Cerpen Aku dan Tulang Belakangku
ZETIZENS.ID – Namaku Dalessa, aku ingin menceritakan segala hal yang pernah terjadi dalam hidupku dari kecil hingga saat ini. Usiaku 20 Tahun.
Papahku bercerita padaku bahwa saat aku usianya masih balita umur 1 atau 2 tahun, aku terjatuh dari tempat ketinggian tidak ketahuan. Lalu sering dibawa ke tukang urut bersama mamah dan papahku. Mamun setiap kali habis diurut bukannya istirahat di rumah, aku malah selalu pergi bermain, tidak mau diam.
Beberapa tahun kemudian saat aku memasuki kelas 3 SD mamah aku meninggal dunia.
Aku mengetahui mamahku sudah tiada dari kedua kakak perempuanku yaitu kakak ketiga dan kakak keempat.
Saat itu aku terbangun dari tidur karena aku mendengar suara menangis. Lalu kulihat siapa yang menangis? Ternyata itu kedua kakak perempuanku, kemudian aku bertanya mengapa mereka menangis?
“Teteh kenapa nangis?”
Salah satu di antara kedua kakakku menjawab.
“Mamah, Dek,” sambil menangis.
“Mamah kenapa Teh?” jawabku yang ingin menangis juga.
“Mamah udah engga ada, Mamah udah meninggal De,” jawab salah satu dari kedua kakakku yang menangis.
Shock? Tentu saja aku shock. Siapa sih yang tidak sedih ditinggal sama mamahnya untuk selamanya?
Tangisanku langsung pecah ketika mendengar jawaban dari kakakku. Detik itu juga aku langsung mencari ke seluruh ruangan yang ada di rumah sambil menangis dan memanggil mamahku.
“Mah, Mamah dimana?” panggilku ke seluruh ruangan yang ada di rumah tapi hasilnya tidak ada. Lalu kutanya lagi pada kedua kakakku.
“Teh, Mamah dimana? Dede mau ke Mamah,” tanyaku sambil menangis tanpa henti.
“Mamah masih di rumah sakit De, nanti kamu di sini dulu ya sama Teh Alin? Teteh mau jemput Mamah bawa ke rumah sekalian nemenin Papah di sana. Teh Iya sama Teh Ine lagi dalam perjalanan mau ke rumah. Kalian baik-baik ya di rumahnya,” jawab kakakku yang ketiga sambil memberi pengertian kepada
adik-adiknya.
Aku dan kakakku yang keempat hanya mengangguk sedih.
***
Hari berganti hari, tahun berganti tahun yang aku lalui tanpa seorang ibu.
Saat aku memasuki kelas 1 SMP semester satu aku menyukai seorang laki-laki teman di kelas secara diam-diam tanpa ada seorangpun yang tahu.
Aku menyukainya karena dia memperlakukanku sama seperti yang lain. Baik, tak memandang bulu maupun memandang rupa.
Namun di saat semester 2, kami ada tour sekolah ke Jakarta. Aku satu bus dengan laki-laki yang aku suka.
Tour sekolah berjalan lancar hingga pulang. Saat di bus dalam perjalanan pulang aku tidur di dalam bus itu di kursi dekat pintu belakang bus tetapi aku baru saja memejamkan mataku untuk tidur.
Aku mendengar kursi seberang itu sedang mengobrol dengan seseorang, namun kuurungkan niat untuk tidur karena aku ingin mendengar apa yang mereka bilang tetapi mataku tetap terpejam.
Lalu aku mendengar apa yang mereka bicarakan.
“le ada yang suka sama lo,” salah satu teman perempuanku ternyata dia mengobrol dengan laki-laki yang aku suka.
“Siapa, siapa?” jawab laki-laki itu dengan nada penasaran.
“Itu si Dalessa,” jawab perempuan itu.
Laki-laki itu setelah mendengar siapa yang suka padanya tertawa kencang sambil berkata. “Idih najis gw, jijik, bungkuk gitu.”
Aku yang mendengar perkataan itu sakit sekali. Hancur rasanya, ternyata laki-laki yang aku anggap baik itu jahat.
Aku hanya bisa menangis dalam diam hingga aku tertidur di dalam bus. Keesokan harinya saat aku di sekolah, aku dicengcengin sama teman gengnya.
“Eh dalessa suka sama Ule ya,” si A.
“Mau dibantuin ga biar bisa jadian sama ule?” si B.
Dan masih banyak lagi perkataan mereka yang aku dengar.
Bahkan saat jam istirahat sekolah geng laki-laki yang aku suka masuk ke dalam kelas dan langsung ngerubungin aku yang lagi duduk di kursi depan pojok kanan hingga aku tidak bisa kemana-mana.
Aku tidak bisa melawan mereka karena aku takut. Aku hanya bisa diam sambil mau nangis. Lalu ada yang memanggilku dari belakang, ternyata ada dua teman kelas perempuan yang lagi duduk di kursi ketiga.
“Dalessa,” salah satu di antara mereka memanggilku.
Aku menengok lalu menjawab, “Apa?”
“Sini gabung,” jawab salah satu dari mereka.
Aku jawab dengan anggukan kepala saja, lalu aku samperin kedua teman kelasku yang memanggilku dari arah belakang melalui kolong meja yang ada di belakang kursiku.
Saat aku sudah berada di depan mereka merasa lega karena aku bukan perempuan sendirian di dalam kelas. Lalu kedua temanku bilang, “Yang sabar Sa.”
“Biarin aja orang kaya gitu nanti juga dapat balesannya.”
Lalu aku menjawab, “Makasih ya untung ada kalian”.
“Sama-sama,” jawab mereka.
Sejak saat itu aku selalu merasa dikucilkan apalagi laki-laki itu selalu mengejekku dengan sebutan “cindek” sambil tertawa. Tetapi aku tak melawan mereka sama sekali aku hanya diam bungkam.
Sejak saat itu pula aku mempunyai prinsip tidak mau menyukai laki-laki duluan terutama laki-laki yang satu sekolah denganku. Karena sakit sekali rasanya diejek oleh orang yang kita suka dan setiap hari selalu merasa dikucilkan dan insecure sama diri sendiri.
Kadang juga aku selalu bertanya pada diri sendiri, “Kenapa aku harus hidup dengan tubuh seperti ini?”
“Kenapa aku ga sempurna kayak perempuan pada umumnya?”
Saat aku memasuki kelas 2 dan 3 SMP aku muak sekali kalau harus berpapasan dengan laki-laki yang pernah aku suka bahkan liat orangnya muak hingga aku berucap dalam hati, “Semoga di sekolah berikutnya nanti ga satu sekolah sama dia”.
Dan ya ternyata ucapan dalam hati itu terjadi. Aku gak satu sekolah lagi sama laki-laki yang aku suka.
Saat aku memasuki sekolah baru kelas 1 SMK, aku tidak menyukai siapapun di sekolah itu walaupun banyak sekali teman kelas yang jodoh-jodohin.
Namun aku berpikir itu hanya candaan dan perempuan sepertiku gak pantas untuk disukai laki-laki.
Hingga saat ini aku masih berpikir seperti itu. Namun di depan umum ataupun di sosial media aku berusaha menerima keadaan aku yang seperti ini dan percaya diri sama diriku sendiri.
Dan orang-orang yang suka mengejek atau ngata-ngatain aku ini itu bisa menjadi acuan buat aku tambah semangat buat tunjukin ke mereka semua bahwa orang yang sepertiku yang tulang belakang aku bengkok ke belakang jadi seperti terlihat bungkuk itu bisa jadi orang yang sukses dan bisa berguna bagi orang banyak.
Satu hal yang aku suka dari kekurangan yang Tuhan kasih buatku karna aku dikelilingi teman perempuan yang sangat aku sayangi.
Mereka berteman sama aku dengan tulus. Sebut aja namanya Uus, Piok, Yanti, Adel, Lifah, dan Aca. (*)
Cerita pendek ini diambil dari kisah nyata. Ditulis oleh Ade Isma Soleha, Zetizens Jurnalistik 2024.