Apa Iya Gen Z Makin Susah Beli Rumah?
ZETIZENS.ID – Baru-baru ini Gen Z banyak dikait-kaitkan dengan segala permasalahan duniawi seperti sulit mencari pekerjaan dan susah beli rumah.
Mengenai susah beli rumah, laman Detik menyebut, Pengamat Perkotaan, Yayat Supriyatna sebut Generasi Z atau Gen Z membutuhkan bantuan fasilitas perumahan supaya tidak menjadi apatis dan tidak peduli.
Hal ini ia sampaikan pada Forum Wartawan Perumahan Rakyat (Forwapera) di Jakarta, Kamis (21/3/2024).
Yayat menyebut ketersediaan bantuan rumah murah subsidi untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) semakin dipersulit dengan adanya kebijakan PPN baru pemerintah. Hal itu, menurutnya, justru malah dibebankan kepada masyarakat.
“Kenaikan PPN yang tadi 12%, bagi Kementerian Keuangan dan pendapatan negara it’s ok, happy. Tapi warganya? Nggak happy,” kata Yayat dalam Diskusi Interaktif “Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045”, di Gedung sarana Square, Jakarta, Kamis (21/3/2024).
Pasalnya harga rumah yang sulit dijangkau oleh pendapatan Gen Z bisa membuat mereka mengubah perilaku, hingga menimbulkan sifat tidak peduli pada masyarakat.
“Saya hanya mengingatkan untuk hati-hati dalam pemahaman konsep pengadaan perumahan. Kalau tidak ada ini, nanti generasi ke depan bisa berubah perilakunya. Kalau pemerintah tidak serius memfasilitasi nanti mereka bisa memiliki sifat apatis dan tidak peduli,” tegas Yayat.
“Kita bisa belajar dari Jepang. Akibat harga sewa apartemen yang mahal, mereka tidak mau menikah. Nah, di Indonesia juga sudah terasa. Sudah ada laporan terjadi penurunan data dari jumlah orang yang menikah, apalagi di wilayah metropolitan dan kota besar,” lanjutnya.
Hal ini juga diperburuk dengan kondisi Gen Z yang hidup nomaden, di mana kebanyakan Gen Z memiliki pekerjaan yang sering berpindah pindah. Di samping itu banyak dari Gen Z yang tidak memiliki gaji intensif untuk rumah tempat tinggal.
“Jadi Gen Z tahu kalau kerjanya pindah-pindah, dan sistem gajinya mungkin tidak ada intensif untuk penyediaan perumahan. Akhirnya mereka berpikir praktis lah, udah lah kalau persoalan tua atau pensiun itukan masalah nanti,” ungkapnya.
Di samping itu, menurut pengamatan Yayat, banyak Gen Z yang tinggal semakin jauh dari pusat tempat kerja mereka. Hal ini menjadikan banyaknya pengeluaran biaya Gen Z untuk keperluan transportasi.
“Coba kalian lihat data MRT, data terbesar paling banyak turun di Dukuh Atas dan di Lebak Bulus. Yang tinggal di tengah itu sudah tidak ada. Itu menjadi PR untuk kita karena generasi ke depan semakin lama semakin jauh,” paparnya.
“Gaji mereka antara Rp 8 sampai 10 juta. Anda bayangkan gajinya Rp 8 sampai 10 juta, transportnya itu terlalu besar. Sulit mereka untuk cicil rumah,” tambahnya.
Dengan paparan ini, bagaimana tanggapanmu Zet? (Zee)