Finance

Awali Tahun 2025, Sektor Jasa Keuangandi Wilayah Dki Jakarta dan Banten Terjaga Stabil

ZETIZENS.ID – Kantor Otoritas Jasa Keuangan Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi (OJK Jabodebek) mencatat kinerja Industri Jasa Keuangan (IJK) wilayah DKI Jakarta dan Banten sampai dengan Januari 2025 terjaga stabil.

Kondisi sektor jasa keuangan DKI Jakarta dan Banten yang stabil dan resilien tercermin dari pertumbuhan sektor jasa keuangan, didukung dengan pengelolaan risiko dan likuiditas yang baik, termasuk peningkatan ekonomi dan keuangan daerah, serta masifnya pelaksanaan edukasi dan pelindungan konsumen.

Perkembangan Perbankan Regional

Per Januari 2025, kinerja Perbankan di wilayah DKI Jakarta mengalami pertumbuhan cukup baik, tercermin dari peningkatan fungsi intermediasi Perbankan.

Pada Bank Umum, total penyaluran kredit/pembiayaan tumbuh sebesar 12,28 persen (yoy) menjadi Rp3.933,48 triliun, dan dengan kualitas kredit bermasalah (NPL Net) yang masih terjaga di level 1,75 persen.

Penyaluran kredit berdasarkan jenis penggunaan didominasi oleh porsi Kredit Modal Kerja sebesar 48,85 persen, terbanyak pada sektor Industri Pengolahan dengan market 1share sebesar 19,04 persen.

Dari sisi penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum juga terjadi peningkatan 4,85 persen (yoy) menjadi Rp4.673,67 triliun dengan dominasi porsi dana Deposito sebesar 42,79 persen.Sementara pada BPR dan BPRS di wilayah DKI Jakarta, total penyaluran kredit/pembiayaan tumbuh sebesar 10,09 persen (yoy) menjadi Rp6,28 triliun, dengan total penghimpunan DPK BPR/BPRS meningkat 5,10 persen (yoy) menjadi sebesar Rp4,89 triliun.

Kinerja Perbankan di wilayah Banten turut mengalami peningkatan fungsi intermediasi, tercermin pada total penyaluran kredit/pembiayaan Bank Umum yang tumbuh sebesar 5,08 persen (yoy) menjadi Rp210,33 triliun, dengan kualitas kredit bermasalah (NPL Net) yang masih terjaga di level 2,66 persen. Penyaluran kredit berdasarkan jenis penggunaan didominasi oleh porsi Kredit Konsumsi sebesar 52,35 persen, terbanyak pada sektor ekonomi untuk pemilikan rumah tinggal dengan market share sebesar 31,60 persen.

Dari sisi penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum juga terjadi peningkatan 4,85 persen (yoy) menjadi Rp4.673,67 triliun dengan dominasi porsi dana Deposito sebesar 42,79 persen.

Sementara pada BPR dan BPRS di wilayah Banten, total penyaluran kredit/pembiayaan terkoreksi -8,28 persen (yoy) menjadi sebesar Rp5,86 triliun, sedangkan dari sisi penghimpunan DPK terjadi peningkatan signifikan sebesar 35,15 persen (yoy) menjadi Rp7,44 triliun dengan dominasi porsi dana Deposito sebesar 42,79 persen.

Perkembangan Pasar Modal RegionalPer Januari 2025, tercatat sebanyak 2.971.588 investor di wilayah DKI Jakarta meningkat signifikan sebesar 94,81 persen (yoy), terbanyak di wilayah Jakarta Pusat dengan porsi 50,66 persen.

Sedangkan di wilayah Banten, jumlah investor tercatat sebanyak 809.959 investor, tumbuh 9,04 persen (yoy), terbanyak di wilayah Tangerang Kota dengan porsi 29,92 persen.

Seiring dengan kinerja pasar saham nasional, rata-rata nilai transaksi saham di wilayah DKI Jakarta dan Banten juga terpantau cukup stabil.

Pada posisi Januari 2025, di DKI Jakarta tercatat total nilai transaksi saham mencapai Rp153,18 miliar yang mayoritas ditransaksikan oleh masyarakat Jakarta Selatan dengan market share.sebesar 40,87 persen, sedangkan di Banten tercatat total nilai transaksi saham mencapai Rp18,07 miliar yang mayoritas ditransaksikan oleh masyarakat Tangerang Kota dengan market share sebesar 58,36 persen.

Perkembangan Sektor IKNBPerkembangan Sektor Industri Keuangan Non-Bank (IKNB)Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) di DKI Jakarta dan Banten terus menunjukkan kinerja positif, baik di sektor perusahaan pembiayaan maupun fintech lending.

Pada perusahaan pembiayaan, piutang pembiayaan di DKI Jakarta tumbuh 3,20 persen yoy, meningkat dari Rp90,81 triliun pada Januari 2024 menjadi Rp93,72 triliun pada Januari 2025.

Kualitas pembiayaan tetap terjaga dengan rasio non-performing financing (NPF) sebesar 3,73 persen, masih di bawah ambang batas 5 persen. Sementara di Banten, pertumbuhan piutang pembiayaan lebih tinggi, mencapai 11,32 persen yoy, dari Rp31,50 triliun menjadi Rp35,06 triliun, dengan NPF sebesar 3,61 persen.Di sektor fintech lending, DKI Jakarta mencatat pertumbuhan outstanding pinjaman sebesar 11,50 persen yoy pada Desember 2025, dengan tingkat keberhasilan pengembalian pinjaman (TWP 90) sebesar 2,96 persen.

Pertumbuhan di Banten lebih tinggi, mencapai 17,20 persen yoy, dengan TWP 90 sebesar 2,11 persen. Jumlah penerima pinjaman aktif di DKI Jakarta juga meningkat 2,70 persen yoy menjadi 2,54 juta entitas.

Sementara di Banten, pertumbuhan lebih tinggi sebesar 9,94 persen, dari 1,41 juta menjadi 1,55 juta rekening aktif. 3Perkembangan Buy Now Pay LaterProduk kredit Buy Now Pay Later (BNPL) terus mencatat pertumbuhan signifikan hingga akhir Januari 2025 di DKI Jakarta dan Banten, baik di sektor perbankan maupun non-bank.

Di sektor perbankan, jumlah debitur BNPL di DKI Jakarta mencapai 2,45 juta entitas, tumbuh 31,46 persen yoy, sementara di Banten meningkat 46,93 persen yoy menjadi 1,55 juta entitas.

Dari sektor non-bank, jumlah debitur di Jakarta mencapai 1,41 juta entitas (naik 25,35 persen yoy), sedangkan di Banten bertambah 38,59 persen yoy menjadi 1,07 juta entitas.

Dari sisi baki debet, BNPL perbankan di Jakarta tumbuh 32,40 persen yoy menjadi Rp3,32 triliun, sementara di sektor non-bank meningkat 33,95 persen yoy menjadi Rp1,12 triliun.

Di Banten, baki debet BNPL dari perbankan melonjak 47,42 persen yoy menjadi Rp1,80 triliun, dan dari sektor non-bank naik 38,16 persen yoy menjadi Rp0,59 triliun.

Meskipun pertumbuhan BNPL mencerminkan potensi besar, risiko kredit yang diukur melalui Non-Performing Financing (NPF) mengalami kenaikan. Di DKI Jakarta, NPF BNPL perbankan mencapai 2,60 persen, sementara di Banten tercatat 2,35 persen di mana nilai tersebut lebih tinggi dari rata-rata nasional sebesar 2,35 persen.

Pada sektor non-bank, NPF BPL mencapai 3,28 persen, sementara di Banten mencapai 3,20 persen, keduanya lebih rendah dari rata-rata nasional sebesar 3,55 persen.

Perkembangan Edukasi dan Pelindungan Konsumen

Berdasarkan data Aplikasi Portal Pelindungan Konsumen (APPK) per 28 Februari 2025, tercatat 1.316 pengaduan dari masyarakat di wilayah Jabodebek dan Banten, dengan rincian 925 pengaduan di wilayah DKI Jakarta dan 391 pengaduan di wilayah Banten.

Di wilayah DKI Jakarta, pengaduan didominasi permasalahan di sektor Industri Keuangan Non Bank sebesar 64,97 persen, mayoritas terhadap industri Fintech Peer to Peer Lending dengan aduan mencapai 44,76 persen, dan dengan mayoritas pokok permasalahan karena Perilaku Petugas Penagihan sebesar 57,73 persen.

Sama halnya dengan wilayah DKI Jakarta, di wilayah Banten pengaduan juga didominasi permasalahan di sektor Industri Keuangan Non Bank sebesar 68,54 persen, mayoritas terhadap industri Fintech Peer to Peer Lending dengan aduan mencapai 50,64 persen, dan dengan mayoritas pokok permasalahan karena Perilaku Petugas Penagihan sebesar 53,71 persen.

Atas pengaduan tersebut, OJK terus mendorong penyelesaian pengaduan, baik yang berindikasi sengketa maupun yang tergolong indikasi pelanggaran, dengan tingkat penyelesaian mencapai 66,57 persen, termasuk 1,83 persen penyelesaian melalui Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa (LAPS).Untuk meningkatkan literasi keuangan, OJK Jabodebek dan Banten secara masifmengadakan edukasi keuangan bersama pemangku kepentingan.

Tercatat sejak tahun 2024 hingga Februari 2024, telah dilaksanakan 76 kegiatan edukasi di DKI Jakarta dan Banten, yang melibatkan mahasiswa, pelaku usaha, dan masyarakat umum. (Hilal)

Hilal Ahmad

Gen Z Enthusiast yang suka menulis apa pun dan bertualang ke mana pun!

Tulisan Terkait

Back to top button