Life Style

Jam Pulang Kerja di Jakarta yang Selalu Menjadi Perbincangan

ZETIZENS.ID – Jam pulang kerja di Jakarta selalu menjadi perbincangan hampir setiap orang. Jam sibuk atau biasa disebut dengan rush hour biasanya akan selalu menjadi perhatian publik untuk dihindari saat sedang melakukan perjalanan.

Rush hour sendiri sangat dihindari oleh masyarakat karena membuat durasi tempuh perjalanan menjadi lebih lama, melawan kemacetan, dan akan membuang-buang waktu di perjalanan dengan sia-sia karena terlalu padatnya jalanan.

Terlebih di kota Jakarta yang kian semakin padat penduduk. Puncak kemacetan di Jakarta terjadi pada pukul 07.00 dan 15.00- 20.00 pada hari kerja.

Jumlah penduduk yang terus bertambah padat membuat kota Jakarta semakin menjadi terasa sesak dan penuh.

Semakin banyak juga penduduk dari luar yang datang untuk mencari kerja karena munculnya pemikiran tentang kesempatan kerja di Jakarta lebih terbuka luas dan dianggap jika bekerja di Jakarta artinya sudah sukses.

Karenanya, semakin banyak masyarakat dari luar daerah yang bekerja di daerah Jakarta, bahkan ada juga masyarakat yang siap pulang-pergi menempuh jarak dari luar Jakarta seperti BoDeTaBek untuk bekerja di perusahaan yang ada di Jakarta.

Meskipun begitu, pemerintah kota dinilai sudah sangat siap dalam menyediakan berbagai transportasi umum sebagai fasilitas umum yang bisa digunakan oleh siapapun yang ingin menggunakannya.

Saat ini sudah banyak moda transportasi umum dengan tarif sangat ramah seperti KRL Commuter Line, MRT, LRT, TransJakarta, hingga MikroTrans. KRL yang sudah menjangkau banyak stasiun hingga ke luar daerah Jakarta seperti Rangkasbitung, Bekasi, Depok, hingga Bogor.

Hampir di semua armada bus TransJakarta ditampilkan seperti slogan ‘Ayo naik bus biar nggak bikin macet!’ ditujukan untuk masyarakat agar menggunakan transportasi umum untuk menghindari kemacetan.

Tetapi tetap saja karena membludaknya populasi, semua transportasi umum selalu terlihat penuh dan sesak karena pulang jam kerja di jam yang berbarengan.

Yang mengakibatkan orang-orang lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi seperti motor atau mobil dalam berangkat dan pulang kerja.

Semua kendaraan turun di jalanan yang sama sehingga tingginya volume kendaraan membuat antrian kendaraan memadati setiap ruas jalan di ibu kota ini.

Dengan adanya aturan genap-ganjil bagi para pengemudi mobil untuk mengurangi jumlah kendaraan yang ada di jalan.

Cara itu termasuk tidak efektif, karena orang-orang banyak yang memiliki 2 mobil dengan jenis plat yang berbeda.

Juga dengan hadirnya mobil listrik yang bisa dipakai setiap hari tanpa mengikuti aturan ganjil-genap. Namun itu semua memang harus dari kesadaran masyarakatnya sendiri untuk bijak dalam memilih pilihan transportasi pribadi atau transportasi umum.

Penambahan gerbong di KRL Commuter Line dan penambahan armada TransJakarta juga diharapkan dapat bisa meningkatkan minat penggunaan angkutan umum dan kemudahan bermobilitas di masyarakat. (*)

Ditulis oleh Anissa Safitri, mahasiswi Unsera.

Tulisan Terkait

Back to top button