Abadi Dalam Karyaku

ZETIZENS.ID – “Hello Dean,” sapa seorang perempuan dengan rambut hitam tergerai indah. Segelintir angin menyapu helai rambut perempuan tersebut.
Mengakibatkan sebagian wajahnya tertutupi. Akan tetapi, tak bisa menutupi senyum manis yang tertarik di sudut bibirnya.
Namun, sang empu nama tak merespon sedikit pun. Justru hanya menyenderkan badan ke dinding seraya menatap tajam pada netra cokelat hangat itu, serta kedua tangan terlipat di depan dada.
“Sudah lama kita tidak berjumpa, bukan? Aku lihat, wajahmu selalu memancarkan ketampanan yang berkali-kali lipat. Bolehkah aku menjadi pacarmu?” seloroh Lunara seraya memiringkan kepala. Melebarkan senyum saat kembali tak ada respons dari sang empu.
“Sepertinya kau sedang mengalami stomatitis. Aku punya rekomendasi obat. Kau ingin mengonsumsi-nya?” tanya Lunara kembali. Memecahkan keheningan di dalam ruang kelas yang sudah tidak ada penghuni.
“Luna—”
“Kau memanggil namaku dengan benar kali ini!” seru perempuan bersurai hitam legam seraya melebarkan kelopak mata. Berbinar senang saat mendengar suara sang pujaan hati.
Sudah sejak menjadi anggota OSIS Lunara berharap Dean dapat melihat dirinya. Meskipun ia sering menarik perhatian sang pujaan hati, tetapi
… tetap saja itu tidak berhasil.
Hanya hari ini ia mempunyai kesempatan terakhir untuk menarik perhatian sang pujaan hati. Menjadikan dia sebagai kekasih terakhir bagi dirinya.
Lunara tidak ingin kehilangan sesuatu yang sangat ia cintai. Walaupun itu badai yang sedang menghantam mereka berdua dengan kuat. Hingga hampir meruntuh tembok yang sudah di bangun selama bertahun-tahun ini.
“Gue gak akan pernah suka sama lo. Karena bagi gue, lo itu hanya sebatas anggota gue. Jadi, gue harap lo mundur. Sebelum lo semakin jatuh ke dalam jurang yang terlalu dalam. Gue gak bisa lo sukai,” ucap Dean dengan sarkas. Sebelum berlalu pergi. Meninggalkan Lunara yang terdiam kaku akibat mendengar ucapan spontan dari Dean, kekasih pujaannya.
“Dean!” teriak Lunara dengan keras. Berhasil menghentikan langkah Dean yang kini menoleh ke arah perempuan yang berdiri di belakangnya.
“Kau kupastikan akan abadi dalam karyaku!”
Lunara menutup buku novel yang sudah diterbitkan sejak beberapa bulan yang lalu.
Jari jemari gadis itu menghapus air mata yang mengalir begitu saja di kedua pelupuk. Tulisan tersebut mengingatkannya pada lelaki di sekolah SMA-nya sebelum ia pindah sekolah.
“Aku kangen, Dean.” (*)
Ditulis oleh Ayu, Zetizens Jurnalistik 2025