ZETIZENS.ID – Sosialisasi dan edukasi tentang penggunaan ubi serta mocaf dalam pembuatan donat telah dilaksanakan di Kelurahan Cimuncang, Kecamatan Serang, Kota Serang. Dari kegiatan ini, terungkap bahwa banyak warga yang belum mengetahui bahwa ubi dan mocaf bisa dijadikan bahan utama untuk olahan modern seperti donat.
Melalui acara ini, masyarakat diajarkan cara mengolah ubi menjadi adonan donat yang sederhana, lezat, dan memiliki nilai jual yang tinggi.
Semangat warga semakin meningkat setelah demonstrasi pembuatan donat berbahan ubi-mocaf dan sesi mencicipi produk tersebut. Mereka mulai menyadari bahwa bahan lokal yang sederhana ternyata bisa menawarkan peluang usaha yang menguntungkan dengan modal yang tidak besar.
Proses pembuatannya pun cukup sederhana, sehingga bisa diikuti dengan mudah oleh pemula sekalipun. Donat ubi-mocaf bisa diberi variasi dengan berbagai topping seperti cokelat, keju, atau gula halus agar lebih menarik bagi konsumen.
Lebih lanjut, hasil dari pre-test dan post-test menunjukkan adanya kemajuan pemahaman yang signifikan.
Warga yang sebelumnya tidak tahu cara mengolah ubi menjadi produk modern sekarang sudah memahami teknik dasar dalam pembuatannya dan tertarik untuk mengembangkan bisnis berbasis donat ubi-mocaf.
Ini menandakan bahwa pendidikan yang baik dapat membuka peluang ekonomi dan menambah wawasan masyarakat mengenai potensi pangan lokal.
Donat berbahan ubi dan mocaf bukan hanya sekadar langkah baru dalam kuliner, tetapi juga sebagai sarana untuk pemberdayaan. Dengan biaya bahan baku yang terjangkau dan ketersediaan yang banyak, usaha donat ini bisa menjadi pilihan bisnis rumahan yang menarik.
Dalam jangka panjang, inovasi ini dapat membantu masyarakat untuk mengurangi ketergantungan pada bahan impor serta mendukung pertumbuhan UMKM lokal.
Melalui pelatihan dan pengenalan yang terus menerus, diharapkan semakin banyak warga yang mampu mengolah ubi dan mocaf menjadi produk dengan nilai ekonomi tinggi. Donat ubi-mocaf bisa menjadi peluang usaha baru yang tidak hanya meningkatkan kesejahteraan keluarga, tetapi juga memperkuat identitas pangan lokal Indonesia. (*)
Ditulis oleh Siti Nurlela, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
