Traveling

Pasar Jedogan Royal, Dadakan di Malam Takbiran

ZETIZENS.ID – Kalau kamu datang ke Kota Serang, kudu tahu sama yang namanya Pasar Royal. Vibesnya sih mirip-mirip Malioboro ya tapi versi minimalisnya.

Nah setiap Ramadan, pedagang kaki lima yang ngemper di depan pertokoan, jumlahnya berlipat-lipat lebih banyak dari biasanya. Apalagi saat malam takbir Lebaran, sampai-sampai motor juga mobil tidak bisa melintas.

Jalanan diisi para pedagang. Tumpah ruah menjual apapun, mulai dari pakaian, perabotan, makanan, pokoknya apa saja ada. Saking banyaknya, pengunjung kalau mau lewat harus berjedogan atau bersinggungan satu sama lain dan antrian memanjang di lapak-lapak yang menjual produk murah.

Karena saling berjedogan maka disebutlah pasar jedogan. Ini bahasa Jawa Serang ya.

Jedogan berasal dari bahasa Jawa Serang (Jaseng) yang berarti “berdesak-desakan” atau “berhimpitan”.

Ciri khas Pasar Jedogan Royal, jalanan di Pasar Royal ditutup dan disulap menjadi pasar jedogan, harga yang ditawarkan relatif murahx dan banyak pilihan pakaian.

Bukan hanya warga Kota Serang saja yang berdesakan untuk membeli pakaian di pasar tersebut.

Keberadaan Pasar Jedogan Royal ini membantu masyarakat untuk mendapatkan pakaian baru dengan harga murah, membantu masyarakat untuk mendapatkan banyak pilihan pakaian, dan membantu masyarakat untuk berbelanja sambil jalan-jalan ke Kota Serang.

Laman Banten TV menulis, tradisi Jedogan yang sudah jadi semacam ritual tahunan bagi masyarakat sekitar.

Setiap tahun, menjelang Lebaran, Pasar Royal di Jalan Tirtayasa, Kota Serang, berubah menjadi lautan manusia yang berburu kebutuhan lebaran.

Dari mulai H-3 Lebaran, jalanan yang biasanya lancar, mulai ditutup dan disulap jadi pasar tradisional yang lebih ramai.

Kalau kamu pernah dengar istilah, “Kalau belum Jedogan, belum terasa mau Lebaran,” itu karena tradisi ini memang udah jadi bagian tak terpisahkan dari suasana Lebaran di Serang.

Puncak Jedogan biasanya terjadi pada malam takbiran, di mana ribuan orang berdesakan mencari baju Lebaran, aksesori, atau sekadar jalan-jalan menikmati suasana pasar yang penuh warna.

Puncak Jedogan biasanya mulai terasa saat malam Takbiran, bahkan tak jarang hingga menjelang Subuh masih saja ramai.

Tenang saja, setelah Lebaran kondisi pasar kembali seperti biasa kok. Yakni hanya dihuni para pemain inti seperti biasa. Dan motor juga mobil bisa kembali melintas.

Tradisi ini sudah ada sejak lama, meskipun belum ada yang tahu pasti sejak kapan, tapi yang jelas, Jedogan sudah menjadi bagian dari identitas Kota Serang. (Zee)

Tulisan Terkait

Back to top button