Heboh Booking Lahan Camping di Gunung Merbabu, Kok Bisa?

ZETIZENS.ID – Beberapa waktu lalu, heboh video viral yang memperlihatkan seorang pendaki diusir usai mendirikan tenda di gunung viral di media sosial.
Pada video yang diunggah pemilik akun Instagram @friendsadventure17, dinarasikan bahwa pendaki tersebut diusir oleh pendaki lain yang mendaki dengan jasa open trip.
“Nah tadi tuh kita sudah pasang tenda di sini katanya sudah di-booking gitu. Kita diusir dari tenda sudah jadi di sini. Pindahlah kita cari di sini,” ungkap seorang pendaki perempuan dalam video tersebut.
Selain itu, ternyata ada juga video lain yang memperlihatkan sekelompok pendaki yang sampai membuka lahan agar bisa camping.
Hal ini pun juga tidak dibenarkan dan dapat dikenakan sanksi denda hingga pidana. Belum diketahui di mana video pendakian tersebut diambil, namun hal ini menimbulkan keresahan bagi para pendaki.
Laman Kumparan menyebut, menanggapi ramainya video viral pendaki yang diduga melakukan booking lahan camping di gunung, Kepala Balai Taman Nasional Gunung Merbabu, Anggit Haryoso, mengatakan bahwa setiap pendaki memiliki hak yang sama saat mendaki.
“Jadi, semua memiliki hak yang sama untuk bisa nge-camp di area camp yang sudah ditentukan di Taman Nasional Gunung Merbabu. Asalkan dia itu menjadi pendaki yang legal, mau itu menggunakan tur operator ataupun tidak, itu punya hak yang sama untuk berkemah,” ujar Anggit, usai dihubungi kumparan, Senin (2/6/2025).
Anggit pun menyayangkan tindakan pendaki dan juga tur operator yang diduga melakukan booking lahan di gunung. Ia menyampaikan bahwa pihaknya akan memberikan sanksi berupa teguran hingga pemanggilan.
“Terkait dengan insiden yang kemarin, kita akan melakukan teguran kepada tur operator yang bersangkutan, bahwa tidak ada yang namanya booking area gitu. Kita tegur, kemudian nanti kalau memang masih melakukan (booking lahan), kita akan lakukan pemanggilan,” ujar Anggit.
“Sama seperti prosedur penegakan hukum, ada pemanggilan pertama, kedua, ketiga, kalau tidak dipatuhi juga, kita akan melakukan penegakan hukum yang lain, saya kira seperti itu,” lanjutnya.
Mencuatnya kasus ini kata Anggit, tentunya juga ikut mencoreng citra taman nasional.
“Ini sudah menjadi perhatian dari Kementerian Kehutanan bahwa kita sedang gencar-gencarnya seperti kemarin yang diperintahkan Pak Menteri itu kan, terutama zero accident, zero waste, dan zero complaint gitu, ya. Kalau ada booking area itu kan kemarin sudah dilihat, kan ada pendaki yang diusir misalkan,” katanya.
Bagi pendaki yang kedapatan ikut membuka lahan, dan mengubah alih fungsi lahan di gunung sebagai tempat kemah, hal tersebut juga bisa dikenakan pasal sesuai dengan Undang-Undang 32 Tahun 2024 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
“Jadi, kalau mengubah sampai memotong tidak pada tempatnya atau tidak sesuai dengan peruntukannya, itu akan bisa dikenai sanksi, baik itu sanksi pidana maupun ada yang namanya sanksi denda,” ujarnya.
Anggit juga mengimbau kepada pendaki untuk tak segan melapor jika ada tindakan-tindakan yang melanggar aturan.
Di Gunung Merbabu, pendaki bisa melapor ke layanan pengaduan atau call center melalui WhatsApp dan media sosial.
“Teman-teman bisa memberikan aduan ke call center, kemudian kita juga punya WhatsApp untuk Q&A atau question and answer-nya ada di sana, dan media sosial,” tuturnya.
Dengan melakukan pelaporan, pihaknya juga ikut terbantu dan tentunya dapat menciptakan situasi pendakian yang aman, nyaman, dan bersih. Hal ini juga tentu sesuai dengan tagline pendakian di Gunung Merbabu.
“Ini tentu juga menjadi tagline kita. Bagaimana kita bisa mewujudkan zero waste, zero accident, sama zero complaint. Itu tagline-nya kita,” ujar Anggit.
Agar insiden serupa tidak terulang, pihak Taman Nasional Gunung Merbabu juga akan mengirimkan tim yang berpatroli untuk memantau para pendaki yang melanggar aturan.
“Rencananya saya akan mengirimkan teman-teman untuk melakukan pemantauan di lapangan, seperti patroli di jalur pendakian untuk bisa mengingatkan. Kan kita maunya pendakian itu aman, nyaman, bersih gitu, ya,” pungkas Anggit.
Duh ya ada-ada saja. (Zee)