Edu
Influencer, Profesi Masa Kini dan Nanti Dipercaya Masyarakat Online Indonesia
para influencer sukses memengaruhi 94 persen masyarakat digital kita dalam hal berperilaku dan membelanjakan uangnya.
ZETIZENS.ID – Bisa dibilang, gerak masyarakat Indonesia dalam hal berperilaku dan membelanjalan uang mereka saat ini telah lebih banyak dipengaruhi oleh para pemengaruh (influencer) yang kerap mengisi halaman demi halaman di media sosial kita.
Sebuah riset yang dilakukan Vero dan YouGov menyebutkan, 94 persen masyarakat Indonesia_dalam populasi digital_ mengakui bahwa para influencer telah sukses memengaruhi perilaku serta keputusan pembelian mereka.
Artinya influencer punya kuasa pada kita sehingga hampir membuat masyarakat kita seragam dalam hal memutuskan kemana uang akan dibelanjakan?
Chatrine Siswoyo, Senior Advisor Asean VERO menyatakan hal ini terjadi lantaran ada komunikasi lewat konten yang aktif antara influencer dan pengikutnya sehingga rasa kepercayaan itu terbangun cukup erat.
“Influencer menjadi efektif menjadi pemengaruh suatu brand misalnya karena masyarakat kita ini sudah menghabiskan banyak waktu mereka untuk scroll berjam-jam di media sosial. Tidak heran, komunikasi ini menjadi salah satu yqng bisa dijadikan kanal bisnis bagi industri periklanan. Influencer marketing memiliki efektivitas tinggi karena bisa dengan mudah menyampaikan suatu pesan atau campaigne ke followers-nya,” ulas Chatrine dalam pemaparan hasil studi berjudul “The Impact of Influencers on Indonesian Consumer” pada Senin (20/5/2024) di Greyhound Menteng, Jakarta.
Mengandalkan sekitar 2000 responden dari latar belakang dan demografis yang berbeda, riset ini juga menyebutkan bahwa masyarakat digital punya kedekatan (touch point) soal menyerap konten-konten yang mereka inginkan seperti diantaranya bersifat informatif, inspiratif atau juga ada unsur hiburan.
Masyarakat kita juga disebutkan dalam studi sudah lebih pintar sehingga mereka tidak mau atau mudah untuk mengkonsumsi konten influencer yang menyisipkan jualannya secara hard selling.
Pakar Prilaku Konsumen dari IPB, Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan membenarkan alasan mengapa tingkat kepercayaan masyarakat kita begitu tinggi dan konsisten di angka 94 persen pada influencer mereka.
“Para influencer ini punya faktor touch point yang akan membangun hubungan kepercayaan ke konsumennya. Dari sana ada derivasi konsumen, dimana pengaruh itu turun ke lingkungan sosial, teman dan anggota keluarga lainnya.
Influencer juga memiliki justifikasi, role yang dapat memenuhi niche market, kadang dari sana ada keterlibatan sosial dan informasi, inspirasi dan hiburan yang dibutuhkan kita, makanya perilaku itu mudah diikuti,” bebernya di acara yang sama.
Menurut prof. Ujang, temuan studi ini telah menunjukkan bahwa pola perilaku konsumsi di masyarakat Indonesia mengalami pergeseran. Para influencer sangat relevan dengan nilai-nilai kebersamaan dan sosial dalam budaya Indonesia, di mana kepercayaan dan rekomendasi dari mulut ke mulut memiliki peran yang signifikan.
“Mereka tidak hanya membentuk dan memimpin komunitas baru, namun juga dapat memberikan referensi melalui konten yang menghibur dan sarat informasi berharga, yang pada akhirnya akan memengaruhi pilihan dan keputusan pembelian konsumen,” sebutnya lagi.
Edward Hutasoit, General Manager at YouGov Indonesia, menekankan bahwa efektivitas influencer berkaitan erat dengan nilai-nilai budaya Indonesia tentang kebersamaan dan kepercayaan.
“Penelitian ini menyimpulkan bahwa para kreator konten digital dapat berperan sebagai pembimbing yang memberikan saran sesuai dengan keahlian individu mereka. Bagi mereka, bermitra dengan influencer tidak hanya menjadi taktik pemasaran, namun juga terhubung dengan audiens secara autentik dan menciptakan dampak yang signifikan melalui kepercayaan mereka terhadap influencer,” jelas Edward.
Agung Karmalogy, influencer parodi yang juga seorang META Ambassador mengakui bahwa dalam membuat konten-konten yang dipercaya niche market-nya, ia perlu konsistensi dan persiapan khusus serta melibatkan para pengikutnya.
“Aku itu membagi 3 kategori influencer; public figur/personality, content creator, dan yang terakhir tipe hybrid. Nah, aku pursuing ke tipe ketiga sehingga aku yang sekarang itu sudah bisa mendapatkan deal dengan 30 brand tiap bulannya,” Aku Agung yang kerap membawa mainan bebek kuning di kepalanya.
Bukan tanpa sebab, kepercayaan brand dan masyarakat begitu tinggi kepada konten-konten Agung. Selama menyiapkan kontennya, ia betul-betul menjaga algoritma pengikutnya.
“Sebelum menjadi influencer seperti sekarang, aku ad pengalaman 5 tahun sebagai creative director untuk creative campaigne di perusahaan lama aku, jadi udah terbiasa kalo membuat konten itu aku pikirin 360 concept-nya, nggak cuma bikin konten asal tapi created apa yang dibutuhkan bisnis dan audiens-ku,” bebernya.
Tidak heran, secara algoritma Agung Karmalogy mengaku hampir masuk di semua kategori (niche) yang ada dalam bisnis ini.
Agung juga mengungkap rahasia lainnya dalam membuat konten dan merawat followers-nya yang dibilang menargetkan female audiens, atau yang kebunda-bundaan.
“Aku belajar dari Nas Daily untuk ngetreat platform aku sebagai komunitas, followers aku itu bukan cuma sebagai pengikut tapi bagian dari komunitas, di mana level aku dan mereka adalah kita sama. Misi aku bukan membangun bunda-bunda yang ikutin konten aku sebagai followers tapi komunitas,” jelasnya lagi.
“Caranya aku, biasanya aku responsif sama mereka. Mereka ada yang dm, kita balasin, mereka punya unek-unek kita bareng-bareng dan semua interaksi itu diakumulasi akhirnya jadi konten-konten aku,” tipsnya.
Nggak hanya sampai disitu, Agung Karmalogy juga menyebutkan preferensi konten yang selama ini disukai komunitasnya antara lain adalah konten hiburan yang isinya dekat dengan bunda-bunda sekalian.
“Indonesia suka raw entertainment yang benar-benar nyata. Makanya aku mendengarkan mereka dan membuat konten yang punya feeling related sama mereka,” bocornya lagi.
Agung Karmalogy berpesan, menjalani profesi sebagai influencer harus jujur dan memiliki karakter terlebih bagi nano influencer alias pemengaruh pemula.
“Untuk yng baru-baru, saranku kalian fight for your niche, temukan karakter kamu sendiri, dan audiens nanti brand bakal nyamperin kok,” katanya. (*)