UKM Formasi UIN SMHB Ikut Soroti Masalah Infrastruktur

ZETIZENS.ID – Masalah infrastruktur masih menjadi persoalan yang belum bisa diselesaikan di Provinsi Banten. Atas hal itu, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Federasi Olahraga Mahasiswa (FORMASI) Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin (SMH) Banten ikut menyoroti masalah tersebut.
Salah satu alasan UKM Formasi ikut menyoroti hal tersebut ialah muncul dari keresahan anggota yang berasal dari Kampung Bantarkidang, Desa Gunung Gede, Kecamatan Panggarangan, Kabupaten Lebak.
Syafitri menceritakan kondisi infrastruktur di daerahnya yang rusak parah sudah hampir puluhan tahun. Menurutnya, kondisi jalan yang berlumpur mengganggu aktivitas warga hingga menimbulkan korban.
Syafitri menyatakan hal itu diperparah dengan abainya pemerintah yang sampai saat ini belum melakukan pembangunan.
Untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan, warga bahkan sempat melakukan swadaya pembangunan jalan.
Warga setempat bernama Roni juga ikut berkomentar terkait masalah tersebut. Roni menyatakan untuk mendukung mobilitas, warga sempat iuran untuk melakukan perbaikan.
“Setiap tahun masyarakat secara swadaya melakukan gotong royong untuk memperbaiki jalan dan jembatan agar tetap bisa digunakan. Namun, upaya ini sepenuhnya bergantung pada iuran masyarakat, kas kampung, serta hasil jualan barang dagangan di kota,” katanya.
“Hingga saat ini, tidak ada dana yang diberikan oleh kepala desa setempat ataupun dari pemerintah kabupaten Lebak untuk mendukung perbaikan infrastruktur tersebut,” tambahnya.
Roni mengatakan jalan tersebut merupakan akses utama menuju kantor kecamatan. Sehingga katanya, tidak ada pilhan lain bagi warga untuk menggunakan jalan tersebut.
Akses jalan yang rusak parah menimbulkan melambatnya laju kendaraan dengan kecepatan 5-20 KM/jam.
Salah seorang warga Unes mengatakan dirinya sangat terganggu dengan kondisi seperti ini, apabila akses jalan bagus yang seharusnya menuju pasar kecamatan 40 menit karena jalan rusak parah bisa memakan waktu 2 jam 50 menit.
Akses jalan menjadi tantangan besar, terutama bagi mereka yang membutuhkan layanan kesehatan pada saat melahirkan ataupun sakit parah.
“Satu-satunya fasilitas kesehatan terdekat berada di desa gunung gede, yang membutuhkan waktu kurang lebih hingga 2 jam 30 menit perjalanan jika ditempuh melalui jalan kaki, sebab kendaraan roda 4 tidak bisa melintas dijalan tersebut,” tambah Unes.
Selain menghambat kegiatan menjadi lebih lama menempuh perjalanan, kerusakan jalan juga menimbulkan kerugian karena kendaraan menjadi rusak.
Seringkali ditemui kendaran roda 4 (empat) mengalami patah as roda karena melindas lubang. Begitu pula kendaraan roda 2 (dua) banyak yang mengalami keluhan kerusakan roda karena melintas jalan berlubang.
Dalam berbagai kesempatan, warga sudah menyampaikan keluhan ini dalam rapat desa. Namun hingga kini belum ada solusi konkret. Permasalahan ini juga berdampak pada akses pendidikan, di mana anak-anak hanya bisa mengenyam pendidikan hingga sekolah dasar (SD) di kampung.
“Untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama/Sederajat (SMP) atau Sekolah Menengah Atas/Sederajat (SMA) mereka harus menempuh perjalanan sekitar puluhan kilometer. Saat musim hujan, banjir menimbulkan perjalanan menjadi lebih berbahaya, bahkan ada anak-anak yang sampai rumah saat malam hari atau terpaksa tidak berangkat sekolah karena sulit menyebrangi jembatan,” lanjut Roni selaku RT Kp. Bantarkidang.
Saat ini, kampung Bantarkidang dihuni oleh 120 kartu keluarga (KK), sedangkan 40 kartu keluarga (KK) lainnya berada di kota.
Hingga saat ini, belum pernah ada pemerintah kabupaten lebak bahkan pemerintah provinsi banten yang datang untuk melakukan perbaikan infrastruktur atau kegiatan sosial di kampung tersebut.
Selain itu, kondisi geografis yang rawan longsor semakin memperburuk situasi. Bantuan dari pemerintah desa sangat minim, meskipun bantuan dari kecamatan seperti sembako masih rutin diberikan.
Di sisi lain, kampung tersebut sebenarnya memiliki sarana olahraga. Namun, fasilitas keolahragaan jarang digunakan, karena mayoritas pemuda lebih memilih merantau ke kota. Sarana olahraga hanya difungsikan saat ada hajatan atau 17 agustusan.
Masyarakat berharap ada perhatian lebih dari pemerintah desa dan pihak terkait untuk memperbaiki infrastruktur serta meingkatkan akses terhadap layanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan.
Gotong royong masyarakat selama ini menunjukkan semangat kebersamaan yang kuat, namun dukungan yang lebih nyata dari pemerintah sangat diperlukan agar kehidupan masyarakat kampung Bantarkidang bisa lebih baik ke depannya.
Kendati demikian UKM FORMASI UIN SMH Banten meminta kepada pihak Pemerintah Desa Gunung Gede, Pemerintah kabupaten lebak, dan Pemerintah Provinsi Banten agar segera datang ketempat tersebut untuk melihat kondisi disana, serta segera memperbaiki akses poros jalan desa yang berdampak pada semua sektor. (*)
Diitulis oleh tim UKM Formasi UIN SMHB