Cari Tahu Tentang Filosofi Berani Tidak Disukai yang Sedang Populer
ZETIZENS.ID – Belakangan ini, konsep “Berani Tidak Disukai” menjadi tren populer, terutama di kalangan milenial dan Gen Z.
Filosofi ini terinspirasi dari Fumitake Koga dan Ichiro Kishimi, seorang penulis dan seorang filsuf Jepang. Buku ini mengajak pembaca untuk merangkul keberanian dalam menerima diri sendiri, menjalani hidup sesuai nilai-nilai pribadi, dan tidak terjebak oleh ekspektasi sosial.
Filosofi ini memiliki pengaruh yang mendalam bagi orang-orang yang sering merasa terbebani oleh pandangan orang lain dan tuntutan untuk selalu diterima atau “disukai”.
Konsep “Berani Tidak Disukai” mengajarkan bahwa setiap orang sebaiknya hidup dengan setia pada nilai-nilai yang diyakini, daripada berusaha memenuhi ekspektasi orang lain.
Filosofi ini mengajak kita untuk bertanya, “Apa yang benar-benar penting bagi diri saya?” Dengan hidup berdasarkan prinsip pribadi, seseorang akan lebih merasa puas dan memiliki makna, meskipun mungkin harus menghadapi ketidaksukaan atau penolakan dari orang lain.
Di era media sosial, banyak orang yang sering kali merasa cemas dengan “likes” atau validasi dari orang lain.
Filosofi ini menyarankan kita untuk melepaskan diri dari keinginan untuk selalu disukai dan diakui. Alih-alih mencari pengakuan eksternal, kita diajarkan untuk merasa cukup dengan diri sendiri dan lebih fokus pada hal-hal yang membawa kebahagiaan serta kepuasan batin.
Keberanian untuk tidak disukai juga berkaitan dengan kebebasan pribadi. Filosofi ini mengajarkan bahwa setiap orang memiliki hak untuk memilih bagaimana hidupnya dijalani, tanpa harus terus-menerus mempertimbangkan pendapat atau kritik orang lain.
Menjadi berani untuk tidak disukai memungkinkan seseorang merasa lebih bebas untuk mengeksplorasi minat, hobi, atau karier yang sesuai dengan dirinya.
Menerima bahwa tidak semua orang akan menyukai kita adalah cara untuk membebaskan diri dari beban emosional yang tidak perlu.
Filosofi ini menekankan bahwa kesehatan mental kita jauh lebih berharga daripada mencoba untuk terus-menerus menyenangkan semua orang.
Dengan bersikap apa adanya, kita dapat mengurangi stres, kecemasan, dan rasa takut akan penolakan. Filosofi ini juga mengajarkan bahwa meski kita mungkin tidak disukai oleh semua orang, selalu ada orang yang akan menerima kita apa adanya.
Dengan berani menjadi diri sendiri, kita lebih mungkin menemukan orang-orang yang tulus dan mau mendukung kita. (Sarah)