ZETIZENS.ID – Buat kamu yang nyimak debat cawapres beberapa waktu lalu, pasti ngeh kalau greenflation mencuat jadi pembahasan dan viral di media sosial.
Nah, akun X Neo Historia Indonesia membuat utas berjudul Greenflation. Sebuah tantangan dalam transisi energi. Simak yuk.
“Inflasi Hijau atau yang populer dengan sebutan Greenflation adalah kenaikan harga pelbagai bahan baku dan komoditas sebagai hasil dari transisi keberlanjuta,” demikian utas ini dibuka.
Fenomena ini muncul seiring dengan rencana pemulihan pasca pandemi Covid-19 yang semakin parah akibat pecahnya perang di Ukraina yang mengganggu rantai pasokan, terutama untuk komoditas nikel dan logam lainnya yang digunakan dalam membangun turbin angin.
Peningkatan pengeluaran pada teknologi bebas karbon menyebabkan kenaikan harga bahan-bahan strategis untuk infrastruktur penunjang transisi energi.
Sementara itu, aturan lingkungan yang semakin ketat membatasi investasi dalam proyek pertambangan yamg dianggap mencemari lingkungan mengakibatkan berkurangnya pasokan bahan baku, yang akhirnya memicu kenaikan harga.
Transisi energi keberlanjutan menjadi sebuah proyek yang mahal seiring dengan kesulitan dalam implementasinya.
Contohnya adalah pajak karbon yang masuk akal dari segi lingkungan, tapi menyebabkan kenaikan harga bahan bakar. Hal ini memicu pecahnya demonstrasi Jaket Kuning di Prancis pada tahun 2018.
Selain itu, harga lithium, yang digunakan untuk membuat baterai mobil listrik, meningkat 400% pada tahun 2021. Kenaikan ini diperkirakan akan terus berlanjut, seiring dengan perkiraan permintaan lithium melonjak 40 kali lipat pada tahun 2040.
Hal yang sama terjadi pada aluminium, yang digunakan dalam proses pembuatan panel surya dan turbin angin. Harganya melonjak dua kali lipat antara 2021 dan 2022, mencapai rekor tertinggi.
Kenaikan ini juga diperkirakan akan berlangsung, karena Tiongkok sebagai negara yang kaya akan aluminium, memutuskan untuk membatasi produksi aluminium guna mencapai netralitas karbon.
“Terbitnya inflasi hijau telah memunculkan dilema yang cukup serius antara ekonomi dan tanggung jawab pada lingkungan,” tutup akun ini.
Nah jadi makin paham kan Zet? (Hilal)
