Karya

Ulama Perempuan : Kesempatan Alfiyatunnisa menjadi Ulama Hadis

Oleh : Muhamad Rama Saputra

ZETIZENS.ID – Ulama Perempuan menjadi sorotan lintas zaman. Perhatian ini sedikit saja sejarah mencatat tentang ulama perempuan. Islam merupakan agama yang dibawa Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam yang mewariskan ilmu. Para ulama lah yang mendapatkan warisan tersebut baik ulama laki-laki maupun ulama perempuan.

Alfiyatunnisa nama disandarkan kepada seorang perempuan yang memiki makna seribu perempuan. Makna ini tertuju pada orang yang mendapatkan warisan dari Nabi yaitu ilmu yang dipegang oleh para ulama perempuan. Tak hanya ilmu yang diwariskan melainkan tauladan baik dari gurunya ke gurunya hingga Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam.

Ulama hadis perempuan lintas zaman dari generasi sahabat (salaf) hinga khalaf banyak disebutkan dari kitab para ulama seperti Ibnu Hajar al-Asqalani dalam al-Ishbah fi Tamyizi al-Shahabah, menyebutkan 500 perempuan ahli hadis, nama-nama ini pula disebutkan oleh Imam Nawawi dalam Tahzib Asma wa al-Rijal.

Imam Dzahabi dalam Mizan al-I’tidal menyebutkan 4.000 Rijal Hadis, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ia selanjutkan mengatakan “Tidak ada kabar yang menyebutkan bahwa riwayat seorang perempuan adalah dusta”.

Sejak masa Nabi, perempuan telah memainkan peran penting dalam periwayat hadis. Seperti Hafsah, Ummu Habibah, Maimunah, Ummu Salamah, dan Aisyah. Bahkan Aisyah di antara banyak yang meriwayatkan hadis sekitar 2.210 hadis.

Selanjutnya pada generasi tabi’in, perempuan pun memegang peran sebagai ahli periwayat hadis. Seperti Hafsah bint Muhammad Sirin, Ummu Darda, Amrah, ‘Abidah al-Madaniyah, ‘Abdah bint Bishr, Ummu Umar al-Thaqafiyah, Zainab cucu dari Ali bin Abdullah bin Abbas.

Sebagai contoh ‘Abidah al-Madaniyah seorang budak dari Muhammad bin Yazid. Ia belajar hadis dari sejumlah ulama Madinah, dan meriwayatkan puluhan ribu hadis dari guru-gurunya di Madinah.

Imam Jalaluddin al-Suyuthi belajar kitab Risalah Imam Syafi’I pada Hajar bint Muhammad. Ibnu Asakir mengatakan bahwa dia telah belajar kepada 80 ulama perempuan dan mendapatkan ijazah sanad hadis dari Zainab Bint Abdurrahman untuk kitab MUwatta’ Malik.

Dari beberapa uraian singkat, terbuka sorotan baru bahwa dalam konteks Khazanah keilmuan Islam, perempuan juga memainkan peran penting sebagai pembawa transmisi ilmu agama, khususnya hadis, dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Perempuan tidak hanya sebagai murid saja, namun mereka menjadi seorang guru bagii ulama laki-laki terkemuka. (*)

Tulisan Terkait

Back to top button