Nusantara

Wayang Nganjor, Warisan Kebudayaan yang Masih Dipertontonkan di Banten

ZETIZENS.ID – Tidak seperti sekarang, pilihan hiburan bisa didapatkan dengan mudah terutama melalui hape, dulu malah sebaliknya. Tak heran jika wayang menjadi pertunjukan yang diminati.

Meski tidak sehits dulu, wayang tetap eksis sampai sekarang. Beragam macam wayang hadir di Indonesia. Di Banten, ada Wayang Nganjor.

Pada 20 April 2024 lalu, salah satu seni budaya kontemporer ini hadir pada acara Gebrag Ngadu Bedug di Alun-alun Pandeglang.

Acara yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Pandeglang ini bertujuan untuk melestarikan budaya lokal, di antaranya melalui pertunjukan wayang.

Acara ini diikuti oleh puluhan kampung di wilayah Kabupaten Pandeglang dan merupakan tradisi masyarakat dalam menyambut bulan Ramadan yang mencapai puncaknya.

Acara ini juga diselenggarakan untuk memperkuat dan mempromosikan kekayaan budaya lokal.

Salah satu pencetus Wayang Nganjor dari Kabupaten Pandeglang adalah Tirta Nugraha Pratama atau Ki Dalang Tirta.

Sebelumnya, penampilan Wayang Nganjor juga tampil sukses menghibur penonton pada acara Puncak Good Ramadan yang digelar Sultantv, Rabu (3/4/2024) di Studio 2 Sultan Center, Kota Serang.

Good Ramadhan merupakan program rutin yang digelar oleh SultanTv, lembaga pers yang berbasis Over The Top (OTT) ini.

Berbagai acara digelar dari mulai pentas musik religi, pildacil, wayang nganjor, ceramah Ramadan hingga dialog agama.

Wayang Nganjor merupakan salah satu pengisi acara yang berhasil menarik perhatian tamu undangan yang hadir pada acara tersebut.

Dalam pertunjukannya, Wayang Nganjor menyajikan nilai-nilai Islami, termasuk menyoroti peristiwa yang terjadi belakangan ini.

Dalang sekaligus Pendiri Wayang Nganjor Ki Tirta Nugraha Pratama mengatakan, Wayang Nganjor merupakan sebuah bentuk pertunjukan teater rakyat yang mengambil esensi pertunjukan wayang golek dan sandiwara atau secara umum di Banten disebut ubrug.

Secara harfiah kata ‘nganjor’ berarti ‘berkunjung’, istilah yang beredar di masyarakat Pandeglang untuk mengartikan jika suatu masyarakat kampung hendak pergi ke kampung lain hanya sekedar untuk ‘adu bedug’.

“Di masa lalu, masyarakat Pandeglang sering melakukan adu bedug disaat bulan ramadhan tiba. dikenal istilah ‘nganjor’ yang tersebar di masyarakat Pandeglang,” kata alumnus Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung ini.

Hal ini menjadi alasan mengapa Tirta Nugraha Pratama menamai karya tersebut dengan nama wayang nganjor yang dibentuk pada 2014 silam.

Menurut Tirta, wayang nganjor juga bentuk pengalihan terhadap bentuk pertunjukan wayang golek purwa dan ubrug Banten dengan alasan belum mampu menggarap kedua bentuk pertunjukan tersebut secara utuh.

Namun dari ketidakmampuan tersebut, Tirta berhasil menciptakan bentuk pertunjukan wayang baru dengan mengkolaborasikan tiga bentuk kesenian yang terdiri dari ubrug, rampak bedug dan wayang golek.

Pertunjukan wayang nganjor sama sekali tidak memakai gamelan, inilah yang membuat pertunjukan memiliki perbedaan dengan pertunjukan wayang pada umumnya. (Hilal)

Hilal Ahmad

Gen Z Enthusiast yang suka menulis apa pun dan bertualang ke mana pun!

Tulisan Terkait

Back to top button