Karya

Pola Konsumsi Gen Z : Antara Gaya Hidup Berkelanjutan dan Konsumerisme

ZETIZENS.ID – Generasi Z (Gen Z) merupakan kelompok demografis yang lahir setelah generasi milenial, umumnya mencakup individu yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, meskipun batas tahunnya dapat berbeda menurut sumber tertentu.

Gen Z dibesarkan dalam era yang sangat dipengaruhi oleh kemajuan teknologi digital dan media sosial, sehingga sering dijuluki
sebagai “Generasi Asli Digital.”

Menurut Philip Kotler (2016), Generasi Z mencakup individu yang lahir setelah tahun 1995 dan dikenal sebagai generasi asli digital. Mereka hidup di era yang sepenuhnya terkoneksi dengan internet, teknologi, serta media sosial. Generasi ini memiliki kemampuan tinggi dalam memanfaatkan teknologi dan cenderung menjalani gaya hidup yang cepat dan efisien.

Gen Z tumbuh di masa ketika isu-isu global seperti perubahan iklim, pencemaran
plastik, dan keadilan sosial menjadi perbincangan yang umum. Kondisi ini mendorong mereka untuk memiliki pandangan yang lebih maju tentang keberlanjutan, khususnya terkait pola konsumsi. Namun, meskipun memiliki kesadaran yang tinggi, generasi ini sering kali menghadapi paradoks antara keinginan untuk hidup secara berkelanjutan dan kebiasaan konsumtif yang juga menjadi bagian dari karakter mereka.

Seiring dengan perkembangan waktu, segala jenis makanan mengalami perkembangan inovasi dari luar dan didukung adanya media sosial untuk mempromosikan hingga akhirnya menjadi viral.

Dalam hal ini memproduksi makanan dan memasarkannya dengan sangat cepat kepada para generasi z yang kehidupannya lebih modern dan selalu memiliki rasa ingin tahu untuk segala sesuatu yang baru menjadikan budaya konsumerisme melekat pada mereka.

Artinya, praktek keseharian yang ada dan terbentang membentuk kesadaran subjek (Prasetyo, 2015).

Kesadaran terhadap Keberlanjutan

Gen Z sering dipandang sebagai generasi yang peduli dengan keberlanjutan. Mereka cenderung mendukung merek yang berpegang pada prinsip etika, seperti penggunaan bahan daur ulang, produksi ramah lingkungan, dan kontribusi pada program sosial.

Penelitian menunjukkan bahwa banyak anggota Gen Z bersedia membayar lebih untuk produk yang dibuat dengan cara berkelanjutan dan berdampak positif bagi lingkungan. Selain itu, platform digital, seperti media sosial, digunakan oleh mereka untuk mengangkat isu lingkungan dan mendorong perubahan baik pada pemerintah maupun sektor bisnis.

Konsumerisme di Era Digital

Namun, Gen Z juga merupakan generasi yang sangat terhubung dengan budaya konsumtif.

Media sosial, yang sudah menjadi bagian penting dari kehidupan mereka, seringkali memicu belanja impulsif dan pembelian produk terbaru.

Platform seperti Instagram dan TikTok
memengaruhi perilaku konsumen melalui iklan dan rekomendasi dari influencer.

Kemudahan berbelanja online melalui e-commerce semakin memperkuat pola konsumsi yang cenderung
berlebihan. Fenomena ini menciptakan dilema karena kebiasaan konsumtif tersebut tidak selalu sejalan dengan prinsip keberlanjutan yang mereka pegang.

Dilema dan Peluang

Kontradiksi antara komitmen terhadap keberlanjutan dan perilaku konsumtif Gen Z
menghadirkan tantangan yang unik. Di satu sisi, mereka memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan dalam mendorong pola konsumsi yang lebih bertanggung jawab.

Namun, di sisi lain, pengaruh budaya digital dan kecenderungan mengikuti tren konsumtif membuat mereka sulit untuk menghindari pola hidup yang kurang berkelanjutan. Meski begitu, perilaku konsumsi Gen Z dapat diarahkan dengan memberikan akses kepada produk yang ramah lingkungan, meningkatkan kesadaran mengenai dampak konsumsi berlebihan, dan
mempromosikan gaya hidup minimalis melalui media sosial.

Kesimpulan

Generasi Z tumbuh di era digital dengan akses luas terhadap teknologi dan media sosial, yang membentuk kesadaran mereka terhadap isu-isu keberlanjutan seperti perubahan iklim dan pencemaran plastik. Meskipun mereka cenderung mendukung merek yang ramah lingkungan, mereka juga terpengaruh oleh budaya konsumtif yang didorong oleh media sosial dan tren digital.

Kontradiksi antara kesadaran lingkungan dan konsumsi berlebihan menjadi tantangan bagi Gen Z. Namun, dengan potensi besar untuk menjadi agen perubahan, mereka dapat mendorong pola konsumsi yang lebih bertanggung jawab.

Jika diberikan edukasi tentang dampak konsumsi berlebihan dan akses lebih mudah ke produk berkelanjutan, Gen Z bisa mencapai keseimbangan antara konsumsi dan keberlanjutan, menciptakan perubahan positif di dunia yang semakin terhubung. (*)

Ditulis oleh Aisya Iraswati, Mahasiswa semester 5 Jurusan Ilmu Ekonomi Pembangunan Untirta

Tulisan Terkait

Back to top button