Karya

Ben Sulayem Ubah Konstitusi FIA Demi Dua Periode

ZETIZENS.ID – Mohammed Ben Sulayem semenjak menjabat sebagai presiden FIA pada akhir 2021 silam, memantik banyak orang dengan gaya kepemimpinannya yang agresif.

Mendekati akhir masa jabatannya tahun ini, Mohammed Ben Sulayem dipastikan bakal nyapres lagi untuk periode kedua sebagai pemimpin tertinggi di FIA.

Pemilunya sendiri akan diadakan pada sekitar akhir Desember 2025, dan akan diikuti oleh 245 anggota yang tersebar dari 149 negara yang bakal bertugas untuk memilih presiden FIA selanjutnya.

Masalah utamanya bukan soal berapa periode, tapi bagaimana prosesnya. Kalau semua dilakukan dengan prosedur yang sah mungkin tidak ada masalah besar.

Tetapi tetap harus hati-hati karena ini bisa menjadi presiden buruk untuk pemimpin berikutnya yang ingin ubah aturan demi kepentingannya sendiri.

Tapi di sisi lain, kalau seorang pemimpin memang terbukti berhasil dan membawa perubahan positif tidak ada salahnya dia tetap lanjut.

Tidak bisa dipungkiri bahwa selama masa jabatannya, Ben Sulayem telah menghadirkan sejumlah kebijakan yang progresif, termasuk komitmen terhadap keberlanjutan dan penguatan regulasi olahraga balap.

Namun, keberhasilan tersebut tidak serta-merta menjadi pembenaran untuk mengubah konstitusi demi memperpanjang masa kepemimpinan. Kecuali jika dilakukan secara transparan dan memperoleh mandat luas dari pemangku kepentingan.

Dalam banyak organisasi internasional, pembatasan masa jabatan dirancang untuk mencegah akumulasi kekuasaan dan menjaga sirkulasi ide serta kepemimpinan yang segar dan inovatif dalam banyak organisasi internasional.

Apabila FIA ingin menjaga reputasi sebagai organisasi yang demokratis dan profesional, maka perubahan konstitusi harus disertai dengan argumen rasional, konsultasi terbuka, serta jaminan akuntabilitas dalam pelaksanaannya.

Pencalonan kembali seorang pemimpin memang bukan hal yang tabu, tetapi harus dibarengi dengan pertanggungjawaban yang kuat atas periode sebelumnya dan komitmen yang jelas terhadap pembaruan.

Kesimpulannya, perubahan konstitusi FIA untuk membuka jalan masa jabatan kedua bagi Mohammed Ben Sulayem akan selalu menjadi perdebatan. Yang terpenting bukan hanya siapa memimpin, tetapi bagaimana proses itu berlangsung dan apa dampaknya bagi masa depan olahraga otomotif dunia. (*)

Ditulis oleh Rifqi Aulia Al Mahally, mahasiswa jurusan Ilmu pemerintahan semester 2 Universitas Pamulang PSDKU Serang

Tulisan Terkait

Back to top button