Edu

SMA Negeri 7 Kota Serang Hidupkan Literasi Lewat Talk Show dan Bedah Buku

ZETIZENS.ID — Suasana berbeda terasa di ruang Pustaka Cakrawala 7 SMA Negeri 7 Kota Serang pada Rabu, 19 November 2025. Rak buku digeser, lantai dilapisi karpet, dan sekitar 70 siswa duduk lesehan mengikuti acara Talk Show dan Bedah Buku bertema “Literasi untuk Generasi Emas.”

Dua penulis dihadirkan dalam kegiatan ini: Setiawan Chogah, penulis novel Pohon-pohon yang Ditanam setelah Luka, dan Pujiyanti, penulis Maaf Tuhan Aku Sempat Patah Hati.

Acara berlangsung dari pukul 09.00 hingga 12.00, dibuka oleh Kepala Perpustakaan dan diisi dengan penampilan musik serta pembacaan puisi oleh siswa. Suasananya akrab dan santai—membuat literasi terasa hidup dan dekat dengan keseharian.

Literasi Bukan Sekadar Membaca

“Melihat semangat para siswa luar biasa, mereka bukan hanya mendengar tapi juga aktif bertanya,” ujar Mursi, S.Sos, Pelaksana Perpustakaan SMAN 7 Kota Serang.

Menurutnya, kegiatan ini bertujuan menumbuhkan budaya membaca, menulis, dan berdiskusi di kalangan pelajar.

“Harapannya, budaya literasi terus hidup di sekolah ini dan menjadi kebiasaan positif yang menular,” ujarnya.

Ketika Buku Jadi Ruang Pemulihan

Dalam sesi pertama, Pujiyanti mengajak siswa berbicara tentang proses kreatif dan pesan di balik bukunya. Ia menuturkan bahwa patah hati bukan tanda kelemahan, tetapi titik awal untuk berdamai dengan diri sendiri.

“Perasaan rapuh bukan kekalahan. Itu tanda kita sedang belajar jujur terhadap diri,” katanya.

Sesi kedua bersama Setiawan Chogah berlangsung interaktif. Siswa bertanya tentang cara memulai menulis, menerbitkan karya, hingga mengatasi rasa ragu.

“Jangan buru-buru sembuh. Luka juga bagian dari proses tumbuh,” ucap Setiawan. “Menulis itu seperti doa yang bisa dibaca ulang.”

Perpustakaan Jadi Ruang Hidup

Kepala Perpustakaan, Ratu Sri Yuliani, S.Pd, mengapresiasi antusias siswa dan berterima kasih atas dukungan para narasumber.

“Tujuan kami sederhana: menumbuhkan minat baca dan menulis di kalangan siswa. Literasi adalah kunci agar mereka tumbuh kritis dan kreatif,” ujarnya.

Menjelang akhir acara, beberapa siswa mendekat membawa catatan dan ide cerita mereka. Ada yang malu-malu mengaku ingin menulis, tapi masih ragu. Di situlah semangat acara ini menemukan maknanya — menulis bukan soal siapa yang paling hebat, tapi siapa yang berani jujur pada dirinya sendiri.

Budaya Literasi yang Menginspirasi

Melalui kegiatan Talk Show dan Bedah Buku ini, Pustaka Cakrawala 7 tak hanya menjadi tempat membaca, tapi juga ruang tumbuh bagi para calon penulis muda.

“Jika budaya literasi perlu dijaga, maka pagi itu bisa dicatat sebagai hari ketika perpustakaan menjadi ruang hidup bagi ide, kata, dan keberanian,” tutur Setiawan. (Zee)

Tulisan Terkait

Back to top button
zetizens.id