiatan hari ini sangat strategis untuk mengidentifikasi bersama akar permasalahan yang ada, serta merumuskan langkah-langkah solutif guna mewujudkan Provinsi Banten sebagai tujuan wisata unggulan yang berdaya saing dan berkelanjutan,” ujarnya.
Pengelolaan destinasi pariwisata berkelanjutan, kata Linda tidak hanya berbicara tentang peningkatan kunjungan wisatawan. Lebih dari itu, adalah menuntut keselarasan antara aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi.
“Kami masih sering menjumpai masalah yang terjadi dalam pengembangan destinasi pariwisata seperti adanya degradasi lingkungan akibat aktivitas pariwisata yang tidak terkendali, kurangnya partisipasi masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan, ketimpangan manfaat ekonomi antara pelaku usaha besar dan masyarakat sekitar, hingga lemahnya data dan perencanaan berbasis riset bernuansa pariwisata,” katanya.
“Selain itu juga, identifikasi masalah pengelolaan destinasi pariwisata berkelanjutan dapat dianalisis melalui prinsip Sapta Pesona, yaitu tujuh unsur yang barus diwujudkan agar suatu destinasi menjadi menarik, aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, dan kenangan (berkesan bagi wisatawan),” ujarnya.
Kepala Bidang Destinasi Dispar Banten, Sunandar menambahkan salah satu masalah umum yang sering muncul yang berhubungan dengan Sapta Pesona seperti banyak destinasi belum memiliki sistem keamanan yang memadai, seperti patroli keamanan, rambu keselamatan, atau mitigasi bencana. Hal ini menurunkan rasa aman wisatawan. Kurangnya regulasi dan penegakan hukum menyebabkan adanya kemacetan pada akses menuju lokasi wisata, parkir sembarangan, dan atau adanya aktivitas ilegal seperti pungli dan calo.
“Kemudian pengelolaan sampah yang buruk, minimnya fasilitas kebersihan, dan rendahnya kesadaran wisatawan maupun masyarakat sekitar tentang pentingnya menjaga kebersihan. Alih fungsi lahan, deforestasi, dan pembangunan yang tidak ramah lingkungan menyebabkan berkurangnya ruang hijau dan kualitas udara,” katanya.
Selanjutnya, kata Nandar tata ruang dan desain kawasan wisata sering tidak terencana dengan baik, bangunan liar merusak estetika, serta kerusakan alam akibat over kapasitas kunjungan. Kurangnya pelatihan sumber daya manusia di sektor pariwisata menyebabkan pelayanan yang tidak profesional atau kurang bersahabat terhadap wisatawan.
“Lalu destinasi belum mampu menciptakan pengalaman wisata yang unik dan berkesan, baik dari sisi atraksi, budaya, maupun pelayanan,” katanya.
Oleh karena itu, Nandar menyebut kegiatan hari ini menjadi sangat penting. Semua pihak perlu duduk bersama, mengidentifikasi permasalahan yang ada secara jujur dan komprehensif, agar dapat melahirkan solusi yang tepat sasaran dan berkelanjutan.
“Kami berharap hasil dari kegiatan ini tidak berhenti pada tataran diskusi saja, tetapi akan lahir rekomendasi-rekomendasi yang konkret dan aplikatif, yang nantinya bisa menjadi dasar dalam perumusan kebijakan pengembangan pariwisata di Provinsi Banten,” ucap Nandar. (susi)