Banjir Jakarta: Musim Hujan atau Musim Salah Urus?

ZETIZENS.ID – Jakarta kembali tergenang. Hujan deras selama beberapa hari saja sudah cukup untuk membuat banyak wilayah di ibu kota lumpuh. Jalanan menjadi sungai, rumah-rumah kebanjiran, dan aktivitas warga terhambat.
Ironisnya, setiap kali air naik, respons publik pun tetap mengeluh di media sosial, menyalahkan pihak tertentu, lalu kembali melupakan masalah ini begitu genangan surut.
Masalah banjir di Jakarta bukanlah hal baru. Kita sudah terlalu sering mengalaminya, hingga kadang merasa bahwa ini adalah “takdir” tinggal di kota besar.
Padahal, banjir adalah akibat dari serangkaian pilihan, baik yang kita ambil secara sadar maupun yang kita abaikan begitu saja.
Pembangunan tanpa perencanaan yang matang, minimnya ruang terbuka hijau, dan kebiasaan membuang sampah sembarangan adalah beberapa di antaranya.
Namun lebih dari sekadar infrastruktur dan teknis pengelolaan kota, yang paling mengkhawatirkan justru sikap masyarakat yang mulai apatis.
Kita terbiasa melihat banjir sebagai peristiwa musiman, bukan sebagai peringatan bahwa ada yang salah dalam cara kita hidup dan mengelola lingkungan.
Pemerintah tentu punya tanggung jawab besar dalam menyelesaikan persoalan ini. Tapi publik pun harus ikut terlibat, bukan hanya dalam bentuk keluhan, melainkan aksi nyata, dari hal paling kecil seperti menjaga kebersihan saluran air di lingkungan masing-masing.
Jika tidak, banjir hanya akan menjadi siklus tahunan yang terus mengganggu, dan kita tetap jadi korban dari kesalahan kolektif yang tak pernah disadari sepenuhnya.
Sudah saatnya kita berhenti diam, berhenti mengeluh, dan mulai bergerak. Karena Jakarta tak akan pernah bebas dari banjir, jika warganya tetap pasrah dan enggan berubah. (*)
Ditulis oleh Nabil Ramadhan, mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan semester 2 Universitas Pamulang PSDKU Serang