Apa Iya Gen Z Semakin Percaya Astrologi?
![](https://zetizens.id/wp-content/uploads/2025/02/Astrologi.jpg)
ZETIZENS.ID – Tahu gak, beberapa tahun terakhir, astrologi mengalami kebangkitan yang luar biasa, terutama di kalangan Gen Z?
Wollipop menyebut, dari sekadar membaca ramalan zodiak mingguan di majalah remaja hingga menganalisis peta kelahiran secara mendalam, astrologi telah menjadi bagian penting dari identitas dan kehidupan sosial anak muda masa kini.
Jadi, salah satu alasan utama meningkatnya ketertarikan Gen Z pada astrologi adalah kemudahan akses informasi melalui internet dan media sosial.
Platform seperti TikTok, Instagram, dan Twitter dipenuhi dengan konten astrologi yang menyajikan informasi dalam bentuk yang menarik dan mudah dicerna.
Tagar seperti #astrology memiliki jutaan unggahan, dan banyak influencer serta content creator yang membahas karakteristik zodiak, kompatibilitas asmara, serta dampak pergerakan planet (planet retrograde) terhadap kehidupan manusia.
Aplikasi seperti Co-Star dan The Pattern, yang menggabungkan data NASA dengan interpretasi astrologi, juga semakin populer.
Pada tahun 2020, pengguna aplikasi Co-Star mencapai 7,5 juta orang, dan jumlah ini melonjak menjadi 30 juta pada 2023.
Ini menunjukkan bahwa astrologi tidak lagi sekadar hiburan, tetapi telah menjadi bagian dari gaya hidup dan identitas diri bagi banyak anak muda.
Gen Z tumbuh di tengah ketidakstabilan global, mulai dari krisis iklim, ketidakpastian ekonomi, hingga pandemi yang mengubah kehidupan sehari-hari.
Dalam situasi yang penuh ketidakpastian ini, astrologi menawarkan perasaan memiliki kendali dan pemahaman yang lebih baik tentang diri sendiri dan dunia.
Banyak yang merasa bahwa astrologi memberikan jawaban atas pertanyaan eksistensial mereka serta membimbing mereka dalam mengambil keputusan.
Bella, seorang content creator asal London dengan 1,2 juta pengikut di TikTok bilang, banyak pengikutnya menemukan rasa kendali melalui astrologi.
“Astrologi menjadi lebih mudah diakses berkat media sosial. Konten seperti meme, reels, dan tren berbasis zodiak sangat resonan dengan Gen Z,” ujarnya kepada Independent.
Seiring dengan menurunnya kepercayaan terhadap agama formal, astrologi menjadi alternatif baru dalam memenuhi kebutuhan spiritual Gen Z.
Sebuah studi dari King’s College London pada tahun 2023 menunjukkan bahwa hanya 49% penduduk Inggris yang masih percaya pada Tuhan, turun dari 75% pada tahun 1981.
Sementara itu, menurut survei YouGov, 35% perempuan dan 22% laki-laki di Inggris mengidentifikasi diri mereka sebagai ‘spiritual’ meskipun tidak religius.
Bagi banyak orang, astrologi memberikan rasa koneksi dengan sesuatu yang lebih besar dari diri mereka sendiri. Dengan memahami posisi planet dan bintang pada saat kelahiran, mereka merasa bisa memahami takdir mereka dan alasan di balik berbagai peristiwa dalam hidup mereka.
Meski banyak yang menemukan makna dalam astrologi, ada juga yang khawatir akan dampak negatifnya. Salah satu kritik terbesar adalah bahwa astrologi bisa menjadi alat eksploitasi, terutama ketika layanan berbayar seperti laporan kompatibilitas asmara atau konsultasi astrologi profesional semakin marak.
Banyak yang berpendapat bahwa ketergantungan pada astrologi dapat menghambat kemampuan seseorang untuk membuat keputusan berdasarkan logika dan intuisi mereka sendiri.
Selain itu, ada juga risiko stereotip dan diskriminasi berbasis zodiak. Beberapa orang bahkan membuat keputusan besar-seperti memilih pasangan atau teman-berdasarkan zodiak mereka, yang dapat menyebabkan prasangka yang tidak berdasar.
Contohnya, ada yang menghindari berteman dengan individu berzodiak tertentu hanya karena mereka tidak cocok secara astrologi.
83 Persen
Laman Merdeka menyebut, Forum Oliver Wyman membagikan hasil laporan yang berjudul “What Business Needs To Know About The Generation Changing Everything” yang menemukan bahwa 83 persen generasi Z (Gen Z) mempercayai bahwa astrologi telah membantu kehidupan mereka menjadi lebih baik.
Melansir dari Newsweek, menurut laporan tersebut Gen Z adalah generasi yang paling tidak religius, karena kurang dari 30 persen responden di kelompok usia 18 hingga 25 tahun mengatakan mereka percaya tuhan. (Zee)