Pemprov Banten Salurkan Bantuan UEP dan Jaminan Sosial melalui Bank Banten untuk Perkuat Kesejahteraan Warga

ZETIZENS.ID – Pemerintah Provinsi Banten menyalurkan Bantuan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) dan Jaminan Sosial Keluarga (JSK) kepada ribuan penerima manfaat di berbagai daerah di Banten. Program ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mengurangi kemiskinan, serta memperkuat ketahanan sosial.
Wakil Gubernur Banten, A. Dimyati Natakusumah, menegaskan bahwa bantuan UEP sebesar Rp2 juta harus digunakan untuk usaha produktif, bukan untuk kebutuhan konsumtif. “Dua juta lumayan. Jangan dibelikan sepeda, jangan dibelikan motor. Dua juta ini digunakan untuk modal usaha, bisa bikin kue, kerajinan, home industry. Mudah-mudahan bermanfaat,” ujar Wagub Dimyati.
Ia juga mengingatkan agar tidak ada pungutan liar dalam proses pencairan. Dimyati menyampaikan bahwa penyaluran bantuan dilakukan melalui Bank Banten. Ia meminta masyarakat mendoakan agar Bank Banten semakin maju dan mampu memberikan kontribusi lebih besar bagi rakyat.
Wagub menjelaskan bahwa program UEP dan JSK ini memiliki tujuan besar dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat, terutama keluarga kurang mampu. “Program ini untuk mengurangi kemiskinan, mengurangi gizi buruk, menurunkan stunting, dan mendukung tumbuh kembang anak,” ujarnya. Dimyati menyebut mayoritas penerima bantuan adalah perempuan karena dinilai lebih amanah dalam mengelola keuangan rumah tangga.
Selain UEP, Pemprov Banten juga menyalurkan 33.000 manfaat Jaminan Sosial Keluarga (JSK). Program ini berfungsi sebagai perlindungan ketika terjadi musibah seperti kecelakaan, kehilangan pencari nafkah, atau kondisi darurat lainnya. “Ini mitigasi risiko, supaya kalau terjadi apa-apa dalam keluarga, ada perlindungan. Ini penting untuk rasa aman,” jelas Dimyati.
Wagub menekankan bahwa bantuan ini perlu didukung dengan kemauan dan jiwa kewirausahaan dari para penerima. Pemerintah hanya mendorong dan membuka jalan, namun keberhasilan usaha sangat bergantung pada semangat penerima itu sendiri. “Awalnya harus ada jiwa usaha. Kalau tidak ada jiwa usaha itu, maka dia akan terus bergantung. Bisa karena mau, bisa karena dibiasakan. Awalnya dari dorongan ini, kita ingin ada kemandirian,” jelasnya.
(Sarah)







