Forum Ekonomi Banten 2025 Bahas Pertumbuhan Banten Selatan untuk Atasi Disparitas

ZETIZENS.ID – Forum Ekonomi Banten 2025 yang digelar Ballroom Aston Hotel Serang, Selasa 9 Desember 2025 mengedepankan tema “Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan melalui Pengembangan Wilayah Banten Selatan: Penguatan Infrastruktur, Investasi Sektor Pertanian, dan Pariwisata”.
Pada forum yang dihadiri pejabat pemerintah dan praktisi serta perwakilan corporate ini membahas upaya pertumbuhan ekonomi Banten Selatan untuk mengatasi disparitas yang terjadi selama ini antara utara dan selatan Banten.
Ameriza M Moesa, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten menjelaskan, mengangkat tema selatan karena yakin bakal bisa menjadi solusi dan jadi potensi pertumbuhan ekonomi.
“Dengan pembangunan wilayah selatan bisa mengatasi masalah yang ada hingga saat ini dan menjawab pertanyaan kenapa pertumbuhan ekonomi di Banten tinggi tapi angka pengangguran dan kemiskinan tetap tinggi,” jelas Ameriza di depan para jurnalis di sela-sela acara.
Ia berharap, melalui forum ini diharapkan bisa berdampak pada pertumbuhan ekonomi di Banten.
Pertumbuhan Ekonomi
Sebelumnya, saat sambutan di acara ini, Ameriza menjelaskan, pada 2025 sangat terasa dinamikanya. Pertumbuhan ekonomi Banten berdaya tahan hingga mampu lebih tingi dari Pulau Jawa pada umumnya.
“Pertumbuhan ekonomi di Banten berkontribusi sebesar 6,3 persen terhadap perekonomian Pulau Jawa. Ini didukung konsumsi rumah tangga, investasi, dan barang ekspor. Ini juga seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat dan ditopang oleh inflasi yang terjaga serta kebutuhan rumah tangga yang stabil,” jelasnya.
Pertumbuhan ekonomi Banten tahun ini jelas Ameriza, agak berbeda karena didkung sektor properti khususnya di Tangerang Raya. Posisi Banten yang strategis dan dekat Jakarta menjadikan para investor melirik sektor properti di daerah ini yang harganya jauh di bawah Jakarta.
Membahas potensi pengembangan daerah selatan yang inklusif dan progresif, Ameriza mengatakan, ini bagian dari upaya memperkecil disparitas utara dan selatan Banten.
“Meski selatan Banten relatif kaya potensi namun menghadapi berbagai tantangan seperti konektivitas, infrastruktur juga sosial budaya. Angka kemiskinan dan pengangguran juga relatif tinggi jauh lebih tinggi dari rata-rata nasional. Belum lagi masalah sosial ekonomi dan isu strategis,” jelasnya.
Berdasarkan RTW, kata dia, Banten selatan masuk ke dalam wilayah kerja pembangunan III. WKP I fokus di Tangerang Raya, WKP II di Serang Cilegon, dan WKP III di Pandeglang Lebak.
“Tantangan sektoral Banten selatan didominasi kurangnya investasi teknologi pertanian, rantai pasar panjang, alih fungsi lahan potensial tanpa rencana yang jelas. Padahal punya aset pariwisata luar biasa, meliputi wisata religi dan alam namun pengembangannya masih sporadis dan jangka pendek. Belum lagi terkendala sarana dan prasarana seperti akomodas, restoran, dan transportasi,” paparnya.
Dukungan Pemerintah
Pada forum ini Gubernur Banten Andra Soni yang diwakili Budi Santoso selaku Asda 2 Provinsi Banten yang mengurusi perekonomian daerah menjelaskan, sangat mengapresiasi forum ini yang mengangkat tema disparitas.
“Disparitas ini harus diselesaikan bersama. Kolaborasi pemerintah pusat, provinsi, kabupaten dan kota dan semua dibutuhkan. Secara angka ditunjukkan pada ketimpangan PDRB. Tema hari ini sangat tepat, bagaimana mengatasi ini. Kuncinya ada tiga yakni infrastruktur, investasi di bidang pertanian, dan pariwisata,” tukasnya.
Untuk infrastruktur kata Budi, sudah mulai digarap, misalnya jalan tol. Ke depannya,pembangunan Banten selatan mengutamakan tata ruang hijau atau green industry.
“Mudah-mudahan bisa mengatasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi di Banten selatan. Sekarang ini di Rangkas ada commuter line dengan rute Tanah Abang – Rangkasbitung dan sebaliknya dengan 85 keberangkatan. Stasiun Rangkas ini sudah berkonsep stasiun ultimate yang bisa menampung 26 ribu orang dan ini satu-satunya stasiun seperti Tanah Abang yang berada di luar Jabodetabek,” jelasnya.
Rencana lain di bidang transportasi di Banten selatan kata dia, reaktivasi jalur Rangkas, Saketi, Labuan. Kalau ini terwujud, kata dia, insyaallah perekonomian Banten selatan menggeliat
“Pemprov Banten melalui kebijakan bangun jalan desa sejahtera atau Bang Andra mengutamakan daerah produksi hasil bumi dan pariwisata. Ada 80 jalur pariwisata yang menjadi prioritas,” jelasnya.
Budi juga menegaskan, ada dua hal program pemerintah yang harus didukung yakni MBG atau makanan bergizi gratis dan koperasi desa atau Koperasi Merah Putih (KMP).
“Untuk MBG ini, kalau bahan-bahan disiapkan warga lokal, akan menyumbangkan perekonomian luar biasa untuk penyediaan sayurnya, telurnya, dan lain-lain. Tapi kalau tidak siap, suplainya malah dari luar. Sedangkan kalai KMP berjalan, insyallah inflasi stabil karena bisa mengontrol harga terjangkau,” jelasnya
Di akhir sambutan, ia mengajak semua pihak untuk berkolaborasi agar disparitas ini sedikit demi sedikit terkikis. (Hilal)







