Youtuber Denmark Tuai Pujian, Kumpulkan Uang Bangun Jembatan di Wakatobi
ZETIZENS.ID – Sudah tahu belum, ada Youtuber Denmark yang mengumpulkan uang untuk bangun jembatan di Wakatobi, Sulawesi Utara?
Akun Twitter atau X Sosmed Itu Keras mengetwit, seorang Youtuber serta traveler motor, Kristian Hansen (IG/thekristianhansen) tuai pujian masyarakat Indonesia atas aksinya memperbaiki jembatan rusak di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara.
Kristian adalah WNA asal Denmark yang sedang berkeliling Indonesia dalam dua tahun terakhir. Namun sesampainya di Wakatobi, ia tergerak melihat kondisi jembatan yang tidak aman bagi warga Suku Bajo.
Kristian lantas menggalang donasi, dan dalam 24 jam berhasil mengumpulkan Rp 75 juta.
Uang itu kemudian ia pergunakan untuk membeli bahan-bahan seperti kayu dan perkakas lainnya. Tak hanya memperbaiki jembatan, Kristian juga bisa memperbaiki sejumlah rumah warga.
Laman Liputan6.com menyebut, cowok yang sering mengunggah konten keliling Indonesia ini pada Sabtu, 22 Juni 2024, mengunggah video perjalanannya ke desa terapung Sampela di Kepulauan Wakatobi, di akun Youtubenya ‘Kristian Hansen’.
Selama di sana, ia terkagum-kagum melihat keindahan alamnya yang luar biasa. Di suatu pagi, saat dia duduk bersama temannya sambil minum secangkir kopi, dia melihat seorang anak kecil yang sedang melintasi jembatan rusak.
Jadi masalahnya adalah jembatan-jembatan di antara rumah-rumah kecil ini kondisinya sangat buruk, dan kita juga melihat masjidnya kemarin yang mereka coba perluas namun terhenti karena tidak mempunyai dana yang cukup,” ujarnya dalam video.
Keesokan paginya, dia mengelilingi desa dan melewati jembatan kayu yang hampir roboh itu.
Dia juga diberitahu oleh warga sekitar bahwa banyak orang yang terjatuh di jembatan, bahkan anak-anak setempat jadi koban dan ada yang terluka parah. Mendengar itu, dia bersama temannya, Mario, tergerak untuk membantu.
Hansen lalu bertemu dengan Laeto, pemasok kayu di Desa Sampela, yang diperkenalkan oleh Bahar, mertua dari pemilik homestay yang ia tinggali. Setelah mengobrol dengan Laeto, ternyata harga kayu per meter kubiknya adalah Rp3,5 juta.
“Saya segera menyadari bahwa dana saya sendiri tidak akan cukup. Namun yang tidak saya ketahui saat itu, postingan saya tadi malam menjadi viral,” ujarnya.
Hansen kemudian membuka donasi. Tidak disangka-sangka, banyak warganet yang berdonasi. “Jadi ketika kami sedang bernegosiasi, sumbangan mengalir deras untuk membantu,” imbuhnya.
Dalam akun Instagramnya, @thekristianhansen, ia menyatakan total donasi yang terkumpul mencapai Rp75 juta pada Senin, 17 Juni 2024.
Dalam waktu 3 hari, Hansen bisa membeli lebih dari 20 meter kubik kayu, 50 kg paku, dan gergaji dari hasil uang yang telah terkumpul.
Sebelum membangun jembatan, Hansen sempat berdiskusi dengan pemilik Homestaynya, Duda, Bahar, dan pimpinan masjid untuk memanfaatkan uang hasil donasi itu. Akhirnya mereka memutuskan untuk membangun jembatan tersebut.
“Maka dengan sumbangan yang terus berdatangan, kami membeli lima meter kubik kayu pertama kami, dan ketika rumor tentang proyek kami mulai menyebar, banyak yang datang untuk membantu. Dan, saya tidak tahu apa yang mereka bicarakan karena mereka berbicara dalam bahasa mereka sendiri, bahasa Bajo,” jelasnya dalam video Youtubenya.
Kesulitan
Hansen mengungkapkan bahwa ketika donasi berhasil dikumpulkan, ia sempat kesulitan menarik uang karena di sana hampir tidak ada bank.
“Kami datang ke pemukiman darat untuk pertama kalinya dalam beberapa hari ini karena kami sedang berusaha mencari bank. Kami akan mengambil semua uang tunai yang harus kami gunakan untuk membeli kayu,” kata Hansen sambil menyusuri pemukiman.
Mengetahui hal tersebut, ayahnya bertanya pada Hansen, “Kenapa kamu tidak mentransfer saja uangnya ke orang yang punya kayu itu?”. Hansen menjawab ia sebenarnya berniat begitu, tapi yang menjadi masalah adalah masyarakat di sana tidak ada yang punya rekening bank sehingga pembayarannya harus tunai.
Setelah ditelusuri, akhirnya Hansen menemukan cabang bank kecil. Namun, jumlah uang yang ditarik terbatas. Hansen hanya bisa menarik uang sebanyak Rp10 juta per harinya.
“Jadi kami memerlukan waktu hampir satu minggu untuk menarik semuanya,” katanya.
Ketika dalam perjalanan pulang, tiba-tiba ada telepon dari tukang kayu yang mengatakan bahwa salah satu keluarganya ada yang punya rekening bank. Tanpa berlama-lama lagi, Hansen langsung memesan dan membayar kayu tersebut.
Setelah permasalahan kayu sudah selesai, selanjutnya Hansen mencari orang yang bisa membantunya membangun jembatan.
Berita bahwa Hansen akan membangun jembatan sudah terdengar ke telinga masyarakat Desa Sampela. Mereka pun sukarela membantu.
“Jadi yang mengejutkan saya, saya hampir tidak perlu melakukan promosi apa pun karena semua orang siap dan senang bekerja secara gratis demi Sampela yang lebih baik,” ujar Hansen.
Seorang tetua desa kemudian datang menemui Hansen dan bertanya apakah dia bisa membangunkan jembatan juga di dekat rumahnya. Pada titik ini, Hansen cemas dan tidak yakin uangnya masih cukup. Namun, dia berjanji akan memperbaikinya.
Upaya Hansen dalam membangun jembatan itu tak selalu mulus. Ia sempat dipanggil kepala desa. Dalam pertemuan itu, dia mengaku si kepala desa ‘hampir tidak mengizinkan untuk melakukan proyek ini’. Namun, proyek tersebut akhirnya tetap dapat izin.
Ketika hari pembangunan jembatan tiba, semua orang berkumpul dan bergotong-royong. Pembangunan jembatan berjalan lancar dengan bantuan warga setempat.
“Begitu banyak kebahagiaan yang dibawa oleh jembatan-jembatan yang kita bangun saat ini. Itu saja tidak cukup untuk memenuhi apa yang mereka butuhkan. Itulah kenyataannya. Kami mungkin memperbaiki 15 atau 20 persen jembatan desa ini,” tutur Hansen. (Hilal)