Nusantara

Sempat Tenar di Zamannya, Layar Tancap jadi Bioskop Keliling

ZETIZENS.ID – Dulu banget nih, sebelum bioskop merajalela dan layanan tontonan streaming bisa mudah diakses di ponsel, layar tancap menjadi hiburan masyarakat yang digandrungi.

Layar tancap biasa digelar semalaman menayangkan film-film berbagai genre baik dalam negeri maupun luar negeri. Digelar pada even resmi atau hajat pernikahan masyarakat. Dan ditonton orang sekampung.

Sekarang, zaman sudah berubah. Masih adakah layar tancap?

Ternyata masih ada. Tapi penyedia layanannya tidak lagi didominasi usaha swasta karena tidak menjanjikan lagi digarap sebagai lahan usaha. Sebagai gantinya bagi yang kangen layar tancap bisa menghubungi bioskop keliling dari pemerintah.

Dilansir dari laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, bioskop keliling menjadi salah satu sarana publikasi.

Pada dasarnya yang dinamakan bioskop keliling adalah peredaran film secara sederhana melalui cara yang lebih praktis dan bersifat mobil karena dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain.

Oleh karenanya, bioskop keliling mempunyai keunggulan, yaitu kemampuan menjangkau desa- desa yang tidak memiliki bioskop.

Dari catatan sejarah, bioskop keliling ini sudah mulai dikenal sejak zaman Hindia Belanda. Namun pada awal kemerdekaan bioskop keliling kurang mendapat perhatian dari kalangan perfilman nasional.

Dengan tujuan propaganda, pemutaran film diusahakan untuk menggapai sebanyak mungkin penonton.

Dalam hal penyebaran informasi kebudayaan mengusung konsep bioskop keliling ditujukan untuk masyarakat umum dan konten yang disampaikan adalah materi-materi kebudayaan.

Materi kebudayaan melalui bioskop keliling seperti dilakukan yang Balai Pelestarian Cagar Budaya adalah Konten Cagar budaya yang ada di wilayah kerja BPCB Provinsi Sumatera barat yaitu Provinsi Sumatera Barat, Riau dan Kepulauan Riau.

Pada proses pelaksanaan Bioskop keliling, audien dapat dibedakan yaitu pertama, masyarakat secara umum dengan pemutaran film dari ke desa-desa, lokasi keramaian atau berdampingan dengan kegiatan yang diadakan oleh pemerintah daerah.

Bioskop keliling untuk masyarakat umum memunculkan suasana nostalgia. Dalam suasana ini pesan-pesan kebudayaan dapat meresap sehingga timbul kesadaran untuk menjaga warisan budaya.

Kedua, Peserta didik, biasanya ini pemutaran film ke sekolah-sekolah dengan tema pendidikan karakter bangsa.

Selain itu, Konten yang disampaikan berupa film dokumenter cagar budaya yang berkaitan dengan kabupaten/ kota dimana sekolah tersebut berada.

Selain tujuannya untuk pengenalan cagar budaya kepada generasi muda juga sebagai memperkaya literasi peserta didik khusus pada cagar budaya.

Pemutaran Film Berkarakter ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat melalui bioskop keliling tentang Cagar Budaya serta kebudayaan secara umum.

Sedangkan tujuan yang hendak dicapai adalah tercipta atau tumbuhnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pelestarian Cagar Budaya serta kebudayaan secara umum.

Pemutaran film ini diharapkan akan menimbulkan kecintaan masyarakat terhadap kebudayaan serta ikut berperan aktif dalam upaya pelestarian yang akan dilaksanakan.

Asal Mula

Film masuk ke Hindia Belanda untuk pertama kalinya pada tanggal 5 Desember 1900 dalam format bioskop keliling.

Bioskop keliling ternyata mampu eksis dari masa ke masa karena ada faktor yang mendukung keberadaannya.

Melalui bioskop keliling mimpi film nasional menjadi tuan rumah di negeri sendiri secara realistik dapat terwujud.

Bioskop sebagai ujung mata rantai
perfilman merupakan tempat bertemunya
konsumen (penonton) dengan komoditas
jasa yang bernama film.

Pada titik inilah terjadi tarik-menarik antara kepentingan mengusung perfilman nasional yang produksinya tidak memadai dengan jumlah bioskop yang ada serta kepentingan
menjaga kelangsungan bisnis bioskop
dengan menjual film impor.

Pada dasarnya yang dinamakan bioskop keliling adalah peredaran film secara sederhana melalui cara yang lebih
praktis dan bersifat mobil karena dapat
berpindah dari satu tempat ke tempat lain.

Oleh karenanya, bioskop keliling mempunyai keunggulan, yaitu kemampuan menjangkau desa-desa yang tidak memiliki bioskop.

Secara teknis bioskop keliling hanya berupa perangkat keras yang terdiri
atas sebuah proyektor, layar berukuran (3
X 7 m – 4 X 8 m ), konstruksi untuk
mendirikan layar (tiang bambu, besi
knockdown), sound system (amply,
speaker, tapedeck), player, copy film,
tenda yang dikemas dalam alat transportasi yang dioperasikan oleh 1 orang supir dengan 2 orang crew operator diesel.

Dari catatan sejarah, bioskop
keliling ini sudah mulai dikenal sejak
zaman Hindia Belanda. Namun pada awal kemerdekaan bioskop keliling kurang mendapat perhatian dari kalangan perfilman nasional karena dianggap sebagai pengamen belaka.

Dalam perkembangannya, para pengusaha bioskop keliling membentuk organisasi dengan membentuk Yayasan Persatuan Bioskop Keliling Indonesia (PERBIKI) pada Februari 1978.

Organisasi ini kemudian berubah menjadi Persatuan Perusahaan Film Keliling Indonesia (PERFIKI) pada bulan Desember 1991.

Keadaan dunia perfilman di Indonesia pada awal abad XXI ini masih diwarnai oleh berbagai persoalan yang merupakan warisan abad sebelumnya.

Salah satu persoalan itu adalah menyangkut distribusi film. Masalah distribusi film di Indonesia begitu kompleks. Berbicara tentang distribusi film tentunya merujuk pada realitas bisnis yang meliputi pengadaan film impor, distribusi atau peredaran film, dan eksibisinya di bioskop yang dalam praktik bisnisnya mengacu pada konsep integrasi vertikal.

Dalam distribusi perfilman di Indonesia terdapat kekuatan tunggal yang mempunyai hak sebagai pengimpor film sekaligus koordinator film.

Kekuatan yang sama ini juga mempunyai pengaruh menentukan jadwal pemutaran film di bioskop yang cenderung mengutamakan film impor. (Hilal)

Hilal Ahmad

Gen Z Enthusiast yang suka menulis apa pun dan bertualang ke mana pun!

Tulisan Terkait

Back to top button