Karya

Literasi untuk Negeri: Cerita Kelompok KKN Tematik Literasi Kelompok 30 Desa Muruy

ZETIZENS.ID – Indonesia merupakan negara dengan berbagai budaya, suku, adat dan Bahasa yang bermacam macamm, Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan budaya yang luar biasa.

Dengan lebih dari 17.000 pulau, 1.300 suku bangsa, dan lebih dari 700 bahasa daerah, Indonesia memiliki warisan budaya yang unik dan beragam.

Budaya ini tercermin dalam adat istiadat, seni, bahasa, kuliner, hingga kepercayaan masyarakat yang tersebar di seluruh Nusantara.

Keberagaman itulah yang mesti kita rawat, jaga dan lestarikan, bukan untuk kita saat ini tetapi untuk anak cucu kita dan untuk bangsa dan negara kita, kesadaran akan keberagaan ini tentunya memilki dampak yang perlu kita antisipasi juga, para leluhur bangs akita sudah menyadari konsekuensi tersebut maka dari itu dibuatlah semboyan negara kita yang sudah termaktub dalam semboyan negara kita “Bhineka Tunggal Ika” yang memili arti “Berbeda-beda tetap satu jua”.

Salah satu penyambung keberagaman Adalah rasa sadar akan perbdaan yang mengakibatkan adanya rasa saling menjaga dan hidup berdampingan, hal itu pula perlu adanya komunikasi yang harus selalu terjaga untuk menyambung serta merawat keberagaman, komunikasi dapat dipahami merupakan interaksi antara satu individu dengan individu lainnya atau dalam skala yang besar antara satu kelompok lainnya.

Dalam komunikasi hal yang paling penting untuk diperhatikan adalah informasi, bagaimana kita meyerap, mendengar, membaca serta mengaplikasikan apa yang sudah kita terima itu merupakan literasi.

Menurut Ratih D Adiputri (Kompas.Id) Literasi Adalah kemampuan membaca, menulis, berbicara, dan mendengar yang merupakan cara untuk berkomunikasi secara efektif dan memahami dunia di sekitarnya.

Di era banjir informasi pemahaman akan literasi menjadi sangat dibutuhkan agar Masyarakat mampu beradaptasi dan menjawab tantangan global, menurut kepala perpusnas menekankan bahwa literasi tidak hanya terbatas pada kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga melibatkan pemahaman yang mendalam terhadap informasi dan pengetahuan, serta mengimplementasikannya menjadi barang dan jasa.

Selain hal tersebut, mengingat era sekarang kemajuan pesat teknologi literasi menjadi hal yang sangat fundamental dibutuhkan karena dengan adanya pemahaman terhadap literasi maka seseorang dapat untuk menyaring, memahami, serta menggunakan informasi secara cerdas dan etis di tengah arus data yang melimpah.

Tanpa literasi yang memadai, individu akan rentan terhadap penyebaran hoaks, manipulasi informasi, penipuan digital, dan ketertinggalan dalam pemanfaatan teknologi untuk produktivitas, hal ini sangat fundamental dan dibutuhkan pada zaman perkembangan teknologi saat ini.

Kemudian, menurut UNESCO, menyebutkan bahwa Indonesia berada di peringkat kedua dari bawah soal literasi dunia, artinya minat baca sangat rendah.

Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan yakni hanya 0,001%.

Hal ini berarti, dari 1.000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca, Sedangkat survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2020 menunjukkan bahwa hanya sekitar 10% penduduk Indonesia yang rajin membaca buku.

Angka ini menunjukkan tingkat minat literasi yang rendah di kalangan masyarakat. Ada beberapa faktor yang dapat menjadi sebab rendahnya minat literasi di Indonesia.

Hal inilah yang merupakan urgensi dari pentingnya literasi, karena literasi adalah kunci yang harus dimiliki oleh masyarakat dunia dan Indonesia khsususnya untuk menjadi senjata dalam menghadapi tantangan zaman dan beradaptasi terhadap perkembangan zaman, maka perpusnas meluncurkan KKN (Kuliah Kerja Nyata) mengusung tema “Tematik Literasi” yang mengisyaratkan kepada seluruh mahasiswa yang mengikuti kegiatan KKN tersebut untuk membumikan literasi dan menyadarkan kepada Masyarakat Masyarakat daerah mengenai pentingnya literasi.

Kami dari KKM 30 Desa Muruy secara langsung melihat bahwa perlunya Pendidikan literasi sebagai fondasi utama yang harus dimiliki oleh setiap masyarakat Indonesia, kami melihat adanya ketidak merataan dalam akses Pendidikan di daerah daerah terkhusus daerah yang sedang kami lakukan kegiatan KKM yaitu Desa Muruy, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang.

Banyak hal yang kita dapatkan dalam kegiatan selama kurang lebih satu bulanan ini, kami menguraikan nya menjadi beberapa bagian penting.

Masalah literasi di daerah Desa Muruy:

1. Kurangnya Akses Terhadap Bahan Bacaan

Waktu pertama kali KKM 30 menginjakan kaki ke Desa Muruy tepatnya tanggal 8 Juli 2025, KKM 30 langsung melakukan observasi dan proker pertama kita adalah me-revitalisasi perpustakaan dan TBM serta mendata buku buku (Taman Baca Masyarakat) proker (Program Kerja) pertama kita mendata serta memisahkan berbagai buku-buku berdsarkan kategori yang sudah diterapkan oleh Badan Perpustakaan dan Kearsiapan Daerah.

Kita melihat bahwa buku buku yang tersedia di perpustakaan setempat masih sangat minim, bahan bacaaan yang kurang menarik untuk anak-anak serta untuk mayarakat warga Desa Muruy.

Ketidakmenarikan itulah kemudian yang menjadi penyebab warga Desa Muruy enggan untk mengunjungi perpustakaan dan menganggap bahwa literasi itu tidak penting hal ini tak luput karena minimnya ketersediaan buku yang ada di perpustakaan dan manajemen perpustakaan yang kurang becus.

Kita melihat bahwa manajemen perpustakaan yang dibawahi secara langsung oleh Pemerintah Desa menganggap budaya literasi tidak begitu diperlukan hal ini terlihat dari pengurus perpustakaan desa yang merangkap sebagai staf desa.

Perpustakaan yang dijadikan gudang untuk menyimpan berkas berkas tidak terpakai serta perpustakaan yang tidak terawat, tampaknya hal ini sudah memperlihatkan secara jelas tentang ketidakberpihakan pemerintah desa dalam pengembangan perpustakaan yang merupakan rumah literasi.

Hal ini yang pertama kita benah, kita gotong-royong untuk membenahi perpustakaan, mendata buku-buku yang tersedia dan memperbaiki manajemen dalam perpustakaan Desa Muruy.

Kemudian beberapa kegiatan sudah kita laksanakan, kegiatan ini kita balut dengan games agar anak-anak yang menjadi target utama kita merasa terhibur dan harapan kita setelah kepergiaan kita, anak-anak tetap mau untuk mengunjungi dan bermain bersama di perpustakaan

2. Tidak Adanya Kebiasaan / Habits Membaca Sejak Kecil

Proker selanjutnya kita mulai menganalisis SDM (Sumber Daya Manusia) yang ada di dalam Masyarakat Desa Muruy kami menemui bahwa literasi yang berkembang di Desa Muruy masih dianggap enteng.

Masyarakat tidak begitu terlalu menganggap hal tersebut penting dan cenderung mengabaikan “asal bisa makan di hari ini maka sudah cukup hidup ini”.

Mungkin slogan tersebut yang menggambarkan kondisi masyarakat Desa Muruy.

Dengan berat hati kami mengatakannya, disamping itu banyak hal hal positif yang kita dapat, kita merasa diayomi, merasa resik, dan masyarakat Desa Muruy sangat terbuka dengan para pendatang khususnya mahasiswa yang sedang mengabdi di Desa Muruy.

Mereka antusisas menyambut kita, maka kita pun semangat untuk membantu dengan cara memberi pemahaman bahwa literasi sangat penting di era digital saat ini.

Literasi enggannya dibentuk dari masa anak-anak, kita melakukan sosialisasi kepada mayarakat Desa Muruy mengenai pentingnya literasi dalam setiap keluarga, kita mengadakan seminar mengenai dapak literasi dan pentingnya literasi dalam keluarga.

Alhamdulillah program terlaksana dengan baik dan ramai, semoga dampak yang kita harapkan adalah masyarakat Muruy tetap menjadi masyarakat yang ramah ramah antar sesama warga yang merupakan jati diri Masyarakat Muruy dan juga sadar akan terhadap literasi yang merupakan fondasi utama yang harus dimili saat ini.

3. Dampak Negatif Media Sosial dan Game

Perkemabangan pesat teknologi tampaknya membuat banyak perubahan dalam kehidupan bermasyarakat, dampaknya sudah terasa kedalam lapisan masyarakat desa, masyarakat desa yang dikenal sebagai masyarakat yang homogen, ramah terhadap masyarakat, menjaga lingkungan, menjaga tata krama dalam kehidupan, masyarakat desa dikenal sebagai masyarakat yang otentik karena tidak terpengaruh dengan perkembangan apapun termasuk teknologi dan masyarakat yang hidup di pedesaan terdiri dari satu latar belakang karena berasal dari daerah yang sama.

Akan tetapi, dengan adanya perkembangan teknologi yang salah satunya ditandai dengan adanya banjir informasi membawa banyak dampak positif dan negatif.

Dampak positifnya adalah komunikasi tidak kenal ruang lingkup atau batasan sehingga memudahkan masyarakat untuk mengakses informasi dan berhubungan dengan siapapun, dimanapun akan tetapi dampak negatif dibalik itu perlu diwaspadai dan diantisipasi.

Kami melihat bahwa masyarakat desa muruy belum bisa memanfaatkan teknologi dengan bijak, sehingga masyarakat terdisrupsi oleh teknologi khususnya media sosial dan game, anak-anak kecil yang belum cukup umur memegang gawai sudah diperkenankan untuk memegang gawai sehingga dampaknya mereka terbiasa untuk mendapatkan dopamine atau hiburan dari media sosial dan game, ditambah secara emosional mereka belum matang sehingga mudah terbawa oleh lingkungan tempat dia bermain.

Permaslahan inilah yang menjadi motivasi kami untuk mengajak anak-anak khususnya untuk menyadarkan tentang pentingnya literasi di era digital ini.

Sehingga kami mengajak anak-anak untuk bermain dan belajar tanpa menggunakan gawai serta kita sisipkan pesan pesan bahwa bahaya gawai jika dikonsumsi secara berlebihan.

Harapan kita Adalah memberi dampak baik kepada anak-anak agar lebih bijak bermain gawai, memanfaatkan media sosial, tidak melupakan kewajibannya sebagai anak yang perlu pendidikan dan pembinaan oleh lingkungan dan keluarganya

4. Infrastruktur Pendidikan yang Belum Merata

Ketimpangan ini terlihat jelas antara daerah desa muruy dan pedesaan yang dekat wilayah pemerintahan, hal tersebut terlihat ketika kita menjalankan proker di perpustakaan desa, disitu kita melihat siswa sekolah yang bersekolah di Desa Muruy dan siswa sekolah di tempat sekolah dekat pemerintah.

Kita melihat adanya gap yang terjadi, siswa yang bersekolah di SD Muruy banyak yang buta aksara, sementara siswa SD yang bersekolah di SD lain sudah bisa membaca.

Selanjutnya ketika kunjungan literasi kelompok KKM menjalankan kegiatan kunjungan literasi ke sekolah-sekolah, semakin terlihat jelas adanya ketimpangan infrastruktur Pendidikan yang terlihat, di SD Muruy 2 infrastruktur Pendidikan sangat terbatas siswa yang bersekolah di SD tersebut hanya 30 siswa dari kelas 1 – 6, dan angka buta huruf tinggi untuk anak kelas 1-4 rata rata tidak bisa membaca.

Sebagian siswa kelas 5-6 sudah bisa membaca , di SDN MURUY 1 infrastruktur semakin baik akan tetapi dihantui buta huruf yang tidak separah di SD sebelumnya, perpustakaan di SDN MURUY 1 tidak terawat karena minimnya bahan bacaan sehingga siswa di sekolah tersebut tidak mengunjungi perpustakaan

Padahal, Pasal 31 UUD 1945 dan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah menegaskan bahwa setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan yang layak.

Oleh karena itu, pemerataan infrastruktur pendidikan seharusnya menjadi prioritas utama pemerintah khususya dalam menjalankan Amanah UUD 1945 yaitu “mencerdaskan kehidupan bangsa”.

Kami KKM 30 melakukan kunjungan literasi sekaligus memberi edukasi tentang pentingnya literasi kepada siswa-siswa SD dan TK yang sudah kita kunjungi, harapan kita semoga siswa-siswi SD bisa untuk terus mengembangkan minatnya dan hobinya serta sadar tentang pentingnya literasi.

Oleh karena itu kegiatan KKM Tematik Literasi kolaborasi antara LPPM dengan Peprusnas merupakan kegiatan yang sangat penting agar perubahan dapat secara langsung dirasakan oleh berbagai kalangan masyarakat dimulai dari masyarakat desa tentang pentingnya literasi sebagai alat atau senjata untuk mengarungi kehidupan di era digital saat ini. (*)

Ditulis oleh mahasiswa KKM 30 Untirta

Tulisan Terkait

Back to top button