Nusantara

Badai Matahari 2025, Benarkah Berpengaruh pada Sinyal Internet di Bumi?

ZETIZENS.ID – Sudah tahu belum kalau Badai Matahari diprediksi akan terjadi di tahun 2025 mendatang.

Salah satu dampaknya yakni akan terjadi kiamat internet di Bumi. Namun, tidak hanya itu. Ada berbagai dampak lainnya yang akan terjadi pada Bumi maupun kehidupan manusia.

Laman Detik menyebut, badai Matahari merupakan fenomena yang dianggap sebagai salah satu ancaman dari antariksa.

Sebenarnya, badai Matahari tidak perlu ditakutkan karena Bumi kita punya pelindung untuk menangkalnya.

Meski demikian, memang ada sejumlah hal yang akan mengganggu kehidupan manusia di Bumi ketika fenomena tersebut terjadi.

Berikut ini beberapa potensi ancaman badai Matahari ekstrem.

1. Kiamat Internet

Seperti yang telah disebutkan, dampak dari fenomena badai Matahari yakni memungkinkan terjadi kiamat internet di Bumi. Dampak ini dipaparkan berdasarkan penelitian di SIGCOMM 2021.

Asisten profesor di University of California, Sangeetha Abdu Jyothi, dalam makalahnya mengatakan, badai Matahari yang ekstrem bisa mengakibatkan ‘kiamat internet’ yang membuat sebagian besar populasi sulit terhubung ke internet selama berminggu-minggu.

“Apa yang benar-benar membuat saya berpikir tentang ini adalah dengan pandemi kita melihat betapa tidak siapnya dunia. Tidak ada protokol untuk menanganinya secara efektif, begitu pun dengan ketahanan internet. Infrastruktur kita tidak siap untuk fenomena Matahari berskala besar,” kata Abdu Jyoth seperti dikutip detikINET dari Live Science.

2. Merusak Satelit

Pada 2019, Peneliti Ahli Utama (Profesor Riset) Astronomi dan Astrofisika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin menyebutkan bahwa dampak badai Matahari lebih membahayakan bagi teknologi di antariksa.

“Membahayakannya bukan pada kehidupan manusia tapi bagi teknologi antariksa. Ketika satelit-satelit terkena badai Matahari, dan jika proteksi satelit gagal mengatasinya, tentu instrumen di satelit itu rusak. Kalau satelitnya rusak, maka layanan-layanan di Bumi yang memanfaatkan satelit itu akan terganggu,” ujar Djamal.

Jadi, meski tidak membahayakan makhluk hidup di Bumi, badai Matahari akan berdampak secara tidak langsung terhadap kehidupan.

Pasalnya, layanan berbasis satelit sudah jadi kebutuhan manusia modern. Sebut saja untuk komunikasi, broadcasting dan komunikasi data perbankan misalnya, semua itu sangat bergantung pada satelit.

“Ketika satelit Telkom 1 mengalami gangguan di 2017 misalnya. ATM yang memanfaatkan satelit itu menjadi offline dan sekian banyak pengguna tidak bisa terlayani,” ujarnya memberikan contoh.

3. Gangguan Listrik

Badai Matahari juga dapat mengakibatkan gangguan listrik di Bumi. Hal ini lantaran gangguan pada medan magnetik Bumi, dapat menyebabkan terbukanya celah medan magnetik Bumi sekitar kutub.

Sehingga partikel bermuatan proton dan elektron dapat masuk ke atmosfer Bumi, membentuk aurora dan dapat bisa menginduksi jaringan listrik.

“Tahun 1989, trafo di Quebec, Kanada terkena induksi hingga terbakar dan mematikan listrik di daerah yang luas. Terbakar karena ada induksi dari partikel-partikel energetik dari badai Matahari,” kata Djamal.

Djamal menambahkan induksi terhadap jaringan listrik tidak mungkin terjadi di wilayah ekuator yang berada di lintang rendah seperti di Indonesia.

“Sangat minim kalau ke ekuator karena mengikuti medan magnet Bumi yang mengarahnya ke arah kutub. Jadi kalau di Indonesia sebut saja pelindung medan magnet dan pelindung lapisan ozon itu cukup aman. Badai Matahari di wilayah ekuator aman,” ujarnya.

Dia menjelaskan, badai Matahari bukanlah hal baru terjadi melainkan sudah ada sejak zaman dahulu. Tapi karena Bumi punya pelindung yang kuat, Bumi aman.

Pelindung Bumi

Dijelaskan bahwa Bumi memiliki dua pelindung yang kuat. Pertama, yakni lapisan magnetosfer atau medan magnet yang melindungi dari partikel energetik atau berenergi tinggi berisi proton dan elektron, sehingga tidak membahayakan manusia di Bumi.

Kedua, ada lapisan ozon yang melindungi radiasi ultraviolet dari Matahari. Karena pada saat badai Matahari terjadi, terjadi peningkatan pancaran partikel energetik atau partikel berenergi dan radiasi dari Matahari.

Trending

Media sosial sedang ramai membicarakan soal fenomena badai matahari yang akan melanda Bumi pada 2025.

Laman Tirto, pembahasan di media sosial terkait badai matahari tersebut bermula dari unggahan di platform X (dulu Twitter). Unggahan itu mengklaim bahwa NASA memperingatkan tentang kiamat internet yang akan terjadi pada 2025 akibat badai matahari.

Berdasarkan rilis Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), klaim tersebut hoaks atau tidak benar. Tidak ada informasi resmi dari NASA yang mendukung klaim tersebut.

Faktanya, NASA telah mengembangkan sistem kecerdasan buatan (AI) untuk memprediksi bahaya cuaca antariksa dengan jangka waktu 30 menit sebelum kejadian. Namun, sistem itu tidak memuat prediksi tentang kiamat internet pada puncak siklus matahari pada tahun 2025.

Klaim soal kiamat internet di tahun 2025 akibat badai matahari memang tidak benar. Namun, fenomena badai matahari sendiri merupakan fenomena yang dapat terjadi di sistem tata surya. Fenomena ini juga punya dampak langsung dan tidak langsung terhadap kehidupan di bumi.

Dilansir dari Space, badai matahari adalah fenomena ledakan besar dari permukaan Matahari yang melepaskan radiasi elektromagnetik secara intens. Intensitas ledakan ini menentukan klasifikasi badai matahari.

Intensitas ledakan yang paling kuat adalah badai kelas X, diikuti oleh M-, C-, dan B-; dan yang terlemah adalah badai kelas A. Badai matahari dapat terlihat sebagai kilatan terang di wilayah tertentu dan berlangsung selama beberapa menit.

Penyebab utama badai matahari adalah akumulasi energi magnetik di atmosfer surya yang kemudian dilepaskan secara tiba-tiba.

Perilaku medan magnetik yang tidak stabil di permukaan matahari, cenderung menjadi titik asal dari badai Matahari. Wilayah ini biasanya terlihat sebagai bintik Matahari yang gelap dan dingin.

Badai matahari merupakan siklus surya sekitar 11 tahunan dan meningkat selama periode puncak aktivitas surya.

Melansir National Weather Service, selama delapan bulan terakhir pada 2020, aktivitas matahari terus meningkat. Hal ini mengindikasikan bahwa telah terjadi siklus matahari 2025.

Siklus Matahari 25 diperkirakan merupakan siklus yang cukup lemah, dengan kekuatan yang sama dengan siklus 24. Maksimum matahari diperkirakan terjadi pada Juli 2025, dengan puncak 115 bintik matahari.

“Seberapa cepat aktivitas matahari meningkat merupakan indikator seberapa kuat siklus matahari nantinya,” kata Doug Biesecker, Ph.D., ketua panel dan fisikawan matahari di Pusat Prediksi Cuaca Antariksa NOAA.

“Meskipun kami telah melihat peningkatan aktivitas bintik matahari yang stabil tahun ini, namun peningkatannya lambat,” ujarnya.

Dampak Badai Matahari Terhadap Bumi
Mengutip Earth Sky, badai matahari tidak berbahaya bagi manusia yang berada di permukaan Bumi karena dilindungi oleh atmosfer Bumi. Namun, badai ini dapat memengaruhi beberapa teknologi di Bumi.

Badai matahari dapat menyebabkan gangguan pada sistem jaringan listrik, komunikasi, dan satelit di orbit Bumi.

Badai geomagnetik yang dihasilkan oleh badai matahari dapat menyebabkan gangguan pada sistem telekomunikasi dan navigasi.

Pada kasus yang jarang terjadi, badai matahari dapat menyebabkan pemadaman listrik besar-besaran, mematikan kota atau wilayah secara keseluruhan.

Saat badai matahari terjadi, belahan Bumi bagian utara akan mengalami kenampakan langit yang menakjubkan. Hal ini karena lontaran partikel-partikel badai madai matahari yang berbenturan dengan atmosfer Bumi.

Meskipun tidak membahayakan tubuh manusia, badai matahari memiliki dampak signifikan pada teknologi yang kita andalkan sehari-hari. (Zee)

Tulisan Terkait

Back to top button