Revitalisasi Ekonomi Indonesia: Menyongsong Peluang dan Mengatasi Tantangan Pasca Pandemi
ZETIZENS.ID – Sejak tahun 2020, ekonomi global mengalami penurunan drastis akibat pandemi, yang mengganggu jalannya bisnis di hampir semua sektor.
Menurut survei yang dilakukan oleh Kementerian Ketenagakerjaan pada akhir tahun 2020, sekitar 88% perusahaan terdaftar mengalami dampak langsung dari pandemi.
Sektor ritel adalah yang paling parah terkena imbasnya, dengan penurunan permintaan pasar, produksi, dan keuntungan. Meskipun demikian, sebagian besar perusahaan masih berusaha mempertahankan tenaga kerja mereka, di mana hanya 17,8% yang melakukan pemutusan hubungan kerja, 25,6% yang merumahkan karyawan, dan 10% yang melakukan kedua tindakan tersebut.
Situasi ini mendorong perubahan dalam cara kerja, dengan banyak perusahaan beralih ke sistem kerja dari rumah (work from home/teleworking) sebagai solusi utama, yang memberikan fleksibilitas meskipun mengakibatkan efisiensi tenaga kerja dan pemotongan upah.
Selain itu, beberapa perusahaan mulai mengurangi penggunaan kantor fisik untuk menekan biaya, berkat kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi informasi dan komunikasi.
Setelah 2 tahun berlalu, berbagai usaha telah dilakukan untuk mempertahankan perekonomian Indonesia dengan beberapa rekomendasi diatas.
Berdasarkan World Bank, Pemulihan ekonomi Indonesia dari pandemi COVID-19 terjadi di tengah lingkungan global yang semakin menantang.
Pertumbuhan Indonesia meningkat pada akhir tahun 2021 mencapai 3.7 % ketika Indonesia keluar dari gelombang varian Delta yang cukup parah pada bulan Juli-Agustus Momentum tersebut terbawa hingga triwulan pertama tahun 2022 dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5 % (yoy) dan menyerap dampak peningkatan kasus COVID terkait varian Omicron yang singkat dan tajam.
Sumber pertumbuhan sejak akhir tahun 2021 juga perlahan berpindah dari ekspor dan konsumsi pemerintah ke konsumsi dan investasi swasta.
Sejak bulan Februari, perang di Ukraina telah mengganggu lingkungan ekonomi global melalui naiknya harga-harga komoditas dan langkah-langkah untuk mengurangi risiko (de-risking) di pasar keuangan global.
Dampak positif dari nilai tukar perdagangan (terms of trade) telah menguntungkan Indonesia dalam waktu dekat melalui penerimaan ekspor dan fiskal yang lebih tinggi. Tetapi negara ini merasakan tekanan dari kenaikan harga dan pengetatan keuangan eksternal.
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan bahwa pemulihan ekonomi Indonesia yang cepat pascaterdampak pandemi COVID-19 telah berhasil membawa Indonesia naik kelas menjadi negara berpenghasilan menengah atas (upper-middle income countries) di tahun 2022.
Hal tersebut disampaikan Presiden Jokowi dalam Penyampaian Keterangan Pemerintah atas Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RUU APBN) Tahun Anggaran 2024 beserta Nota Keuangannya pada Rapat Paripurna Pembukaan Masa Persidangan I DPR RI Tahun Sidang 2023-2024 yang digelar di Gedung Nusantara MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Rabu (16/08/2023).
“Pemulihan ekonomi Indonesia terus berlanjut. Semester I-2023, ekonomi nasional tumbuh 5,1 persen. Inflasi Indonesia juga semakin terkendali dan mencapai 3,1 persen sampai dengan Juli 2023,” ujarnya.
Sementara tingkat pengangguran berhasil diturunkan dari 6,26 persen pada Februari 2021 menjadi 5,45 persen pada Februari 2023.
Kemudian tingkat kemiskinan juga terus menurun hingga menjadi 9,36 persen pada Maret 2023. Begitu juga dengan kemiskinan ekstrem yang turun dari 2,04 persen pada Maret 2022 menjadi 1,12 persen pada Maret 2023.
Rintangan dalam Proses Pemulihan Ekonomi
Krisis Pekerjaan dan Pendapatan
Pandemi membuat pengangguran meroket dan pendapatan turun, yang berdampak pada daya beli masyarakat. Sektor-sektor seperti pariwisata dan transportasi jatuh banget, sehingga banyak orang kehilangan pekerjaan.
Walau tingkat pengangguran bisa diturunkan dari 6,26 persen di Februari 2021 jadi 5,45 persen di Februari 2023, tantangan untuk menciptakan lapangan kerja baru masih ada.
Kenaikan Harga dan Ketidakpastian dalam Perekonomian
Inflasi yang terus meningkat jadi masalah baru. Walaupun sampai Juli 2023 inflasi masih stabil di angka 3,1 persen, ketidakpastian di ekonomi global dan perubahan harga barang bisa bikin kondisi ini nggak stabil.
Mungkin perlu ada kebijakan moneter yang lebih ketat untuk menjaga inflasi agar tetap terkendali, tapi ini bisa bikin pertumbuhan ekonomi terhambat.
Peluang di Tengah Pemulihan Ekonomi
Pertumbuhan Sektor Digital dan Hijau
Pemerintah berupaya meningkatkan investasi dalam teknologi digital dan infrastruktur ramah lingkungan sebagai bagian dari strategi pemulihan jangka panjang.
Langkah ini tidak hanya akan menciptakan lapangan kerja baru, tetapi juga memperkuat daya saing Indonesia di pasar global.
Kerja Sama Antar Berbagai Sektor
Pemulihan ekonomi juga menciptakan kesempatan untuk kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat.
Keterlibatan bersama ini sangat penting untuk menyusun kebijakan yang bersifat inklusif dan berkelanjutan. Melalui pendekatan yang kolaboratif, diharapkan tantangan yang dihadapi dapat diatasi dan potensi pertumbuhan dapat dimanfaatkan secara optimal. (*)
Ditulis oleh Zavita Nazla, mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa