
ZETIZENS.ID – Tahukah kamu, Gen Z sering merasa tua di usia 22 tahun, sementara Milenial masih merasa muda di usia 35 tahun?
Ini terjadi karena perbedaan tekanan hidup dan cara pandang. Gen Z merasa terbebani oleh ekspektasi media sosial, hustle culture, dan tekanan ekonomi yang membuat mereka cepat merasa lelah mental, sementara Milenial lebih santai, fokus pada healing, dan merasa dewasa karena telah melalui masa transisi digital yang berbeda.
3 Alasan Gen Z merasa tua
1. Tekanan media sosial dan ekspektasi tinggi: Gen Z merasa harus cepat sukses dan merasa tertinggal jika belum mencapainya di usia muda.
2. Burnout dini: Beban mental akibat tekanan dari media sosial, ekonomi, dan ekspektasi sosial membuat mereka rentan mengalami burnout.
3. Perasaan terbebani: Dibebani standar dewasa yang berat sejak dini, menyebabkan mereka merasa jauh lebih dewasa secara mental daripada usianya.
3. Alasan Milenial merasa muda
1. Pandangan yang lebih realistis: Milenial cenderung lebih santai dalam menjalani hidup dan memahami bahwa sukses bisa datang kapan saja.
2. Fokus pada self-care: Dengan kondisi yang lebih stabil, banyak Milenial fokus pada diri sendiri, seperti kesehatan, healing, dan inner child, yang membuat mereka merasa “muda di hati”.
3. Menunda kedewasaan konvensional: Banyak Milenial yang menunda pernikahan atau kepemilikan rumah karena keadaan ekonomi, sehingga merasa belum sepenuhnya dewasa dan masih dalam fase pencarian jati diri.
Hasil Studi
Laman RRI mengulas, sebuah studi dari Ahquote mengungkapkan bahwa banyak Gen Z sudah merasa ‘tua’ di usia 22 tahun, sementara generasi Milenial justru masih merasa muda di usia 35 tahun.
Fenomena ini menyoroti perbedaan cara pandang terhadap usia dan pencapaian hidup.
Bagi Gen Z, tekanan hidup yang datang dari media sosial, standar pencapaian yang tinggi, serta hustle culture membuat mereka cepat merasa lelah dan kehabisan motivasi.
Banyak dari mereka merasa gagal ketika belum bisa memiliki pencapaian besar di usia muda.
Sementara itu, Milenial cenderung lebih santai dalam menjalani hidup dan memahami bahwa sukses bisa datang kapan saja. Mereka telah melalui masa transisi digital dan memiliki pandangan lebih realistis terhadap hidup.
Kesenjangan persepsi ini menjadi catatan penting dalam memahami kesehatan mental lintas generasi. Dibutuhkan lebih banyak ruang untuk diskusi, refleksi, dan redefinisi tentang “usia ideal untuk sukses.”
Buat para Gen Z, gausah terbebani oleh ekspektasi ya. Enjoy aja. Dan nikmati hidup. (Zee)







