Muhammad Amzar Raziq, Gen Z SMK Pasundan 1 Kota Serang dan Tanah Papua
ZETIZENS.ID – Education Visit 2024 yang digelar Binisbanten.com dan partner mengunjungi SMK Pasundan 1 Kota Serang pada 26 September 2024. Dan ini adalah sekolah penutup dari rangkaian kunjungan ke sekolah SMK, SMA, MA, di Banten selama 2024.
Di sekolah ini, Zetizens ngobrol sama Muhammad Amzar Raziq, Gen Z SMK Pasundan 1 Kota Serang yang ternyata pindahan dari sekolah di Papua.
“Pernah satu bulan di SMKN 2 Kota Serang lalu pindah ke Papua. Saat kelas 12 pindah lagi ke Kota Serang dan masuk SMK Pasundan 1 Kota Serang,” cerita Gen Z satu ini.
Siswa kelas 12 TKJ atau Teknik Komputer Jaringan 2 ini bilang, pilih TKJ karena ingin menguasai tentang jaringan komputer. Gen Z satu ini seneng komputer dan itu alasan dia milih TKJ.
Tiga tahun di TKJ, Amzar bilang, belajar tentang mikrotik dan nyambungin wifi.
“Kalau ditanya susah ga sih, menurut aku, gampang kalau dipelajari,” jelasnya.
Amzar setuju kalau di kelas gak semua seperti dia yang menikmati segala hal tentang TKJ. Ada yang rekomendasi orangtua.
Di kelasnya, ada 27 siswa dalam satu kelas. Dan di angkatannya, ada 2 kelas untuk kelas 12.
Karena baru banget jadi siswa di sekolah ini, Amzar bilang, gak ikut ekskul apa pun karena ingin fokus dengan jurusan atau belajar.
“Waktu MTs, aktif ikut PMR,” tukas siswa pindahan dari Papua Bombrey, Papua Barat ini.
Tentang tinggal di Papua, kata Amzar karena orangtuanya punya usaha di sana. Orangtuanya menetap di sana.
“Orangtua dari Jawa, di sana merantau. Sekarang saya di Serang sama nenek dan kakek,” kata Amzar.
Pernah menetap lama di dua tempat, Amzar bilang, kalau masalah cuaca di Serang lebih enak.
“Di Papua panasnya berlebih, lebih dari Serang. Meskipun di sana banyak perbukitan dan pepohonan. Tapi dari sektor listrik susah di sana. Jaringan internet juga susah,” kata Amzar yang tinggal di daerah kabupaten di Papua.
“Kalau di kotanya listrik sama kayak di sini 24 jam. Kalau di tempat saya tinggal, listrik dari magrib sampai jam 7 pagi aja,” sambungnya.
Kehadiran listrik yang dibatasi ini, mempengaruhi perilaku berkomunikasi secara digital.
“Kalau untuk wassapan dan telponan ada namanya warung mitra,” jelasnya.
“Kalau dari segi pergaulan, saya ga beda bedain ya. Kembali lagi ke orang masing-masing. Di sini ada aja satu dua orang mah yang kek gitu, tapi tergantung kita nanggepinnya,” katanya lagi.
Di daerah Papua, tempat tinggal Amzar, banyak pendatang dibandingkan warga lokal alias warlok.
“Dari Jawa banyak yang kerja di sana juga, bahkan ada yang sampe punya istri orang Sulawesi,” cerita Gen Z satu ini.
Untuk kegiatan education visit, ia mengaku tahu tentang investasi sebelumnya. Ia sering mempelajari di YouTube.
Amzar sepakat kalau anak seusia dia penting tahu tentang investasi karena untuk masa depan. (Zee)