Strategi Lestarikan Hutan Mangrove dengan Pembentukan Kawasan Ekowisata
ZETIZENS.ID – RW 09 Kesunean Selatan mempunyai kawasan hutan mangrove atau bakau seluas 7,5 hektar, yang bisa berfungsi sebagai benteng alami yang melindungi wilayah ini dari banjir dan rob (air pasang laut).
Namun, luasan area ini terus menyusut akibat tekanan lain, yaitu pembukaan jalur ke laut, penebangan pohon, dan perluasan pemukiman dengan menumpuk sampah untuk membuat lahan baru.
Untuk melestarikan hutan mangrove, warga RW 09 berinisiatif mengembangkannya sebagai kawasan ekowisata yang bisa memberikan manfaat ekonomi bagi warga, dan membangun jembatan yang diharapkan dapat mencegah penebangan pohon akibat pembukaan jalur ke laut.
Pelestarian hutan mangrove selaras dengan upaya penurunan emisi gas rumah kaca. Pohon mangrove merupakan tanaman yang sangat efektif menyimpan karbon.
Satu hektar hutan mangrove dapat menyimpan 27 hingga 38 ton karbon per tahunnya, yang lebih tinggi dari jenis hutan lainnya.
Selain menyimpan karbon dan melindungi pesisir dari abrasi, mangrove memiliki manfaat lain, seperti menjaga keanekaragaman hayati biota laut, menjadi tempat pembibitan ikan untuk meningkatkan stok ikan, menyaring polutan dari air laut, serta memberikan manfaat sosial ekonomi bagi masyarakat yang menjaga kelestariannya.
Berdasarkan hal tersebut itu, Institute for Essential Services Reform (IESR) bersama Generasi Energi Bersih (GEN-B) mendukung inisiatif pelestarian mangrove melalui proyek Sustainable Emission Reduction Initiative (SERI) atau Solusi Rendah Emisi Indonesia.
Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa menyampaikan bahwa perlindungan dan pemulihan ekosistem serta konservasi alam seharusnya memberikan insentif ekonomi dan manfaat langsung bagi masyarakat.
Pembentukan kawasan wisata mangrove adalah strategi restorasi ekosistem mangrove yang memberikan manfaat ekonomi ke masyarakat melalui penciptaan sumber pendapatan dan lapangan kerja baru.
“Hutan mangrove yang terpelihara dengan baik akan semakin efektif dalam menyerap dan menyimpan karbon dan melindungi kawasan dari abrasi, serta menjadi habitat yang mendukung bagi satwa laut. Konservasi dan restorasi mangrove dapat mencegah peningkatan gas rumah kaca, yang hari ini telah menyebabkan kenaikan suhu bumi, yang memicu naiknya permukaan air laut dan meningkatkan frekuensi dan intensitas banjir rob,” jelas Fabby pada Kegiatan Pembersihan Sampah dan Penanaman Bibit Mangrove demi Pelestarian Kawasan Mangrove yang Berkelanjutan yang diselenggarakan IESR, GEN-B Indonesia, GEN-B Cirebon, Pemerintah Kota Cirebon dan RW 09 Kesunean Selatan (28/09/2024).
Ketua RW 09, Pepep Nurhadi, menyebut pihaknya telah merawat kawasan hutan mangrove sejak 2003, dan telah merasakan manfaatnya seperti terhindar dari banjir air rob, penimbunan sampah untuk memperluas wilayah, serta keamanan pemukiman pesisir dari abrasi.
“Pengembangan ekowisata yang disertai dengan pembangunan jembatan ini diharapkan mengurangi rusaknya ekosistem mangrove. Namun, pembangunannya membutuhkan biaya yang dapat ditopang melalui kerjasama dengan banyak pihak,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Pepep menjelaskan bahwa ide pembentukan kawasan ekowisata mangrove telah mendapat dukungan dari tim Program Peningkatan Peranan Wanita Menuju Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS), Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Cirebon, DP3APPKB, Dinas Lingkungan Hidup (DLH), dan dinas-dinas lain Kota Cirebon.
Selain itu, Kelurahan Kasepuhan dan Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, juga berkomitmen terhadap pelestarian kawasan mangrove Kesunean Selatan.
Maya Lynn, Ketua Nasional GEN-B Indonesia, bertekad menjalin kolaborasi dengan perusahaan dan berbagai pihak untuk mewujudkan ekowisata serta pembangunan jembatan.
Menurutnya, dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap upaya pengurangan emisi dan produk hijau, maka perusahaan, kelompok, maupun individu, dapat menggunakan proyek pemeliharaan mangrove ini untuk menebus emisi karbon yang sudah dihasilkan (carbon offset).
Komitmen tersebut disokong pula oleh Ketua GEN-B Cirebon, Adji Annisa Rahmadina, yang juga terlibat pada mobilisasi kolaborasi.
“Kolaborasi yang sedang dijalin saat ini berupa penggalangan dana untuk ekowisata mangrove. Tentu saja, aksi penyeimbangan karbon juga perlu seiring dengan memangkas produksi emisi dengan beralih ke energi terbarukan dan melakukan langkah pengurangan emisi lainnya,” kata Adji Anissa.
Hadir pula dalam acara ini perwakilan Kelurahan Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, DP3APPKB, DLH, Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah Dan Perdagangan (DKUKMPP), Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Kota Cirebon (DPRKP). (Zee)