Karya

Mengenal Konsep Sekolah Net Zero Carbon

ZETIZENS.ID –Tantangan global dan kebutuhan akan keberlanjutan lingkungan merupakan hal yang menjadi tantangan untuk kita semua pada zaman ini.

Tindakan berkelanjutan untuk tetap menjaga kehidupan di bumi merupakan hal yang wajib bagi seluruh manusia sebab ketika tidak adanya hal tersebut akan berdampak sangat buruk bagi kita, terutama upaya dalam pengurangan emisi karbon.

Maka yang akan menjadi pertanyaan adalah bagaimana langkah kita untuk mengurangi emisi karbon?

Sebelum masuk kepada pembahasan utama, kita akan mengulas terlebih dahulu dasar dari pembahasan ini yaitu Emisi Karbon.

Emisi Karbon adalah pelepasan gas karbon dioksida (CO₂) ke atmosfer sebagai akibat dari aktivitas manusia atau proses alami.

Emisi ini menjadi salah satu penyebab utama pemanasan global dan perubahan iklim, karena CO₂ adalah salah satu gas rumah kaca yang memerangkap panas di atmosfer

Emisi karbon bersumber dari berbagai kegiatan buatan dan juga alamiah:

1. Sumber Buatan (Antropogenik)

– Pembakaran Bahan Bakar Fosil

Seperti batu bara, minyak, dan gas untuk pembangkit listrik, transportasi, dan industri.

Proses Industri

Termasuk produksi semen, baja, dan bahan kimia.

Kehilangan Hutan (Deforestasi)

Penebangan pohon mengurangi kemampuan alam menyerap karbon, dan proses pembakaran atau pembusukan biomassa melepaskan karbon.

Transportasi

Emisi dari kendaraan bermotor, pesawat, kapal, dan kereta api berbahan bakar fosil.

Limbah dan Pertanian

Pengelolaan sampah yang buruk serta aktivitas pertanian seperti pembakaran lahan dan fermentasi pencernaan pada ternak.

2. Sumber Alami

Aktivitas gunung berapi, dekomposisi alami bahan organik, dan pelepasan karbon dari laut ke atmosfer.

Dampak dari emisi karbon diantara lain adalah pemanasan global yang nantinya akan menyebabkan perubahan iklim yang ekstrim dan rusaknya ekosistem flora dan fauna serta akan berdampak kepada kesehatan manusia secara global.

Sekolah Net Zero Carbon adalah konsep sekolah yang dirancang untuk mengurangi hingga menghilangkan emisi karbon dioksida (CO₂) dalam seluruh operasionalnya, termasuk penggunaan energi, transportasi, dan pengelolaan limbah.

Konsep ini bertujuan untuk mendukung keberlanjutan lingkungan dan mengurangi dampak perubahan iklim.

Sekolah berkonsep seperti ini sudah diterapkan oleh negara – negara maju di Eropa seperti Swedia, Canada, dan lain – lain.

Indonesia sudah memulai untuk menerapkan konsep sekolah ramah lingkungan ini di Jakarta yang dibangun pada periode Anis Baswedan.

Sekolah yang dibangun dengan konsep Net Zero Carbon yaitu, SDN Duren Sawit 14, SDN Grogol Selatan 09, SDN Ragunan 08 Pagi, 09, 11 Petang, dan SMAN 96.

“Kita berharap, pembangunan Sekolah Net Zero ini juga dapat mendorong Jakarta mencapai target net zero emission atau nol emisi karbon pada tahun 2050. Kita sedang berupaya menjadikan kota ini sebagai kota yang berkelanjutan di masa depan,” ucap mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini.

Dalam pengembangan Sekolah Net Zero Carbon, Pemprov DKI Jakarta bekerja sama dengan Green Building Council (GBC) Indonesia.

Peran GBC Indonesia yakni terkait dengan simulasi dan analisis desain pasif, terutama simulasi untuk pola aliran udara pada tapak, radiasi matahari pada selubung bangunan, serta simulasi pencahayaan untuk mengetahui apakah performa bangunan sudah baik dan dapat mengurangi penggunaan energi.

Manfaat Dari Sekolah Net Zero Carbon

1. Mengurangi Emisi Karbon: Berkontribusi pada pencapaian target global untuk mengurangi dampak perubahan iklim.

2. Menghemat Biaya Operasional: Mengurangi ketergantungan pada energi fosil sering kali menghasilkan biaya operasional yang lebih rendah dalam jangka panjang.

3. Edukasi Untuk Generasi Mendatang: Memberikan contoh nyata kepada siswa tentang pentingnya keberlanjutan dan lingkungan hidup.

Konsep sekolah ini banyak diadopsi di negara-negara yang berkomitmen pada target Net Zero Emission.

Beberapa negara mulai menjadikannya standar untuk sekolah-sekolah baru atau memperbarui sekolah yang sudah ada agar sesuai dengan prinsip Net Zero Carbon. (*)

Ditulis oleh Arastyo Djalal Latuconsina, mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi Pembangunan Semester 5 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Tulisan Terkait

Back to top button