Penguatan Nilai Tukar Rupiah: Faktor, Dampak, dan Prospek
ZETIZENS.ID – Pada Rabu, 25 September 2024, nilai tukar Rupiah mengalami penguatan yang signifikan terhadap Dolar AS. Nilai Rupiah menguat sekitar 80 poin, atau sekitar 0,53%, dan tercatat berada pada level Rp15.107 per dolar AS.
Pergerakan ini mencerminkan kinerja rupiah yang positif di tengah kondisi pasar global yang masih berubah-ubah. Ada beberapa faktor baik dari sisi domestik maupun global yang berkontribusi pada penguatan ini.
Faktor Utama Penguatan Rupiah
1. Kebijakan Moneter Bank Indonesia dan The Fed
Salah satu faktor yang mendorong penguatan rupiah adalah kebijakan yang diambil oleh Bank Indonesia (BI) dalam mengelola suku bunga acuan. BI menjaga suku bunga tetap stabil untuk mempertahankan inflasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Di sisi lain, kebijakan Federal Reserve AS (The Fed) yang melonggarkan suku bunga juga memberikan pengaruh besar.
Penurunan suku bunga di AS membuat investor asing mencari pasar yang lebih menguntungkan, seperti Indonesia, sehingga arus modal asing meningkat dan mendukung penguatan Rupiah.
2. Pemulihan Ekonomi Domestik
Faktor domestik juga sangat mempengaruhi pergerakan rupiah. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan mencapai 5,06% pada kuartal ketiga 2024, yang menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang kuat.
Surplus dalam neraca perdagangan, terutama karena ekspor komoditas seperti batu bara dan minyak sawit mentah (CPO), memberikan kontribusi besar terhadap penguatan Rupiah.
Peningkatan harga komoditas global juga memperkuat posisi ekonomi Indonesia, mendorong nilai tukar menjadi lebih stabil.
3. Aliran Modal Asing yang Meningkat
Investasi asing, khususnya dalam obligasi pemerintah Indonesia, juga memainkan peran besar. Stabilitas ekonomi yang terlihat serta imbal hasil yang kompetitif menjadikan obligasi Indonesia menarik bagi investor global.
Minat terhadap Surat Utang Negara (SUN) meningkat, seiring dengan keyakinan terhadap stabilitas ekonomi yang lebih terjaga, terutama ketika pasar global masih bergejolak.
Dampak Penguatan Rupiah
1. Pengaruh pada Biaya Impor dan Inflasi
Penguatan Rupiah berimplikasi pada penurunan biaya impor, terutama untuk barang-barang modal dan bahan baku. Ini akan mengurangi tekanan inflasi yang dapat disebabkan oleh kenaikan harga impor, menjaga stabilitas harga dan daya beli masyarakat. Stabilitas harga ini penting bagi sektor manufaktur dan industri yang bergantung pada impor.
2. Dampak Terhadap Ekspor
Meskipun penguatan nilai tukar bisa mengurangi daya saing produk ekspor karena harga produk menjadi relatif lebih tinggi bagi konsumen luar negeri, stabilitas nilai tukar juga memberikan kepercayaan lebih besar bagi investor asing. Hal ini mendukung strategi pemerintah dalam menjaga keseimbangan antara ekspor dan impor.
3. Kepercayaan Pasar
Penguatan Rupiah juga meningkatkan kepercayaan pasar terhadap perekonomian Indonesia. Nilai tukar yang stabil menjadi sinyal positif bagi pelaku usaha dan investor untuk mempertahankan atau menambah investasi di Indonesia. Kepercayaan ini penting dalam menjaga momentum pertumbuhan ekonomi, terutama ketika negara masih berupaya pulih dari dampak pandemi global.
Prospek dan Tantangan ke Depan
Meskipun penguatan rupiah pada 25 September 2024 membawa kabar baik bagi ekonomi Indonesia, tantangan di masa depan tetap harus diperhatikan.
Salah satunya adalah kemungkinan perubahan kebijakan moneter di Amerika Serikat, di mana The Fed bisa kembali menaikkan suku bunga untuk mengatasi inflasi.
Jika ini terjadi, ada risiko terjadinya arus modal keluar dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, yang dapat melemahkan rupiah.
Secara domestik, pemerintah dan Bank Indonesia juga harus waspada terhadap potensi inflasi yang disebabkan oleh faktor eksternal, seperti kenaikan harga komoditas atau gangguan rantai pasok global.
Kebijakan fiskal dan moneter yang tepat serta reformasi ekonomi berkelanjutan akan menjadi kunci untuk menjaga stabilitas rupiah ke depannya. (Fithro)