Kristen Muhammadiyah Sedang Ramai Dibahas, Ini Apa?

ZETIZENS.ID – Sudah tahu belum kalau belakangan jagat maya sedang ramai dengan istilah “Kristen Muhammadiyah”?
Ada pro dan kontra terkait istilah ini. Mereka yang kontra lebih banyak berdasarkan pada istilah yang digunakan untuk menamai fenomena sosial ini.
Dikutip dari laman Muhammadiyah, Abdul Mu’ti menjelaskan bahwa “Kristen Muhammadiyah merupakan varian sosiologis yang menggambarkan para pemeluk Agama Kristen atau Katolik yang bersimpati dan memiliki kedekatan dengan Muhammadiyah.”
Dari penjelasan ini bisa diambil kesimpulan bahwa Muhammadiyah sebagai salah satu ormas islam berhasil membangun kedekatan dan simpati dari pemeluk agama lain dan hal ini merupakan sebuah prestasi tersendiri dimana di banyak tempat di belahan dunia yang mengalami Islamphobia.
Abdul Mu’ti juga mengatakan, “Mereka bukan anggota Muhammadiyah. Mereka tetap sebagai pemeluk agama Kristen atau Katolik yang teguh menjalankan ajaran agamanya. Kristen Muhammadiyah bukanlah sinkretisme agama di mana seseorang mencampuradukkan ajaran Kristen atau Katolik dengan Islam (Muhammadiyah).“
Dari penjelasan ini sudah jelas bahwa tidak terjadi sinkretisme dan pluralisme beragama, Muhammadiyah tetap menjadi organisasi islam yang berusaha untuk selalu sejalan dengan apa yang diajarkan Nabi Muhammad SAW dan mereka yang kristen tetap beribadah sesuai keyakinan mereka.
Bukan berarti pula bahwa universitas muhamadiyah dijadikan tempat melaksanakan misa kebaktian.
Pendapat yang disampaikan oleh mereka yang kontra Istilah Kristen Muhammadiyah dengan argumentasi memperlebar dan menggabungkan dengan mengambil dari istilah “Kristen” yang artinya pengikut Kristus sebagaimana berdasarkan nas dari Kisah Para Rasul (11:26) dan “Muhammadiyah” yang berarti pengikut Nabi Muhammad tentu tidaklah tepat.
Penisbatan Muhammadiyah yang dimaksud dalam istilah fenomena ini tentu sangat jelas bisa dipahami maksudnya adalah organisasi Muhammadiyah bukan Nabi Muhammad SAW.
Pada masa keemasan Islam dan eropa mengalami masa kegelapan banyak orang non muslim eropa yang belajar ke sekolah-sekolah Islam di Baghdad dan mereka diterima untuk belajar di sana, sebagaimana yang dilakukan oleh Muhammadiyah dengan menerima mereka yang beragama Kristen untuk belajar di sekolah dan Universitas Muhamadiyah karena akses pendidikan yang masih minim di daerah tersebut.
Menjadi wajar jika kemudian Muhammadiyah berhasil menarik simpati dan melahirkan kedekatan dengan umat beragama Kristen yang ada di wilayah tersebut.
Usaha-usaha Muhammadiyah yang antara lain di bidang pendidikan dan sosial ini merupakan salah satu usaha merepresentasikan Islam sebagai agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam.
Buku
Laman Kumparan menyebut, istilah Kristen Muhammadiyah mengemuka dan menjadi sorotan setelah sebuah buku dilaunching berjudul ‘Kristen Muhammadiyah; : Mengelola Pluralitas Agama dalam Pendidikan’ pada Senin (22/5/2022) di Kantor Kemendikbudristek.
Buku itu ditulis berdasarkan penelitian Abdul Mu’ti dan Fajar Riza Ulhaq. Kristen Muhammadiyah (disebut ‘KrisMuha’), singkatnya merujuk pada orang Kristen yang menjadi simpatisan Muhammadiyah.
Fenomena ini lahir sejalan berdirinya lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah di seluruh tanah air dari tingkat TK hingga perguruan tinggi, yang diisi beragam golongan, suku, hingga agama. Salah satunya agama Kristen.
Ketua Lembaga Kajian dan Kemitraan Strategis (LKKS) PP Muhammadiyah, Fajar Riza Ulhaq, menyebut fenomena munculnya ‘varian KrisMuha’ dapat dijelaskan oleh adanya interaksi yang intens antara siswa-siswa Muslim dan Kristen dalam lingkungan pendidikan Muhammadiyah.
Namun, perlu dicatat interaksi tersebut tidak menghilangkan identitas mereka sebagai penganut agama Kristen yang taat.
Suasana SD Muhammadiyah 5 Jakarta, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, saat hari pertama masuk sekolah (15/7/2023).
Fajar menyebut buku “Kristen Muhammadiyah” menggambarkan situasi toleransi di daerah-daerah terpencil di Indonesia, terutama di daerah 3 T (Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal), yaitu Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT); Serui, Papua; dan Putussibau, Kalimantan Barat (Kalbar).
Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti, mengungkap pada awalnya, buku ini diterbitkan pada tahun 2009 namun kurang detail dalam hal data-data.
Kali ini, buku yang diterbitkan oleh Kompas Gramedia itu telah mengalami penyempurnaan yang komprehensif dan juga telah diperbaiki dengan baik.
“Terutama pada bagian bab dua dalam buku ini dijelaskan tentang akar pluralisme dalam pendidikan Muhammadiyah di tingkat akar rumput,” kata Mu’ti dikutip dari website Muhammadiyah, Senin (29/5/2023).
Potret Sosial, Bukan Teologis
Guru Besar Pendidikan Islam UIN Syarif Hidayatullah itu menegaskan bahwa KrisMuha merupakan varian sosiologis, bukan teologis.
Jadi, istilah ini merujuk pada kedekatan warga Kristen dengan Muhammadiyah, bukan penggabungan akidah Muhammadiyah dengan Kristen.
“Kristen Muhammadiyah merupakan varian sosiologis yang menggambarkan para pemeluk Agama Kristen/Katolik yang bersimpati dan memiliki kedekatan dengan Muhammadiyah,” ucap Mu’ti masih di website Muhammadiyah.
Mu’ti menjelaskan KrisMuha bukanlah anggota resmi Muhammadiyah. Mereka tetap berpegang teguh pada nilai-nilai dan keyakinan Kristen.
Menjelaskan fenomena Kristen Muhammadiyah dapat dilihat pada sosok yang bangga menjadi bagian dari alumni lembaga pendidikan Muhammadiyah, yaitu Benhur Tomi Mano, Wali Kota Jayapura 2011–2016 dan 2017–2022.
“Di Papua itu ada satu wali kota dan satu bupati tamatan SMP Muhammadiyah. Yaitu Walikota Jayapura namanya Benhur Tomi Mano, kemudian ada Bupati Jayapura (Mathius Awoitauw) alumni SMP Muhammadiyah. Kristen taat, tetapi kecintaannya terhadap Muhammadiyah luar biasa,” ungkap Ketua PP Muhammadiyah Muhadjir Effendy.
Dalam Kuliah Umum di Universitas Muhammadiyah Kudus (UMKU), Muhadjir menuturkan bahwa Benhur Tomi Mano selalu bangga pernah menjadi bagian dari Muhammadiyah.
Karena itu ketika Pimpinan Pusat Muhammadiyah berkunjung ke Papua, Benhur atau Mathius selalu berusaha menjemput.
Ada peristiwa yang dikenang oleh Muhadjir adalah ketika dalam satu forum Muhammadiyah, Benhur Tomi Mano, mengangkat tangan dan minta diberi kesempatan untuk memimpin doa.
“Orang bingung semua toh? Nah ini gimana ini, minta mimpin doa, doanya Kristen gimana wong yang datang semua orang Muhammadiyah,” kenang Muhadjir.
“Setelah memimpin doa itu ternyata doanya adalah radhitu billahi rabba dan wal ashri. Dia ingat ketika masih di SMP Muhammadiyah dulu, dia ketua kelas dan selalu disuruh memimpin doa itu. Saya guyoni, tinggal syahadatnya sampean ini Pak Wali,” kelakar Muhadjir.
Fakta sederhana ini menurut Muhadjir adalah salah satu keberhasilan Muhammadiyah dalam menyelenggarakan pendidikan dan mewujudkan kemanfaatan Islam Rahmatan lil Alamin ke seluruh golongan manusia.
“Jadi, Muhammadiyah itu sebagai state of mind, situasi pemikiran, itu bisa melampaui batas-batas keyakinan. Jadi walaupun dia bukan orang yang maaf, muslim, tetapi suasana cara berpikirnya adalah cara berpikir Muhammadiyah itu yaitu open minded, terbuka,” kata Muhadjir.
Benhur Tomi Mano merupakan alumni dari SMP Muhammadiyah YAPPIS Abepura. Benhur saat ini juga menjabat sebagai Ketua Umum klub sepakbola kebanggaan bumi Cendrawasih, yakni Persipura Jayapura.
“Maka saya rasa saat ini pemimpin daerah yang tergolong bersih di Papua itu ya Wali kota Jayapura dan Bupati Jayapura itu. Dan prestasinya sangat bagus dan dia sangat bangga dibesarkan di sekolah Muhammadiyah,” tutup Muhadjir yang juga berkapasitas sebagai Menko PMK Republik Indonesia. (Hilal)