Niccolo Machiavelli, Filsuf Abad Modern Bidang Ilmu Politik

ZETIZENS.ID – Niccolo Machiavelli adalah seorang filsuf abad modern yang cukup terkenal dalam bidang ilmu politik, termasuk filsafat politik.
Ia hidup di masa Renaissance, yaitu zaman pemulihan kembali budaya Yunani dan Romawi kuno yang sebelumnya terlupakan oleh masyarakat abad pertengahan di bawah pengaruh gereja.
Machiavelli terlibat dalam dunia politik masa kembangnya, dan ia bekerja sama dengan seorang bangsawan yang penuh ambisi dan ingin kuasa, yaitu Cesare Borgia.
Ia berhasil mempelajari seluruh hal tentang Cesare dengan menjadi pengamat pribadi, ketika tokoh ini ingin menaklukkan Italia yang pada masa itu dikuasai oleh Paus Julius II.
Machiavelli hidup di era yang penuh dinamika dan pergolakan dalam dunia politik Italia. Terjadi perpecahan antar golongan di berbagai kota, serta kesulitan, kecemburuan, dan konflik antar kota menyebabkan terjadinya perang, kekerasan, pengkhianatan dalam pemerintahan, serta tindakan konspirasi bahkan pembunuhan.
Moralitas dalam dunia politik pada masa itu menjadi sangat rendah, karena individu dan negara saling bersaing untuk mencapai kekuasaan.
Di sisi lain, terdapat juga banyak masalah dalam hubungan dengan negara-negara asing. Karena tidak kuat menghadapi negara-negara besar, negara-negara kecil seperti Italia menggunakan cara-cara yang tidak konvensional, seperti tindakan amoral, untuk meningkatkan posisi mereka.
Mereka menjadi ahli dalam menggunakan tipu daya dalam diplomasi sekaligus berusaha menjatuhkan negara-negara kota lain yang dianggap sebagai pesaing.
Machiavelli pada masa itu pun memiliki kesempatan untuk mengamati semua hal secara langsung, bahkan gurunya, Cesare Borgia, tidak peduli dengan pembunuhan terhadap saudara-saudara iparnya ketika itu dilakukan demi kepentingan pribadinya.
Dari latar belakang yang penuh dengan masalah dan kekerasan itulah Machiavelli membangun pemikiran filsafat politiknya.
Konsep pemikirannya merupakan metode baru dalam studi politik. Machiavelli dikenal karena karyanya yang kontroversial, terutama dalam bukunya yang terkenal “The Prince”.
Dalam bukunya tersebut, Machiavelli menjelaskan pandangan tentang kekuasaan dan politik yang sering dianggap kontroversial karena dianggap mengabaikan nilai-nilai moral tradisional.
Di dalam bukunya The Prince, ia menggambarkan bagaimana seorang pemimpin harus bertindak untuk memperoleh dan mempertahankan kekuasaan.
Terkadang, ia dianggap meninggalkan norma-norma moral tradisional. Machiavelli menekankan bahwa keberhasilan dalam politik lebih bergantung pada keefektifan, kecerdikan, serta kemampuan memahami realitas politik, dibandingkan pada kemurnian moral.
Meskipun pemikirannya sering dikritik, Machiavelli secara jujur mengungkap bahwa realitas dalam kekuasaan sering kali sangat jauh dari idealisme.
Meski begitu, Machiavelli, yang seorang diplomat dan sejarawan, perlu dipahami ketika menyampaikan pikirannya, yaitu pada latar belakang politik istana Florence yang terkenal penuh intrik.
Filsuf ini berupaya menggambarkan apa yang benar-benar terjadi di sekitar tempat ia tinggal. Dan, Il Principe bukan satu-satunya karya dari Machiavelli.tercatat ada Discourses on the First Ten Books of Livy yang juga ia ditulis dan membahas gagasan tentang republik dan politik.
Berbeda dengan karya fenomenalnya The Prince, yang sering dikaitkan dengan kekuasaan otokratis, Discourses lebih berfokus pada keutamaan pemerintahan republik, kebebasan politik, dan stabilitas negara.
Politik di Indonesia
Jika kita melihat peta politik Indonesia saat ini, kita bisa melihat banyak hal yang tampaknya memperlihatkan prinsip-prinsip dari pemikiran Machiavelli, meskipun tidak terlihat secara langsung.
Sebagai negara demokrasi dengan jumlah penduduk terbesar ketiga di dunia, Indonesia memiliki arena politik yang sangat dinamis, penuh dengan trik dan taktik, serta sering kali sulit diprediksi.
Pendekatan realistis seperti yang diajarkan Machiavelli bisa menjadi alat yang bagus untuk memahami bagaimana para pemimpin bergerak dan mengatur strategi kekuasaan mereka.
Salah satu konsep utama dari buku “The Prince” adalah pentingnya seorang pemimpin memilki kemampuan untuk bersikap fleksibel dan bisa beradaptasi dengan perubahan situasi.
Machiavelli menekankan bahwa seorang pemimpin ideal harus mampu bertindak seperti rubah yang cerdas, mampu memahami bahaya, sekaligus seperti singa yang kuat untuk menghadapi ancaman.
Dalam konteks politik Indonesia, hal ini terlihat dalam cara para pemimpin menyesuaikan diri dengan dinamika kekuasaan yang terus berubah.
Koalisi yang sering berubah, peralihan dukungan antar partai, dan kebijakan yang lebih mementingkan kompromi menunjukkan kebutuhan akan sikap fleksibel tersebut
Contohnya, pembentukan koalisi di Indonesia biasanya didasarkan pada kepentingan politik yang praktis, bukan pada kesesuaian visi atau ideologi.
Para pemimpin tahu bahwa untuk bertahan dalam persaingan yang ketat, mereka harus terus menyesuaikan diri dengan kekuasaan yang selalu berubah, serta membangun kerja sama antar partai agar bisa memperoleh sebagian jabatan.
Dalam hal ini, pemikiran Machiavelli terlihat jelas, yakni bahwa kepentingan bersama sering kali dikorbankan demi menjaga kepentingan kelompok atau individu tertentu.
Selain itu, Machiavelli juga menekankan pentingnya menjaga citra dan mengendalikan persepsi masyarakat Menurutnya, seorang pemimpin tidak harus selalu baik secara nyata, tetapi yang terpenting adalah terlihat baik di mata rakyat.
Simpatisme Publik
Di zaman politik modern Indonesia, menumbuhkan citra telah menjadi cara utama untuk memenangkan dukungan publik. Media sosial, yang mampu menyebar informasi dengan cepat dan menjangkau banyak orang, menjadi alat yang sangat efektif bagi para politisi untuk menyampaikan cerita tentang diri mereka.
Di depan masyarakat, mereka tampak sebagai pemimpin yang dekat dengan rakyat, ramah, dan peduli—meski pada kenyataannya sering kali jauh berbeda.
Fenomena ini menunjukkan bahwa politik masa kini tidak hanya tentang isu atau ide, tetapi juga tentang bagaimana orang lain mengenal kita,Citra begitu pentingnya.
Di balik foto bersama warga atau video kegiatan sosial yang diunggah, sering kali tersembunyi tujuan politik yang bisa jadi tidak jujur atau manipulatif.
Dalam bukunya Il Principe, Machiavelli menyatakan bahwa hasil politik dapat membenarkan cara yang digunakan untuk mencapainya.
Prinsip ini sebelumnya sering dikritik karena terkesan menghalalkan segala cara, termasuk yang tidak etis, hanya demi memperoleh atau mempertahankan kekuasaan.
Banyak praktik politik di Indonesia, seperti politik uang, korupsi yang terorganisir, dan penggunaan kekuasaan untuk memperkuat kekuatan keluarga atau kepentingan pribadi, terlihat seperti cara Machiavellian.
Ini jauh dari prinsip demokrasi yang ideal, yang seharusnya transparan, adil, dan bertanggung jawab Namun, kita juga perlu memahami bahwa Machiavelli tidak hanya mendorong memperkuat kekuasaan dengan cara brutal.
marchiavelli juga menekankan pentingnya stabilitas negara dan kesejahteraan rakyat.
Dalam konteks ini, masyarakat bisa belajar bahwa kepemimpinan yang kuat tidak selalu berarti menindas, melainkan mampu mengambil keputusan sulit demi kepentingan umum, bukan kelompok tertentu saja.
Oleh karena itu, masyarakat harus lebih bijak dan kritis dalam menilai pencitraan dalam politik.
Dukungan rakyat jangan hanya didorong oleh penampilan luar, tetapi juga oleh riwayat yang jujur, konsistensi nilai, dan komitmen nyata terhadap kepentingan rakyat. (*)
Ditulis oleh Shandika Firdaus, mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan Semester, Universitas Pamulang Serang