Menjogjakan Banten, Destinasi yang Dirindukan

ZETIZENS.ID – Jogja. Satu tempat yang bukan hanya memiliki destinasi wisata memikat tapi juga segudang kuliner dan kreativitas lokal yang mewakili budaya khas Nusantara.
Jogja atau Yogyakarta sejak lama menjadi tempat wisata favorit bukan hanya bagi para pelancong dari segenap penjuru Nusantara tapi juga pelosok dunia.
Jika datang ke Jogja melalui stasiun atau bandara, tak perlu heran jika banyak bule berkeliaran membawa koper juga ransel. Tujuan mereka sama, menjadi orang Jogja dalam beberapa masa.
Membandingkan Jogja dengan Banten, memang bukan hal bijak. Keduanya sangat berbeda, baik secara latar belakang budaya, kondisi geografis, sistem administratif, dan banyak lagi. Namun ada satu hal yang penting, Banten bisa belajar dari daerah berlabel istimewa ini.
Pariwisata
Untuk disebut sebagai pariwisata, para pemangku kebijakan dan masyarakat di Banten harus terlebih dahulu paham maknanya. Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Ini artinya, sektor pariwisata tidak hanya dikuasai pemerintah tapi juga bisa dikelola pihak swasta.
Versi UNWTO atau World Tourism Organization), pariwisata adalah fenomena sosial, budaya, dan ekonomi yang melibatkan perpindahan orang ke negara atau tempat di luar lingkungan tempat tinggal mereka untuk tujuan pribadi atau bisnis/profesional.
Ini senada yang dimaksud oleh Middleton, Fyall, dan Morgan dalam Yusendra (2015), bahwa riwisata merupakan semua kegiatan dengan perjalanan dalam jangka waktu pendek menuju ke destinasi/lokasi di luar area tempat mereka tinggal, hidup, bekerja, dan menjalani aktivitas sehari-hari.
Dari berbagai definisi ini, pariwisata dapat dipahami sebagai aktivitas perjalanan yang dilakukan sementara waktu dari tempat tinggal ke suatu tempat tujuan dalam rangka bukan untuk menetap ataupun mencari nafkah melainkan untuk memenuhi rasa pengetahuan, menghabiskan waktu sengang ataupun berlibur. Ini seperti yang dijabarkan oleh Koen Meyers.
Pentingnya Pariwisata Menggerakkan Sektor Perekonomian
Sektor pariwisata tidak bisa dikesampingkan dan dipandang sebelah mata. Jika dikelola dengan baik, pariwisata bisa membuat sebuah negara bahkan menjadi salah satu pusat dunia. Singapura membuktikan ini.
Dengan pariwisata pula, sebuah propinsi lebih dikenal di mata dunia dibandingkan negaranya dan bisa menghidupi orang-orang yang bernaung di dalamnya. Bali adalah bukti nyata. Apakah Banten bisa?
Perlu diingat, pariwisata memiliki peran penting dalam menggerakkan sektor perekonomian karena mampu meningkatkan pendapatan daerah dan nasional, menciptakan lapangan kerja, serta mendorong pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Sektor pariwisata menjadi penggerak utama ekonomi melalui berbagai dampak positif, seperti peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) dari pajak dan retribusi, serta pertumbuhan lapangan kerja di berbagai sektor terkait.
Pemerintah Provinsi Banten sebenarnya bukan tidak tahu perihal pariwisata yang dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) melalui pajak hotel, restoran, dan retribusi tempat wisata, serta meningkatkan pendapatan masyarakat melalui penjualan produk lokal dan jasa. Hanya saja belum digarap sepenuh hati. Entah dengan alasan keterbatasan anggaran, sumber daya yang minim, dan seabreg permasalahan lain.
Jika saja Pemerintah Propinsi Banten bisa melihat Jogja, ambil saja contoh kecil Malioboro, industri kreatif sangat tumbuh di sana. Para lansia semangat mengantarkan pelancong ke toko bakpia menggunakan bentor, para generasi muda berlomba membuka usaha penyewaan baju adat dan foto di berbagai spot estetik seperti Kantor Gubernur dan plang bertuliskan Jalan Malioboro, dan para pengrajin batik yang tidak kebingungan memasarkan produknya karena di sepanjang Jalan Malioboro dan Pasar Beringharjo, banyak toko menjajakan batik berupa kain maupun baju. Modelnya pun sangat fashionable dan up-to-date.
Ini membuktikan kalau sektor pariwisata memang bisa menciptakan lapangan kerja. Bukan hanya satu bidang tapi juga di berbagai bidang, seperti perhotelan, transportasi, pemandu wisata, restoran, dan industri kreatif, yang memberikan peluang pendapatan bagi masyarakat.
Efek dominonya adalah pariwisata mampu menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan aktivitas ekonomi di berbagai sektor terkait, seperti perdagangan, transportasi, dan konstruksi. Jika ini terwujud, generasi muda di Banten yang didominasi Gen Z dan gen milenial tak perlu lagi cemas karena keterbatasan lapangan kerja yang hanya mengandalkan industri pabrik atau menjadi ASN, profesi dambaan para orangtuanya.
Hal lain yang tidak bisa dianggap remeh dari sektor pariwisata adalah dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat lokal melalui peningkatan infrastruktur, akses terhadap pendidikan dan kesehatan, serta pelestarian budaya dan lingkungan.
Oh ya, jika Banten bisa mencontoh Jogja dalam hal pengelolaan pariwisata, tak perlu lagi khawatir dengan akan minimnya kesadaran dan apresiasi terhadap warisan budaya, serta mendorong pengembangan produk lokal yang berkualitas. Karena pariwisata sangat mengutamakan faktor-faktor ini.
Namun memang perlu upaya keras dalam mewujudkan ini. Dengan pengelolaan yang baik, pariwisata dapat menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kekuatan Pariwisata di Banten
Jogja memang seakan memiliki segalanya untuk menjadi tempat wisata yang dirindukan. Basic kebudayaan yang kuat dan berakar pada kepemimpinan keraton, tempat wisata yang beragam mulai dari bangunan peninggalan sejarah seperti candi dan benteng, atau lanskap alam yang cantik seperti Pantai Parang Teritis, Tebing Breksi, juga Merapi, ditambah lagi kuliner khas seperti gudeg dan bakpia yang melegenda juga kekhasan batiknya.
Meski begitu, Banten tak perlu rendah diri dan insecure. Banten pun memiliki potensi pariwisata yang beragam, mulai dari wisata bahari seperti Pantai Anyer dan Tanjung Lesung, hingga wisata sejarah dan budaya seperti Kota Lama Banten dan Baduy.
Di luar itu, Banten pun memiliki potensi wisata alam seperti Taman Nasional Ujung Kulon yang dilindungi badak bercula satu.
Satu hal yang perlu diingat, Banten terkenal dengan pantai-pantai indah seperti Pantai Anyer, Tanjung Lesung, dan Sawarna, yang menawarkan pemandangan laut, pasir putih, dan berbagai aktivitas air seperti snorkeling, diving, dan jetski.
Dalam hal wisata sejarah dan budaya, Kota Lama Banten menyimpan banyak peninggalan sejarah Kesultanan Banten, seperti Keraton Surosowan, Masjid Agung Banten, Benteng Spelwijch, dan Benteng Speelwijk.
Banten juga memiliki kebudayaan yang genuine yang tidak dimiliki Jogja. Kampung Baduy. Tempat ini menawarkan pengalaman budaya yang unik, dengan kehidupan masyarakat adat yang masih menjaga kemurnian tradisi leluhur. Dan ini diakui dunia.
Satu lagi yang diakui dunia dan tak ada di tempat lain di muka bumi yakni Taman Nasional Ujung Kulon. Ini merupakan rumah bagi berbagai flora dan fauna langka, termasuk badak bercula satu. Tempat ini menjadi tujuan wisata konservasi yang menarik.
Banten sangat berpotensi untuk dikenal dan dikunjungi banyak orang bukan hanya dari segenap penjuru Nusantara tapi juga dunia. Akses. Banten mudah dijangkau dari Jakarta dan kota-kota lain di sekitarnya, baik melalui jalan darat maupun kereta api.
Berbagai fasilitas akomodasi, transportasi, dan pendukung pariwisata lainnya di Banten cukup memadai meskipun baru terdapat pada destinasi-destinasi wisata utama.
Tantangan
Meski memiliki berbagai modal dan keunggulan, Banten harus menghadapi tantangan yang mesti ditaklukkan. Salah satu tantangan utamanya adalah menjaga kebersihan lingkungan di destinasi wisata, karena masih banyak ditemukan sampah yang mengganggu kenyamanan wisatawan, demikian hasil penelitian dari Dinas Pariwisata Kawasan Pusat Pemerintahan Pusat Provinsi Banten. Bahkan di Labuan, Banten dikenal dengan sampah yang menumpuk dan menyelimuti bibir pantai.
Banten juga harus gencar dan tidak malas melakukan promosi untuk memperkenalkan potensi pariwisata Banten kepada wisatawan domestik maupun mancanegara. Sudah saatnya untuk menggaet bintang-bintang luar negeri baik penyanyi atau aktor Korea yang tengah menjadi sorotan dunia, memberi ruang para konten kreator untuk mempromosikan di media sosial, dan menjadikan Banten sebagai latar dalam film, laguatau buku. Belitong dikenal karena serial novel Laskar Pelangi yang ditulis Andrea Hirata bukan? Jogja juga dikenal lewat banyak lagu seperti Sayidan dan Jogjakarta-nya Kla Project bukan?
Tantangan lainnya adalah, Banten perlu terus melakukan pengembangan produk wisata baru yang berbasis pada potensi lokal, serta meningkatkan kualitas pelayanan dan fasilitas. Sejauh ini sudah ada upaya pemerintah Banten untuk melakukan ini, namun harus lebih konsisten lagi dan lebih merakyat.
Mengapa Lebih Maju?
Jika ditanya mengapa pariwisata Jogja lebih maju dari Banten? Salah satunya karena kombinasi kekayaan budaya dan sejarah, keindahan alam yang beragam, kuliner yang khas dan lezat, keramahan penduduk lokal, serta biaya wisata yang terjangkau.
Sekali lagi ditegaskan, Jogja memiliki banyak situs bersejarah seperti Keraton Yogyakarta, Candi Borobudur, dan Candi Prambanan yang menarik minat wisatawan domestik maupun mancanegara.
Jogja juga menawarkan keindahan alam seperti Gunung Merapi, pantai-pantai indah di Gunungkidul, dan pemandangan alam lainnya yang menarik untuk dijelajahi.
Belum lagi Jogja punya kuliner khas seperti gudeg, bakpia, dan sate klathak menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
Penduduk Jogja pun dikenal ramah dan bersahabat. Ini mampu menciptakan pengalaman wisata yang menyenangkan bagi para pengunjung.
Dan terjangkau. Dibandingkan dengan kota-kota lain, Jogja menawarkan pengalaman wisata yang berkualitas dengan biaya yang relatif terjangkau, menjadikannya pilihan menarik bagi berbagai kalangan.
Ditambah lagi, pemerintah daerah dan pihak terkait terus berupaya meningkatkan infrastruktur pariwisata dan melakukan promosi untuk menarik lebih banyak wisatawan.
Pariwisata berbasis ekologi atau ekowisata juga mulai berkembang di Jogja, menawarkan pengalaman wisata yang lebih berkelanjutan dan edukatif.
Sinergi pentahelix yang digadang-gadang akademisi sebagai teori pengembangan pariwisata sangat diterapkan di Jogja.
Pengembangan pariwisata di Yogyakarta didukung oleh sinergi antara pemerintah, akademisi, pelaku usaha, media, dan komunitas, yang menciptakan ekosistem pariwisata yang kuat.
Jika ditanya Bisakah pariwisata Banten seperti Jogja? Jawabannya bisa. Pariwisata Banten memiliki potensi untuk berkembang dan menjadi seperti Yogyakarta.
Meskipun begitu ada beberapa perbedaan dan tantangan yang perlu diatasi. Banten memiliki keunikan budaya, sejarah, dan alam yang bisa dikembangkan. Namun, Jogja telah berhasil membangun citra yang kuat sebagai destinasi wisata budaya dan edukasi.
Jika Banten mampu belajar dari keberhasilan Jogja dalam pengelolaan pariwisata, pengembangan infrastruktur, dan pemasaran, serta menggali potensi lokalnya, bukan tidak mungkin Banten juga bisa menjadi tujuan wisata yang populer.
Meskipun memiliki tantangan, Banten memiliki potensi besar untuk menjadi destinasi pariwisata yang menarik seperti Jogja. Dengan belajar dari keberhasilan Yogyakarta dan mengembangkan potensi lokalnya, Banten bisa mencapai tujuan tersebut.
Membandingkan Banten dan Jogja memang bukan apple to apple, karena memiliki latar belakang yang sangat berbeda. Namun, mengambil dan mencontoh hal-hal baik dari daerah istimewa di Indonesia ini adalah langkah terbaik, demi mewujudkan Banten yang ramah wisata, berbudaya, dan menciptakan lapangan kerja untuk penghuninya. (Zee)