Tiket Nonton Duluan di JAFF Habis, Film Suka Duka Tawa Rilis
Official Trailer & Poster Menampilkan Rachel Amanda yang Berjalan Bersama Luka dari Masa Lalunya dengan Tawa

ZETIZENS.ID – Menyusul penjualan tiket nonton duluan yang sold out dalam satu hari untuk penayangan penutup di Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) ke-20, BION Studios dan Spasi Moving Image hari ini merilis official trailer dan poster Suka Duka Tawa, debut film panjang sutradara Aco Tenriyagelli.
Ini membuktikan film Suka Duka Tawa begitu diantisipasi oleh penonton, dengan antusiasme tinggi menyambut karya debut Aco bersama BION Studios dan Spasi Moving Image, lewat genre drama komedi keluarga.
Poster resmi menampilkan jajaran pemain dengan tawa lebar kontras dengan trailer
yang justru menggali sisi rapuh seorang komika perempuan yang selama ini menggunakan tawa sebagai tameng hidup.
Kisah Komika Perempuan yang Mengolah Luka Menjadi Tawa
Trailer memperkenalkan Tawa (Rachel Amanda), komika perempuan yang sedang
merintis karier berbekal olahan pengalaman pribadi termasuk ditinggal ayahnya
sejak kecil sebagai materi lawakan.
Hidup Tawa berubah ketika Keset (Teuku Rifnu Wikana), ayah yang hilang selama
20 tahun, tiba-tiba muncul kembali.
Kembalinya Keset bukan hanya mengguncang hubungan Tawa dengan ibunya (Marissa Anita), tapi juga seluruh fondasi hidup yang selama ini ia anggap stabil.
Dari panggung stand-up hingga ruang keluarga, trailer menyorot bagaimana Tawa
dipaksa menghadapi pertanyaan paling sulit: bisakah ia memaafkan seseorang yang
selama ini membuatnya terluka dan hanya jadi materi lawakan belaka?
Soundtrack “Bunga Maaf” dari band populer The Lantis mengiringi trailer, memberi
warna lembut namun getir pada cerita tentang rekonsiliasi dan keberanian
menghadapi masa lalu.
Trailer juga menampilkan sekilas Pandji Pragiwaksono, salah satu ikon stand-up Indonesia, serta Bintang Emon, Arif Brata, Gilang Bhaskara hingga Enzy Storia, memperkuat dunia komedi yang menjadi latar keseharian Tawa.
Ansambel Lintas Generasi Pelawak dan Aktor
Selain Rachel Amanda, film ini dibintangi Teuku Rifnu Wikana, Marissa Anita, Bintang Emon, Gilang Bhaskara, Arif Brata, Nazira C. Noer, Abdel Achrian, dan Mang Saswi yang menghadirkan pertemuan dua dunia: generasi pelawak televisi dan komika stand-up.
Disutradarai oleh Aco Tenriyagelli yang telah banyak mendapat pengakuan sebagai
sutradara film pendek dan video musik, Suka Duka Tawa diproduseri Tersi Eva
Ranti dan Ajish Dibyo.
Produser Tersi Eva Ranti mengatakan, “Aco selalu punya cara bercerita yang
unik dan penuh kejutan, yang menembus batas kreativitas yang jarang ditemukan di
film Indonesia hari ini. Di film Suka Duka Tawa penonton akan banyak melihat perbenturan dari kontras yang ada. Mulai dari generasi pelawak televisi dan
Stand-Up Comedian, hingga ke pilihan musik dan sisi teknis, film ini menawarkan
pengalaman yang emosional tapi juga segar.$
Sutradara Aco Tenriyagelli menuturkan, “Film Suka Duka Tawa berbicara
banyak tentang luka dan menertawakan luka. Harapannya, ketika nanti penonton
menyaksikan film ini dan keluar dari bioskop, penonton bisa menjalani hidup
dengan penuh harapan, kemudian berani melihat luka atau duka mereka sebagai
sesuatu untuk mereka bawa dan pikul untuk bertumbuh bersama dengan Tawa.”
Sementara itu, Amanda yang memerankan Tawa berefleksi pada karakter dan cerita
di film Suka Duka Tawa. Bagi Amanda, film ini memiliki kedekatan dengan banyak
orang tentang momen untuk memperbaiki hubungan yang renggang dan hampir
usang.
Rachel Amanda menambahkan, “Buat aku, ini drama komedi keluarga yang
dekat dengan banyak orang. Gak semua cerita kita sama, tapi pasti ada momen
ketika kita ingin memperbaiki hubungan yang renggang dan sering kali caranya
aneh, lucu, atau malah bikin bingung. Itu yang bikin cerita ini terasa nyata. Seperti
rasa bagaimana misalnya kita kesal dengan seseorang tapi dihadapkan sama hidup
kita yang juga penuh dengan komedi”
Bintang Emon yang memerankan Iyas, sahabat Tawa, bilang, “Yang
paling kena buat gue justru relasi ayah–anaknya. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari karakter Keset. Film ini bikin gue refleksi juga sebagai manusia dan ayah.” (Sobri)







