Baduy, Cagar Budaya di Kabupaten Lebak
ZETIZENS.ID – Wilayah Suku Baduy telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh pemerintah daerah Lebak pada tahun 1990.
Alasan suku Baduy menjadi cagar budaya adalah karena suku yang menolak modernisasi dan sangat menjaga warisan adat serta tanah nenek moyang mereka.
Sejarah suku Baduy pun tak bisa terlepas dari keberadaan Kerajaan Pajajaran. Pada abad ke-11 dan 12, Kerajaan Pajajaran menguasai daerah Banten, Bogor, Priangan, hingga Cirebon.
Saat itu, penguasa yang memerintah adalah Raja Prabu Bramaiya Maisatandraman atau Prabu Siliwangi.
Lalu, pada abad ke-15, masuklah agama Islam yang dibawa saudagar-saudagar asal Gujarat dan Sunan Gunung Jati, salah satu Wali Songo asal asal Cirebon.
Kerajaan Pajajaran pun semakin merosot karena rakyatnya banyak yang kemudian menganut agama Islam.
Akhirnya, raja, senopati, beserta para punggawa meninggalkan kerajaan dan masuk ke hutan belantara arah selatan, mengikuti hulu sungai. Mereka meninggalkan asalnya, seperti yang diucapkan dalam pantun upacara suku Baduy.
Suku Baduy terbagi dalam dua golongan yaitu: Baduy Dalam dan Baduy Luar. Perbedaan yang paling mendasar dari kedua suku ini adalah dalam menjalankan pikukuh atau aturan adat saat pelaksanaannya.
Jika Baduy Dalam masih memegang teguh adat dan menjalankan aturan adat dengan baik, sebaliknya tidak dengan saudaranya, Baduy Luar.
Orang Baduy Luar tinggal di Desa Cikadu, Kaduketuk, Kadukolot, Gajeboh, dan Cisagu, yang mengelilingi wilayah Baduy Dalam.
Prinsip dan tradisi suku Baduy:
1. “Gunung teu meunang dilebur, lebak teu meunang diruksak.”
2. Suku Baduy memegang prinsip hidup yang mencerminkan kearifan lokal yang berharga, dapat menjadi teladan dalam menjaga harmoni, melestarikan alam, serta menghormati tradisi dan adat.
3. Selalu mengenakan pakaian yang berwarna putih serta mengenakan ikat kepala putih yang ditenun sendiri. Warna putih melambangkan kesucian, di mana orang Baduy Dalam (Baduy Tangtu) belum terpengaruh dengan budaya luar, sehingga aktivitas Baduy dalam masih fanatik terhadap kepercayaannya.
4.Masyarakat Suku Baduy menganut kepercayaan Sunda Wiwitan. Kepercayaan Sunda Wiwitan menganut pada Nabi Adam atau mereka menyebutnya Nabi Adam Tunggal.
5.Suku Baduy Dalam masih memegang teguh adat istiadat dengan menolak adanya teknologi dan mempertahankan cara hidup yang sudah ada sejak zaman nenek moyang. (Annida Nur Fazahra)