Hidup Penuh Kebisingan: Inilah Ulasan Buku Bising yang akan Mewakili Perasaanmu

ZETIZENS.ID – Buku yang ditulis oleh Kurniawan Gunadi ini merupakan kumpulan cerita yang mengangkat berbagai masalah kehidupan seperti sosial, finansial, keluarga, cinta, dan masa depan.
Cerita-cerita ini disajikan dari sudut pandang yang berbeda, termasuk anak, orang tua, teman, menantu, pasangan suami istri, dan anak muda yang sedang jatuh cinta.
Penulis menggambarkan perasaan dan kondisi orang-orang yang mengalami “kebisingan” dari lingkungan sekitar mereka.
Apakah buku ini menawarkan solusi untuk masalah-masalah tersebut? Tidak, karena fokus penulis adalah mengajak pembaca untuk memahami, berempati, dan menempatkan diri mereka dalam posisi para tokoh.
Buku ini membahas berbagai pola pikir yang sering kita temui dalam masyarakat. Contohnya, kisah anak muda yang tergesa-gesa menikah karena terinspirasi oleh selebgram muda yang kaya dan memiliki keluarga ideal, atau karena mengikuti seminar yang mengagung-agungkan manfaat pernikahan dini tanpa membahas konsekuensinya, yang sering berujung pada perceraian.
Ini adalah fenomena yang sering terjadi di negara kita, dan penulis menunjukkan bahwa pola pikir ceroboh seperti ini perlu dihadapi dengan serius.
Selain itu, ada juga cerita tentang seorang pemuda berusia 22 tahun yang merasa malu meminta uang dari orang tua karena belum memiliki penghasilan.
Ketika diberikan solusi, dia malah mengeluh dengan alasan seperti “takut barang yang dijual tidak laku,” “malu jika harus melakukan pekerjaan semacam itu padahal sudah berpendidikan tinggi,” atau “takut berinteraksi jika bekerja di perusahaan.” Akhirnya, dia terus-menerus bertanya, “Apa yang harus aku lakukan? Kenapa tidak ada yang membantuku?”
Secara keseluruhan, buku ini berfungsi sebagai “tanda peringatan” bagi pembaca bahwa “ada orang-orang yang pernah mengalami hal serupa.” Setelah selesai membaca, pesan yang disampaikan adalah “hati-hati, dan hadapilah masalah dengan lebih bijaksana dan kuat.”
Cerita dalam buku ini sangat emosional dan membuat pembaca merasa ‘terwakili’. Buku ini mungkin dapat memotivasi pembaca untuk mengeksplorasi buku-buku lain tentang pemecahan masalah, seperti buku self-improvement, dan mengambil langkah-langkah penting dari situ.
Walaupun beberapa cerita dalam buku ini terasa terlalu dramatis, pesan moralnya tetap tersampaikan. Pesannya meliputi pentingnya lebih kritis dalam membuat keputusan, tidak menghindari atau menyerah pada masalah, memilah hal-hal yang perlu diperhatikan dan yang tidak, mulai berani mengendalikan diri sendiri tanpa terpengaruh oleh standar masyarakat, dan yang terpenting, berhenti mengomentari kehidupan orang lain karena kita tidak selalu mengetahui bagaimana perasaan mereka jika mendengar komentar tersebut.
Satu hal yang menambah daya tarik buku ini adalah banyaknya kutipan yang relevan. Misalnya, kutipan berikut sangat mencerminkan isi buku:
“Menjadi dewasa itu penuh dengan kebisingan. Ibaratnya, kamu berjalan dan tinggal sendiri di hutan pun akan ada orang yang membicarakanmu saat mereka bertemu dan berpisah denganmu. Ketika kamu dewasa nanti, kalau kamu tidak punya kata-kata baik yang dikeluarkan, lebih baik kamu diam. Tidak perlu berdebat dengan orang yang bodoh”. -hlm. 119. (Fithro)