Mahasiswa di Papua Juarai Olimpiade Sains Internasional, Buat Helm Anti Maling
ZETIZENS.ID – Keren banget nih. Tim mahasiswa Politeknik Negeri Fakfak (Polinef) berhasil meraih medali emas dalam ajang International Applied Science Project Olympiad (I2ASPRO).
Pada ajang tersebut, mahasiswa Polinef unjuk karya helm anti maling.
Untuk mencegah terjadinya pencurian helm, mereka membuat solusi dengan menciptakan alat berbasis internet of things (IoT).
Mahasiswa Polinef mengembangkan teknologi untuk mendeteksi kejadian pencurian helm.
Inovasi ini dikembangkan oleh tim mahasiswa Polinef yang terdiri dari Maulana Ceratta, Haikal Madu dan Ilsa Aziza Khan Gandeguay
Ketua tim yakni Maulana Ceratta menyebut pada helm anti maling dipasang perangkat yang mendeteksi pencurian.
“Kami mengembangkan perangkat yang disematkan ke dalam helm untuk mendeteksi pencurian,” kata Maulana, dikutip dari laman Vokasi Kemdikbud, Minggu (25/12/2023)
Maulana mengungkapkan rasa bangganya karena dapat mengangkat citra pendidikan anak muda dari Indonesia Timur. Ia semakin yakin ia dan kawan lainnya bisa bersaing dengan mahasiswa dari dalam maupun luar negeri.
“Kami berharap capaian ini dapat memotivasi mahasiswa lainnya untuk berprestasi di ajang lain,” harap Maulana.
Menurut Maulana, berdasarkan data yang mereka peroleh, 39 dari 222 kasus kriminal di Kota Fakfak sepanjang tahun 2022, merupakan pencurian helm.
“Berarti persentase Pencurian Helm sekitar 17,57 persen,” beber Maulana.
Selain itu, meskipun Fakfak memiliki banyak keindahan alam dan tergolong maju dalam bidang pariwisatanya, Fakfak masih tertinggal dengan teknologi yang tidak memadai. Maka dari itu, kriminalitas seperti pencurian masih belum bisa teratasi dengan baik.
“Tim kami kemudian mengusung permasalahan ini. Kami ingin mencari cara bagaimana mengatasi kasus pencurian helm. Namun, kami kerucutkan dalam lingkup yang kecil yaitu di lingkungan kampus kami terlebih dahulu,” ungkap Maulana.
I2ASPRO
Ajang I2ASPRO diselenggarakan oleh Indonesia Young Scientist Association (IYSA) bekerja sama dengan Fakultas Sains Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS).
Kompetisi ini diikuti oleh pelajar SD, SMP, SMA/SMK dan mahasiswa dari kampus dalam maupun luar negeri. Melalui ajang ini, pelajar dan mahasiswa berkompetisi dalam merancang produk yang dapat menjadi solusi permasalahan lingkungan.
Beberapa kategori yang bisa dipilih peserta dalam lomba ini antara lain pengelolaan sampah, teknologi internet of things (IoT) dan penerapannya, pangan fungsional, dan energi.
Ajang I2ASPRO ini diikuti oleh sebanyak 383 tim dari 17 negara delegasi. Artinya, Maulana beserta lsa Aziza Khan Gandeguay, dan Haikal Syarief Nugraha Madu telah mengalahkan 382 tim lain.
Tema yang dipilih oleh Maulana dan tim adalah internet of things (IoT) dengan tema “Smart Detection Platform Integration With Internet of Things Using AI Deep Learning Methods and Tensorflow Framework”.
Maulana dan timnya kemudian menciptakan alat berbasis internet of things (IoT) menggunakan Raspberry Pi, sensor, kamera webcam, dan komponen lainnya. Alat ini bisa memantau pergerakan penyusup dan pencuri ketika melakukan pencurian.
Tim ini membuat dua alat dan menempatkannya di lokasi yang berbeda agar dapat mencakup sudut pandang yang berbeda.
“Kedua alat ini mengarah ke parkiran di jurusan kami. Biasanya mahasiswa meletakkan helm mereka di atas motor,” tambah Maulana.
Maulana mengungkapkan, alat yang mereka kembangkan ini akan bekerja pada pukul 09.00 hingga 12.00 WIT dan non-aktif pada pukul 13.00, lalu aktif kembali pada pukul 14.00 hingga 17.00 WIT.
Alat tersebut hanya aktif di jam-jam sibuk, ketika mahasiswa dan dosen tidak berlalulalang di area parkiran.
Sehingga ketika alat mendeteksi pergerakan manusia di area parkiran akan diidentifikasi sebagai “penyusup” dan alarm akan berbunyi dengan intensitas rendah untuk memberitahukan lingkungan sekitar.
Jika orang yang disinyalir akan melakukan pencurian helm mendekati bahkan mengambil obyek yang diidentifikasi sebagai helm ataupun kendaraan, alarm akan mengeluarkan suara dengan intensitas tinggi.
Suara tersebut bisa didengar oleh siapa pun di lingkungan sekitar kampus, dan pihak keamanan atau satpam bisa menindak secara langsung.
Ke depannya, tim akan berinovasi dengan menanamkan chip yang bisa melacak pergerakan pencurian helm.
Namun, chip ini hanya sebatas melakukan pelacakan di area sekitar kampus agar mudah ditindak oleh satpam dan chip ini tidak akan selalu aktif di luar kampus. (Hilal)