OJK Catat Utang Paylater Warga Indonesia Capai 6,13 Persen Meningkat 23,90 Persen

ZETIZENS.ID – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) baru saja merilis data outstanding piutang pembiayaan pada perusahaan pembiayaan pay layer periode Maret 2024 mencapai sebesar Rp 6,13 triliun naik 23,90 persen secara yoy.
Melansir dari berbagi sumber, kenaikan jumlah piutang pembiayaan ini tentunya mengejutkan di berbagai pihak. Pasalnya, tingginya pembiayaan berdampak pada perekonomian masyarakat.
Kepala Eksekutif Pengawasan Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, LKM dan LJK Lainnya OJK, Agusman, mengatakan, jumlah itu juga ada peningkatkan dibandingkan tahun sebelumnya di mana nilai tersebut meningkat 23,90 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
“BNPL per Maret 2024 sebesar Rp 6,13 triliun meningkat 23,90 persen secara tahunan,” ujar Agusman dalam keterangan tertulis.
Adanya peningkatan piutang yang tinggi ini terjadi karena profil risiko pembiayaan dimana Non Performing Financing (NPF) Gross sebesar 3,15 persen dan NPF Nett sebesar 0,59 persen.
“Seiring teknologi yang memudahkan masyarakat melakukan transaksi belanja secara online, maka kinerja dan pertumbuhan perusahaan pembiayaan BNPL akan terus meningkat,” ujarnya.
Untuk itu, OJK sedang mengkaji untuk menyusun aturan layanan BNPL. Hal ini dilakukan karena adanya pertumbuhan dan berkembangnya layanan BNPL
sehingga memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan inklusi keuangan di tanah air.
“Kami sedang buat kajian untuk BNPL, untuk membuat aturan spesifik secara khusus atau bersifat umum,” ungkapnya.
OJK berharap dengan adanya kebijakan, nantinya dapat memberikan guidance untuk layanan BNPL.
Dengan begitu, layanan BNPL dapat memberikan keseimbangan antara kebutuhan masyarakat, industri, dan dari sisi keamanannya.
“Sehingga dapat menjamin perlindungan konsumen yang memadai bagi masyarakat,” jelasnya. (Ismi)