Ketika Kecantikan Alam Sekitar Desa Paweden yang Tersembunyi
Diabadikan Menjadi Pola Batik Menggunakan Teknik Ecoprint Pounding
ZETIZENS.ID – KKN (Kuliah Kerja Nyata) merupakan salah satu program wajib yang harus dijalani oleh mayoritas mahasiswa di Indonesia termasuk mahasiswa di Universitas Diponegoro.
Program ini memberikan kesempatan untuk mahasiswa terjun langsung ke masyarakat dan berkontribusi dalam berbagai kegiatan dan membuat program kerja yang sesuai dengan jurusan yang ditempuh oleh mahasiswa itu sendiri.
Cut Fatimatuzzahra, mahasiswa dari Fakultas Ilmu Budaya, secara spesifiknya dari jurusan Antropologi Sosial, juga turut menjadi peserta dalam KKN di Desa Paweden, Kecamatan Buaran, Kabupaten Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah.
Ia menghadirkan program kerja dengan pendekatan antropologis, yakni berfokus terhadap masyarakat dan kebudayaan yang terdapat di desa tersebut, salah satunya adalah batik.
Desa Paweden merupakan sebuah desa yang memiliki reputasi sebagai Desa Batik karena kualitas batiknya yang terkenal sangat bagus dan memiliki pola serta warna yang beragam.
Mayoritas dari masyarakatnya merupakan pengusaha dan pengrajin batik dan menjadikan batik sebagai sumber penghidupan utama, termasuk perempuan.
Perempuan di Desa Paweden memegang peran penting dalam industri batik, baik sebagai pengrajin, pengusaha, maupun pengelola produksi.
Meskipun demikian, mereka sering kali dihadapkan pada tantangan yang tidak sedikit, mulai dari keterbatasan sumber daya, akses terhadap pelatihan, hingga kurangnya dukungan dalam mengembangkan keterampilan dan jaringan bisnis.
Melihat kondisi ini, Cut menyadari bahwa program KKN yang diusungnya harus mampu menjadi wadah untuk memberdayakan perempuan di Desa Paweden agar mereka dapat meningkatkan peran dan kapasitasnya dalam industri batik.
Dalam upaya memberdayakan perempuan, Cut merancang program kerja yang difokuskan pada peningkatan keterampilan teknis.
Program ini mencakup penyuluhan dalam pembuatan pola batik menggunakan teknik ecoprint pounding, yaitu metode teknik yang lebih ramah lingkungan dan dapat menghasilkan produk dengan nilai jual yang lebih tinggi.
Dengan pelatihan ini, para perempuan tidak hanya mendapatkan keterampilan baru, tetapi juga peluang untuk memperluas pasar, menambah daya kreativitas, dan meningkatkan pendapatan keluarga mereka.
Selama penyuluhan berlangsung, terlihat bahwa para perempuan yang hadir sangat menikmati membuat batik menggunakan ecoprint di totebag.
Suasana menjadi semakin hangat dan penuh keceriaan ketika mereka mulai mengetok palu untuk menempelkan daun dan bunga di atas kain.
Tawa riang dan suara nyanyian bersama-sama terdengar di seluruh sudut balai desa, menandakan betapa menyenangkannya proses ini bagi mereka.
Selain bersenang-senang dan menciptakan sebuah memori yang tak terlupakan, Cut berharap bahwa para perempuan yang hadir juga dapat membagikan ilmu yang mereka dapatkan kepada kerabat, sanak saudara, dan teman-teman, serta mengimplementasikan teknik ecoprint pounding ini dalam pembuatan batik sehari-hari.
Dengan demikian, teknik ramah lingkungan ini tidak hanya berhenti pada sesi penyuluhan, tetapi dapat terus berkembang dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Desa Paweden, sekaligus mengurangi dampak negatif limbah batik terhadap lingkungan. (Zee)