Karya

Cerpen Menjelma Pecinta

ZETIZENS.ID – Dunia selalu penuh dengan kejutan, salah satunya bagaimana sebuah nama bisa menjadi hal paling indah sekaligus menyakitkan untuk diingat oleh manusia.

Sudah satu tahun lebih aku mulai mengagumi seseorang. Awalnya aku takut untuk menjatuhkan hati pada orang itu tapi seiring berjalannya waktu, aku kalah dengan diriku sendiri.

Aku Ara, Haura Belva Pratista lengkapnya. Di bangku SMA aku dipertemukan dengan seorang laki-laki, perkenalan yang berawal dari sebuah organisasi dan hal itu tak pernah aku duga.

Dia kakak kelasku yang berhasil membuatku tertarik untuk mencari tahu tentangnya. Ternyata, dia mirip sekali dengan seseorang di masa laluku.

Dia-lah Abi, Abian Maheswara. Banyak orang bilang bahwa menyukainya adalah hal yang salah. Aku bertanya-tanya soal itu.

Mengapa banyak sekali yang berbicara buruk tentangnya, padahal aku rasa dia tidak seburuk yang mereka katakan.

“Kayanya gue suka deh sama seseorang” ucapku kepada sahabatku.

“Ini gue ga salah denger? Seorang Haura bisa suka-sukaan? Cowo mana yang bisa bikin manusia batu es ini jatuh cinta? Siapa orangnya?” ucap sahabatku, Serena.

“Kak Abi” ucapku.

“HAH SERIUS, RA? KAK ABI? ORANG PALING FRIENDLY ITU? YANG BENER AJALAH RA,” ucap sahabatku dengan terkejut.

Aku hanya mengangguk untuk membalas ucapan sahabatku itu. Aku melanjutkan aktivitasku, menghiraukan sahabatku yang masih dalam keadaan terkejut mendengar pernyataanku tadi.

Siapa yang tidak terkejut jika disuguhkan dengan pernyataan seperti itu dari perempuan yang dikenal dingin oleh banyak orang apalagi soal percintaan, sepertinya itu hal mustahil ada yang bisa meluluhkan hatinya.

Hari demi hari semuanya berjalan seperti biasanya tapi tidak dengan perasaanku, perasaanku semakin hari semakin jatuh.

Siapa yang tidak jatuh hati jika terus-terusan bersama, kebetulan di OSIS aku sebagai sekretaris dan dia sebagai ketua jadi tidak heran jika kita selalu bersama untuk menyelesaikan tugas yang sudah menjadi tanggung jawab kita.

Entahlah, dia menyadari atau tidak kalau aku jatuh cinta padanya, dia yang berhasil membuatku luluh, dia yang berhasil membuatku jatuh cinta lagi setelah patah hati kemarin.

Setelah sekian lama, aku merasa kembali hidup dengan dihadirkannya sosok pria yang menurutku sulit untuk dideskripsikan tetapi singkat saja “dia sempurna”.

Sudah terhitung lama aku jatuh padanya, pada pria bermata teduh. Ah, aku berlebihan sekali.

Rasaku semakin tinggi, tapi di lain sisi aku juga merasa ragu dia memiliki rasa yang sama denganku.

Aku mulai merasakan takut, takut ada hati lain yang sedang dia jaga, takut selama ini perlakuan manisnya hanya sebatas rekan organisasi.

Aku juga mulai merasa lelah karena tidak ada tanda sedikitpun bahwa dia memiliki rasa yang sama denganku.

Aku menyimpan semuanya sendiri, aku diam tak ingin mengungkapkan apapun kepadanya.

Sangat sulit menebak siapa nama wanita yang ada di hatinya selama ini karena dia orang yang sangat ramah pada siapapun, memperlakukan orang dengan manis tanpa memandang siapa yang dia perlakukan.

“Na, apa gue udahin aja ya perasaan gue ke Kak Abi?” tanyaku pada sahabatku.

“Kenapa gitu? Lo belum mulai apa-apa udah uncrush aja, cupu banget. Buat lo ga mudahkan buat jatuh cinta lagi sama cowo? Masa segini doang nyerah, belum juga berjuang,” ucap sahabatku.

“Tapi gue ga yakin kalo dia bakal punya perasaan yang sama juga sama gue,” ucapku.

“Udah ah, itu mah gimana lo aja,” ucap sahabatku.

Sejak itu, aku mulai bingung dengan perasaanku sendiri. Akhirnya, aku memutuskan untuk menyerah, mengubur dalam-dalam perasaan yang sudah ku tumbuhkan sendiri.

Dua hari kemudian, Kak Abi menghubungiku. Entah ada keperluan apa hingga menghubungiku tengah malam.

Ternyata Kak Abi menanyakan tugas sekretaris yang dia tugaskan waktu itu.

Kami mulai berbincang di sebuah aplikasi Whatsapp, tanpa disadari Kak Abi banyak mencari-cari topik obrolan agar bisa terus chattingan denganku mulai dari bahas OSIS sampai ke hal-hal random.

“Ra, I have crush on you,” ucap Kak Abi dengan tiba-tiba pada sebuah roomchat Whatsapp.

“HAH? INI SERIUS KAK? BECANDANYA GA LUCU KAK KALO SOAL HATI,” ucapku dengan terkejut.

“Iya ini serius, Ra,” ucap Kak Abi.

“Sejak kapan Lak?” tanyaku.

“Ga tau sejak kapan, emangnya Ara sadar kalo Ara tuh mulai jatuh cinta sama seseorang?” tanya Kak Abi kepadaku.

“Sadar kok, hehe. Tapi ini serius La?” tanyaku yang masih terkejut dengan pernyataan yang dibuat oleh Kak Abi.

“Iya serius ini,” ucap Kak Abi.

Sejak saat itu, kita mulai sering memberi kabar, bercerita hal random dan masih banyak lagi.

Di balik itu semua, Kak Abi meminta padaku untuk tidak menceritakan kepada siapapun tentang hubungan ini dan aku tidak keberatan untuk hal itu.

Aku tidak pernah menduga bahwa perasaanku akan dibalas oleh Kak Abi. Tapi, semuanya tidak berjalan lama.

Kak Abi mulai menjauhiku semenjak dia mengetahui dari sahabatku bahwa aku tidak berminat untuk menjalin hubungan dengan siapapun.

Sikapnya mulai berubah, tidak seperti biasanya. Aku merasakan itu, aku mulai takut untuk menerima kenyataan bahwa dia perlahan akan pergi.

Seiring berjalannya waktu Kak Abi benar menjauhiku, tak ada lagi pesan yang kudapatkan darinya.

Aku selalu menunggu Kak Abi mengabariku, tapi harapanku sia-sia sepertinya. Ah, ini karena aku yang menaruh banyak harapan padanya.

Semuanya berjalan seperti biasanya, tetapi rasanya aku mulai kehilangan minat untuk melakukan aktivitas apapun semenjak Kak Abi berubah.

Hari demi hari semua harapanku mulai terlihat sia-sia.

“Huft, sepertinya aku harus siap jika suatu saat aku melihat dia mencintai orang lain setelahku” ucapku dengan perasaan kecewa.

Tidak lama sahabatku memberitahuku kabar yang sangat buruk bagiku.

Serena mengatakan, “Lo udah tau belum kalo Kak Abi pacaran sama anak kelas sebelah, seangkatan sama kita”.

Mendengar pernyataan itu, rasanya aku ingin menjatuhkan diri. Tubuhku gemetar diiringi dengan keluarnya air mata, aku tak sanggup untuk menahannya.

Aku melanjutkan perjalananku untuk pulang, kebetulan sudah jam pulang sekolah.

Sesampainya aku di rumah, Aku mengurung diri di kamar dengan air mataku yang masih mengalir deras.

Banyak pertanyaan yang ingin ku tanyakan pada Kak Abi, tapi sepertinya lebih baik tidak ku tanyakan.

Aku tidak pernah menduga bahwa akhirnya akan seperti ini. Seharusnya aku tidak menaruh harapan lebih padanya, seharusnya aku tidak langsung percaya dengannya setelah mengetahui bahwa dia ingin aku menyembunyikan hubungan ini, seharusnya aku tidak menangis setelah mengetahui fakta yang menyakitkan ini.

Meskipun kehilangan dia sudah aku persiapkan dari jauh-jauh hari, nyatanya aku tetap terluka, aku tetap kebingungan dan tanpa arah, semuanya berantakan.

Meskipun aku sudah menyiapkan ruang untuk patah hati berikutnya, nyatanya aku jauh lebih terluka ketika dia memilih menjadi tidak ada.

Meskipun aku sudah berusaha tidak memikirkan pertanyaan yang berpenuhan di kepalaku, tetap saja aku menangis karenanya, menangis ketika aku mengetahui hal yang seharusnya tidak ku ketahui itu.

Kalau saja dari awal aku menyadari ketidakmungkinannya lebih besar daripada kemungkinannya, lantas kenapa aku memberi hati yang seperti sepenuhnya?

Kalau dari awal yang dia butuhkan hanya sebatas teman cerita lantas kenapa seolah menjelma pencinta dengan segala ketulusan? Bukankah itu sangat menyakitkan?

Sudahlah, nyatanya sekarang dia sedang mencintai wanita lain selainku. Lantas bagaimana denganku?

Aku hancur, rasanya semua ini seperti mimpi. Walaupun hubungan ini sangat singkat, tapi aku sudah menjatuhkan hati sepenuhnya sejak lama.

Keesokan harinya, orang tuaku mengirimi pesan pada wali kelasku bahwa aku tidak bisa bersekolah seperti biasanya karena aku sakit.

Aku dilarikan ke rumah sakit, tubuhku lemah darah di hidungku mulai mengalir. Aku kehabisan oksigen sehingga aku jatuh pingsan.

Orang-orang di sekitarku khawatir akan keadaanku, entah kenapa tiba-tiba sekali penyakitku kambuh atau mungkin karena riuh di pikiranku, bisa saja. Ah, sudahlah.

Sudah cukup, keadaanku yang seperti ini tidak membuatnya kembali mencintaiku lagi. Buang semua harapan itu jauh-jauh.

Semuanya perlahan hilang ditelan oleh orang yang begitu sempurna, sudah seharusnya aku mulai untuk melupakannya.

Walaupun sulit dilakukan, tapi akan aku usahakan demi diriku sendiri. Itu sebuah keharusan.

“The final chapternya, lepasin hal yang ga seharusnya kamu genggam ternyata, Ra. Situasi ini tidak dapat diubah lagi maka ubahlah perasaanmu ra menjadi seikhlas-ikhlasnya untuk melepaskan dan jika ini takdirku maka hilangkanlah perasaanku dan buatlah hati ini rela untuk melihatnya bahagia bersama siapapun pilihannya. Seharusnya sejak awal aku percaya dengan apa yang orang katakan tentangnya bahwa mencintainya adalah hal yang salah,” ucapku dengan perasaan kecewa. (*)

Ditulis oleh Tatia Rizkiyani, Zetizens Jurnalistik 2024

Tulisan Terkait

Back to top button