Viral

Melampaui Penampilan: Mengapa Kemistri dan Rasa Nyaman Lebih Penting dalam Mencari Cinta?

ZETIZENS.ID – Dalam budaya kencan di masa kini yang sangat berfokus pada penampilan, mudah sekali untuk percaya bahwa cinta dimulai dari ketertarikan fisik.

Tinggi, sporty, modis, sukses — banyak lajang membuat daftar pasangan ideal mereka berdasarkan ciri-ciri penampilan luar ini.

Namun, reality show kencan Netflix Better Late Than Single mengingatkan kita bahwa meskipun penampilan bisa menarik perhatian, kemistri dan kenyamanan emosional lah yang benar-benar menyentuh hati.

Acara ini menampilkan kisah para lajang yang tampaknya “sempurna” — para profesional dengan penampilan menarik, karier mengesankan, dan pesona yang luar biasa.

Tapi saat mereka terlibat dalam percakapan langsung, terlihat adanya keheningan, rasa canggung, dan koneksi yang tidak terbentuk, satu kebenaran mulai terlihat: menjadi menarik saja tidak cukup jika tidak ada koneksi yang tulus.

Saat Penampilan Bukan Segalanya

Misalnya, Noh Jae-yun — tinggi, menarik, dengan karier yang stabil — namun kesulitan untuk terbuka secara emosional. Kang Ji-su memiliki keanggunan dan percaya diri, tetapi seringkali tampak mengintimidasi — kecantikannya justru membuat orang lain enggan mendekat.

Kim Sang-ho, meskipun telah mengalami transformasi fisik besar, tetap merasa tidak menarik secara emosional, membuktikan bahwa makeover fisik tidak bisa mengubah sesuatu yang berada di dalam, perasaan.

Meski secara fisik menarik, banyak peserta menghadapi tantangan yang khas di dunia kencan modern — takut menjadi manusia rentan, tidak tersedia secara emosional, atau sekadar tidak bisa memulai percakapan yang bermakna.

Kenyataannya, sehebat apapun seseorang di atas kertas, kemistri tidak bisa dibuat-buat — dan rasa nyaman bersama seseorang tidak bisa dipalsukan.

Kemistri dan Kenyamanan yang Membuat Perbedaan

Ini adalah hal yang sering dilihat oleh Violet Lim, CEO dari agensi perjodohan Lunch Actually Group, dalam kehidupan nyata.

“Banyak sekali lajang yang melewatkan pasangan potensial yang baik karena mereka terlalu terpaku pada ‘tipe’ tertentu. Padahal ketertarikan sejati bukan hanya soal fisik — tetapi tentang apakah kamu merasa dilihat, didengar, dan dipahami oleh seseorang,” jelas Violet.

“Yang sering kami dengar dari pasangan yang berhasil bukanlah, ‘dia tipe saya,’ melainkan, ‘saya merasa nyaman dengannya,’ atau ‘kami bisa ngobrol tentang apa saja.’ Kenyamanan emosional adalah fondasi kuat untuk cinta.”

Penelitian psikologi modern juga mendukung hal ini — kerentanan saat bersama dan rasa aman secara emosional adalah kunci membangun hubungan yang dalam dan langgeng.

Kamu lebih mungkin jatuh cinta pada seseorang yang membuatmu tertawa, mendengarkan dengan sungguh-sungguh, dan membuatmu merasa santai menjadi diri sendiri — bukan hanya karena mereka memenuhi semua kriteria di daftar yang kamu buat.

Pelajaran Cinta dari Kisah Nyata

Setiap peserta Better Late Than Single mengajarkan kita sesuatu yang lebih dalam tentang cinta — jauh melampaui penampilan. Berikut beberapa pelajaran cintanya:

Penampilan Bukan Segalanya

Noh Jae-yun tampan dan sukses, tetapi sifat introvertnya menunjukkan bahwa ketertarikan saja tidak bisa menciptakan koneksi. Cinta membutuhkan komunikasi dan keterbukaan emosional.

Tips: Cobalah untuk berbagi isi pikiranmu, meskipun terasa canggung di awal. Kejujuran emosional membangun koneksi lebih cepat daripada sekadar pesona.

Luka Batin yang Belum Sembuh Bisa Menahanmu

Kim Seung-li kesulitan mempercayai orang lain karena trauma masa lalunya yang belum terselesaikan. Demikian juga Park Ji-yeon tumbuh dengan sosok ayah yang toxic, yang membentuk pandangannya tentang cinta dan laki-laki. Mekanisme pertahanannya? Jangan berharap apa-apa — dan jangan biarkan siapapun masuk. Kisah mereka menunjukkan bahwa luka batin yang belum sembuh bisa menjadi penghalang cinta.

Tips: Sadari bagaimana masa lalu mempengaruhi masa kini. Cari jalan penyembuhan — melalui terapi, komunitas yang memberikan dukungan, atau refleksi diri — agar kamu bisa menerima cinta dengan hati yang terbuka.

Standar Terlalu Tinggi Bisa Menyebabkan Burnout dalam Berkencan

Lee Min-hong menarik, sukses, dan tegas — tetapi kriteria kencannya yang kaku membuatnya kelelahan secara emosional. Dia mencari kesempurnaan, namun tak menemukan siapa pun yang sesuai.

Tips: Prioritaskan nilai-nilai yang sejalan, bukan daftar sempurna. Cinta sering datang dalam bentuk yang mengejutkan dan jauh dari sempurna.

Terlalu Percaya Diri Bisa Disalahartikan sebagai Sombong

Yi Do sangatlah modis, sukses, dan tahu nilai dirinya. Tapi kepercayaan dirinya kadang membuat orang lain menjauh — orang mengira dia dingin atau tidak tertarik. Padahal, dia juga menginginkan koneksi, sama seperti orang lain.

Tips: Jika kamu mandiri, tunjukkan juga sisi hangatmu. Sedikit kerentanan bisa membawa perubahan besar.

Saatnya Meninjau Ulang Ekspektasi Kencan
Dalam dunia kencan yang didominasi oleh aplikasi dan kesan cepat, pesan ini sangat relevan:

“Sebanyak apapun daftar kriteria atau preferensi secara fisik, kemistri yang alami dan kenyamanan emosional lah yang benar-benar membuat hubungan bertahan.”

Di Lunch Actually, Violet sudah menyaksikan banyak kisah cinta yang dimulai tanpa percikan besar — hanya dari rasa nyaman.

“Mereka bilang kencan pertama bukanlah kembang api,” ujarnya. “Tapi mereka merasa aman, didengarkan, dan penasaran untuk mengenal lebih jauh. Di situlah cinta sebenarnya dimulai.”

Pilih Koneksi, Bukan Kesempurnaan

Better Late Than Single mengingatkan kita bahwa cinta tidak harus dramatis untuk menjadi nyata. Jika kamu merasa nyaman dengan seseorang, jika percakapan mengalir, jika kamu bisa tertawa lepas — itu bukan hal yang ‘biasa saja.’ Itu adalah emas.

Dalam dunia kencan, kenyamanan adalah kemistri. Dan itulah yang bertahan.
(Sobri)

Al Sobri

Senang menyapa meski kadang nggak balik disapa. Suka berlari meski kadang nggak dapat medali. Journalist.

Tulisan Terkait

Back to top button